Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Program Pendidikan Dompet Dhuafa di Riau

Membangun SDM Riau dengan Literasi

Selain membantu mustahik dan membedayakan ekonomi masyarakat, Dompet Dhuafa (DD) Riau juga terlibat dalam menggerakkan literasi lewat salah satu program pendidikannya. Salah satu upaya membantu membangun SDM Riau ke depan.

RIAUPOS.CO – LITERASI masih menjadi persoalan mendasar bagi Indonesia. Berbagai data menunjukkan literasi anak di Indonesia mengalami stagnan, bahkan menurun, padahal literasi menjadi awal kemajuan sebuah bangsa. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus mampu mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup di abad ke-21. Melalui pendidikan yang terintegrasi mulai dari keluarga, sekolah, hingga masyarakat.

Dalam upaya membantu perkembangan literasi di seluruh ranah pendidikan, Sekolah Literasi Indonesia (SLI) Dompet Dhuafa (DD) ikut mengambil bagian dengan melatih dan mendampingi guru, kepala sekolah, orang tua hingga masyarakat penggiat literasi. SLI adalah program yang berfokus pada pengembangan literasi di seluruh ekosistem pendidikan yang meliputi pendidikan formal, informal, dan nonformal. SLI juga hadir sebagai ikhtiar dalam membangun dan meningkatkan kualitas manusia melalui literasi. Berkat kerja sama dengan banyak pihak sejak tahun 2016, SLI sudah mendampingi 211 sekolah, 39 TBM, 16.445 guru, 1.402 orangtua siswa, dan 44.692 siswa di 45 kabupaten/kota di Indoesia.

Direktur Sekolah Pelita (Penggiat Literasi Indonesia/lini dari SLI), Bayu Candra Winata, menjelaskan, keterlibatan DD dalam ikut membangun literasi Indonesia dimulai sejak 2009, dengan program Sekolah Cerdas Literasi (SCL) di Padang, Sumatra Barat (Sumbar). Program Pelita sendiri menjadi bentuk transformasi program literasi DD di tiga ranah, yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan pertama didirikan tahun 2021.

“Misi kami adalah ikut membantu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dengan menguatkan kecakapan literasi dalam mengelola kehidupan,” kata Bayu kepada Riau Pos, Kamis (22/2/2024).

Bayu datang ke Pekanbaru pada Selasa (20/2) dalam rangka seleksi untuk pegiat literasi Pelita di Pekanbaru. Ada tujuh orang calon yang lolos seleksi awal untuk program ini. Nantinya, mereka yang terpilih akan membantu program-program Pelita di Pekanbaru. Sebelumnya Pelita sudah melakukan kegiatan ini di Indragiri Hilir (Inhil) dan sudah masuk tiga angkatan.

Selama ini, kata lulusan S-2 Manajemen Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, program literasi SLI atau Pelita DD banyak melakukan pelatihan, pendampingan dan penyediaan penunjang aktivitas literasi seperti buku bacaan yang berkualitas. Fokus utama yang dilakukan adalah memberdayakan dan menggerakkan aktor-aktor lokal literasi di daerah. Selain itu jugaterlibat dengan komunitas literasi dan perluasan akses terhadap bacaan berkualitas yang menyasar guru-guru dan masyarakat penggiat literasi di satu kawasan.

Hasil akhir yang ingin didapat lewat program Pelita SLI ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi di tiga ranah ekosistem pendidikan baik formal, non-formal, dan informal. Sejak berdiri hingga saat ini, program literasi ini sudah menyasar pada 314 sekolah, 39 Taman Bacaan Masyarakat (TBM) atau komunitas literasi lainnya, dan 293 kelompok masyarakat lainnya.

Menurut Bayu, program-program literasi yang dibangun oleh DD saat ini lahir dari pemikiran para pendahulu di organisasi filantropis tersebut. Pada intinya, kata dia, para individu di DD memiliki kepedulian terhadap peningatan kualitas literasi di Indonesia, sebagai bagian dari penguatan proses pendidikan yang ada. Beragam aktivitas literasi tersebut seperti Fun Reading Activity, Fun Literacy Activity, Kelas Literasi Kreatif, Modul Ajar Literasi, Produk Audiobook, dan lainnya.

Baca Juga:  Menggagas Siak untuk Membuat Film

Saat ini DD bermitra dengan berbagai pihak dalam menguatkan kolaborasi bidang literasi baik dengan pihak pemerintah melalui Kemendikbudristek, Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten yang menjadi sasaran program, LSM Pendidikan dalam dan luar negeri seperti INOVASI, DFAT serta beberapa start-up pendidikan seperti Pahamify, Skolla, atau Altaz, dan beberapa pihak lainnya.

