Beberapa hari lalu, warga di Pekanbaru menemukan dua anak kucing hutan (Fellis bengalensis) saat membersihkan lahan miliknya. Kedua anak kucing hutan yang ditinggal induknya itu diserahkan ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau untuk mendapatkan perawatan khusus, karena dua anakan kucing hutan tersebut masih bayi, berusia sekitar tiga sampai empat minggu.
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Perawat hewan di BBKSDA Riau, Sunarto kepada Riau Pos, Kamis (20/2) mengatakan, dua ekor anakan kucing hutan yang masih bayi tersebut sangat memerlukan perawatan yang khusus di klinik BBKSDA Riau Jalan HR Soebrantas, Pekanbaru.
"Dua ekor anakan kucing hutan berjenis kelamin jantan dan betina ini belum bisa makan apa-apa, kecuali hanya mengkonsumsi susu saja. Dalam satu hari satu malam, untuk keperluan susunya bisa delapan sampai dengan 10 kali pemberian," ujarnya.
Ditambahkannya, untuk masa perawatan kucing hutan tersebut akan berlangsung sampai kedua kucing tersebut berhenti menyusu. "Artinya, sampai kucing hutan ini lepas menyusu dan sudah bisa makan daging, dan jika sudah memungkinkan dia untuk bisa bertahan, bisa berburu di alam liar, maka akan dilepas liarkan lagi," kata Sunarto.
Ia menambahkan, kendala yang dihadapi dalam melakukan perawatan kucing hutan tersebut adalah perlu perawatan khusus. "Memang agak susah, karena minum susunya per dua jam sekali. Sampai tengah malam pun harus diberikan susu. Kebetulan kita ada tiga orang perawat satwa, dua orang medis dan dua orang paramedis," tuturnya.
Sebelumnya, awal penemuan kucing hutan ini ketika warga di Kelurahan Labuh Baru Barat, Kecamatan Payung Sekaki Pekanbaru membersihkan lahannya, Kamis (13/2). Jumat (14/2) BBKSDA Riau mendapatkan informasi temuan kucing hutan, dan langsung menuju lokasi. Tim menemui warga yang menemukan anak kucing hutan itu dan akhirnya mengevakuasinya dan di bawa ke klinik satwa BBKSDA guna perawatan lebih lanjut.(gem)
Laporan : DOFI ISKANDAR