“Kami yakin bahwa membangun budaya literasi harus menjadi gerakan bersama semua warga demi mewujudkan Indonesia yang berdaya,” jelas lelaki kelahiran Pati (Jawa Tengah) yang besar di Mukomuko (Bengkulu) tersebut.

Pada bagian lain, Pimpinan Cabang (Pincab) DD Riau, Hendi Mardika, menjelaskan, untuk Riau, gerakan literasi yang dilakukan DD Riau dimulai tahun 2017 di Indragiri Hilir (Inhil) dengan program Pelita. Angkatan pertama dalam program ini adalah Redovan Jamil yang kini ditarik ke Pekanbaru yang bertanggung jawab dalam program pendidikan di DD. Hingga kini sudah ada 4 angkatan di Pelita Inhil. Di sini, Pelita membangun kolaborasi dengan para pecinta dan penggerak literasi.

Tahun 2018 DD Riau menghibahkan Gerobak Baca beserta buku bacaan hingga pendampingan ke TBM Hamfara Library di Tembilahan. Pada tahun 2021, TBM Hamfara terpilih menjadi TBM Kreatif-ReKreatif dari Kemendikbud RI. Kemudian pada 2022 terpilih sebagai Komunitas Literasi Terbaik Riau pilihan Balai Bahasa Provinsi Riau (BBPR).

Gerakan literasi di DD Riau berada di bawah bidang Program Pendidikan, Dakwah dan Budaya. Bidang ini dikepalai oleh Ridia Wulandari sebagai SPV Program. Beberapa program yang dilakukan antara lain membantu membayar SPP anak-anak kurang mampu atau mustahik. Kemudian, DD Riau juga membangun Sekolah Pedalaman tingkat SD, salah satunya di kawasan Suku Talang Mamak, Indragiri Hulu (Inhu). Di sana dibangun sekolah semi permanen yang kini memiliki 30 siswa dengan dua orang guru. Kedua guru tersebut lulusan Universitas Terbuka (UT) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim (Suska). Keduanya warga lokal. Tugas mereka adalah mengajar dan mengurus semua administrasi, termasuk berhubungan dengan sekolah induk.

“Alhamdulillah program ini masih berjalan dengan baik. Semua biaya sekolah ini kami dari DD Riau yang menanggung,” ujar Hendi kepada Riau Pos, Rabu (21/4/2024).

Dijelaskan oleh lelaki kelahiran Langgam, Pelalawan, pada Oktober 1989 ini, sebelum ini ada program pendampingan sekolah, kemudian juga ada program Komunitas Media Pembelajaran (Komep) di Pulau Rupat dan Inhil, pengiriman anak-anak mustahik ke Sekolah Smart Ekselensia Indonesia (SEI) di Bogor –program ini masih berlangsung hingga kini— dan beberapa program lainnya. Semua program pendidikan tersebut diupayakan untuk anak-anak mustahik. Meski begitu, untuk beberapa program beasiswa, tetap dilakukan seleksi. Salah satu syarat dalam seleksi tersebut adalah kesopanan, penghormatan terhadap orang tua, pemahaman terhadap agama (Islam), dan sebagainya.

Kata Hendi, banyak lulusan dari program pendidikan DD asal Riau yang kini berhasil. Salah satunya Gelvi, yang melupakan lulusan dari SEI Bogor. Gelvi sudah lulus S-2 di Belanda, dan saat ini sedang studi S-3 di Jepang. Katanya, DD Riau akan melakukan inventarisasi para lulusan program pendidikan DD. Tujuannya adalah melihat perkembangan mereka seperti apa, sebagai tolok ukur berhasil atau tidak beberapa program pendidikan yang dilakukan oleh DD dalam membantu menaikkan tingkat pendidikan anak-anak kurang mampu di Riau.

Baca Juga:  Rendahnya Literasi Membaca Guru

Ke depan, DD Riau akan memberikan beasiswa Youth Excellence Scollarship (YES). Program ini akan mendampingi anak-anak SMA untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Sasarannya adalah anak-anak yatim dan piatu, kurang mampu, atau mualaf. Syaratnya memiliki akhlak, sopan santun, pemahaman agama, dan penghormatan terhadap orang tua. Mereka akan dicarikan beasiswa oleh DD. Misalnya beasiswa Bidik Misi, Tanoto Foundation, atau malah langsung beasiswa dari DD. Kemudian, ada salah satu beasiswa yang khusus untuk mahasiswa aktivis, baik aktivis di lembaga kampus maupun non-kampus. Yakni beasiswa Bhakti Nusa. Di Sumatra, beasiswa ini sudah diberikan kepada mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri/Palembang), Universitas Andalas (Unand/Padang), dan Universitas Sumatra Utara (USU/Medan). Untuk di Riau, pihaknya sedang mengupayakan untuk Universitas Riau (Unri).

“Kami sedang mencari waktu untuk audiensi dengan Rektor Unri. Kami berharap program ini akan terealisasi secepatnya,” ujar lulusan IPB ini.

Pada bagian lain, Officier Program Pendidikan, Dakwah dan Budaya DD Riau, Redovan Jamil, menambahkan, sejak 2020 DD Riau telah mengembangkan program kawasan di Kelurahan Industri Tenayan, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru. Diawali dengan program kesehatan pada akhir 2022, lalu diinisiasi program literasi berbasis masjid. Di sayap Masjid Paripurna Al-Anshor yang berukuran 2,5 x 3 meter, dibangun TBM Sahati, lengkap dengan rak buku yang menarik. Kemudian dilengkapi dengan lebih kurang 200 judul buku yang didominasi oleh buku anak-anak, pendidikan, agama, ekonomi, kuliner, dan buku lainnya. Program literasi TBM Sehati ini digerakkan oleh relawan pemuda Masjid Al-Anshor setiap Selasa malam dan Kamis malam. Anak-anak membaca buku dan bermain edukasi yang sudah difasilitasi oleh TBM Sehati.

“DD Riau juga mendukung TBM dan perpustakaan sekolah dengan cara membagikan buku layak baca yang dikelola oleh Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Riau,” kata lelaki yang juga tunak berkarya sastra genre cerpen dan puisi ini.

Dijelaskan Redovan, tahun 2024 ini, DD Riau akan menggulirkan program Pelita angkatan ke-4 di Pekanbaru. Nantinya para penggiat literasi yang terpilih akan dibekali pelatihan intensif untuk mengembangkan pemahaman dan gerakan literasi yang akan dilakukan satu tahun lamanya. Salah satu programnya adalah mendampingi beberapa sekolah yang ada di Pekanbaru. Para penggiat berupaya menularkan ilmu dan kemampuannya kepada guru-guru yang mengajar di TK, SD, SMP, masyarakat umum, dan keluarga.

“Dengan program Pelita ini, kami dari DD Riau akan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, Balai Bahasa Provinsi Riau dan lembaga serta komunitas yang bergerak di bidang literasi lainnya,” jelas Redovan lagi.

Dia berharap, program-program pendidikan –termasuk literasi— yang dilakukan oleh DD Riau ini benar-benar bisa membantu membangun sumber daya manusia (SDM) masyarakat Riau yang siap menghadapi tantangan masa depan.***

Laporan HARY B KORIUN, Pekanbaru

Selain membantu mustahik dan membedayakan ekonomi masyarakat, Dompet Dhuafa (DD) Riau juga terlibat dalam menggerakkan literasi lewat salah satu program pendidikannya. Salah satu upaya membantu membangun SDM Riau ke depan.

RIAUPOS.CO – LITERASI masih menjadi persoalan mendasar bagi Indonesia. Berbagai data menunjukkan literasi anak di Indonesia mengalami stagnan, bahkan menurun, padahal literasi menjadi awal kemajuan sebuah bangsa. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus mampu mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup di abad ke-21. Melalui pendidikan yang terintegrasi mulai dari keluarga, sekolah, hingga masyarakat.

- Advertisement -

Dalam upaya membantu perkembangan literasi di seluruh ranah pendidikan, Sekolah Literasi Indonesia (SLI) Dompet Dhuafa (DD) ikut mengambil bagian dengan melatih dan mendampingi guru, kepala sekolah, orang tua hingga masyarakat penggiat literasi. SLI adalah program yang berfokus pada pengembangan literasi di seluruh ekosistem pendidikan yang meliputi pendidikan formal, informal, dan nonformal. SLI juga hadir sebagai ikhtiar dalam membangun dan meningkatkan kualitas manusia melalui literasi. Berkat kerja sama dengan banyak pihak sejak tahun 2016, SLI sudah mendampingi 211 sekolah, 39 TBM, 16.445 guru, 1.402 orangtua siswa, dan 44.692 siswa di 45 kabupaten/kota di Indoesia.

Direktur Sekolah Pelita (Penggiat Literasi Indonesia/lini dari SLI), Bayu Candra Winata, menjelaskan, keterlibatan DD dalam ikut membangun literasi Indonesia dimulai sejak 2009, dengan program Sekolah Cerdas Literasi (SCL) di Padang, Sumatra Barat (Sumbar). Program Pelita sendiri menjadi bentuk transformasi program literasi DD di tiga ranah, yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan pertama didirikan tahun 2021.

- Advertisement -

“Misi kami adalah ikut membantu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dengan menguatkan kecakapan literasi dalam mengelola kehidupan,” kata Bayu kepada Riau Pos, Kamis (22/2/2024).

Bayu datang ke Pekanbaru pada Selasa (20/2) dalam rangka seleksi untuk pegiat literasi Pelita di Pekanbaru. Ada tujuh orang calon yang lolos seleksi awal untuk program ini. Nantinya, mereka yang terpilih akan membantu program-program Pelita di Pekanbaru. Sebelumnya Pelita sudah melakukan kegiatan ini di Indragiri Hilir (Inhil) dan sudah masuk tiga angkatan.

Selama ini, kata lulusan S-2 Manajemen Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, program literasi SLI atau Pelita DD banyak melakukan pelatihan, pendampingan dan penyediaan penunjang aktivitas literasi seperti buku bacaan yang berkualitas. Fokus utama yang dilakukan adalah memberdayakan dan menggerakkan aktor-aktor lokal literasi di daerah. Selain itu jugaterlibat dengan komunitas literasi dan perluasan akses terhadap bacaan berkualitas yang menyasar guru-guru dan masyarakat penggiat literasi di satu kawasan.

Hasil akhir yang ingin didapat lewat program Pelita SLI ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi di tiga ranah ekosistem pendidikan baik formal, non-formal, dan informal. Sejak berdiri hingga saat ini, program literasi ini sudah menyasar pada 314 sekolah, 39 Taman Bacaan Masyarakat (TBM) atau komunitas literasi lainnya, dan 293 kelompok masyarakat lainnya.

Menurut Bayu, program-program literasi yang dibangun oleh DD saat ini lahir dari pemikiran para pendahulu di organisasi filantropis tersebut. Pada intinya, kata dia, para individu di DD memiliki kepedulian terhadap peningatan kualitas literasi di Indonesia, sebagai bagian dari penguatan proses pendidikan yang ada. Beragam aktivitas literasi tersebut seperti Fun Reading Activity, Fun Literacy Activity, Kelas Literasi Kreatif, Modul Ajar Literasi, Produk Audiobook, dan lainnya.

Baca Juga:  Menggagas Siak untuk Membuat Film

Saat ini DD bermitra dengan berbagai pihak dalam menguatkan kolaborasi bidang literasi baik dengan pihak pemerintah melalui Kemendikbudristek, Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten yang menjadi sasaran program, LSM Pendidikan dalam dan luar negeri seperti INOVASI, DFAT serta beberapa start-up pendidikan seperti Pahamify, Skolla, atau Altaz, dan beberapa pihak lainnya.

“Kami yakin bahwa membangun budaya literasi harus menjadi gerakan bersama semua warga demi mewujudkan Indonesia yang berdaya,” jelas lelaki kelahiran Pati (Jawa Tengah) yang besar di Mukomuko (Bengkulu) tersebut.

Pada bagian lain, Pimpinan Cabang (Pincab) DD Riau, Hendi Mardika, menjelaskan, untuk Riau, gerakan literasi yang dilakukan DD Riau dimulai tahun 2017 di Indragiri Hilir (Inhil) dengan program Pelita. Angkatan pertama dalam program ini adalah Redovan Jamil yang kini ditarik ke Pekanbaru yang bertanggung jawab dalam program pendidikan di DD. Hingga kini sudah ada 4 angkatan di Pelita Inhil. Di sini, Pelita membangun kolaborasi dengan para pecinta dan penggerak literasi.

Tahun 2018 DD Riau menghibahkan Gerobak Baca beserta buku bacaan hingga pendampingan ke TBM Hamfara Library di Tembilahan. Pada tahun 2021, TBM Hamfara terpilih menjadi TBM Kreatif-ReKreatif dari Kemendikbud RI. Kemudian pada 2022 terpilih sebagai Komunitas Literasi Terbaik Riau pilihan Balai Bahasa Provinsi Riau (BBPR).

Gerakan literasi di DD Riau berada di bawah bidang Program Pendidikan, Dakwah dan Budaya. Bidang ini dikepalai oleh Ridia Wulandari sebagai SPV Program. Beberapa program yang dilakukan antara lain membantu membayar SPP anak-anak kurang mampu atau mustahik. Kemudian, DD Riau juga membangun Sekolah Pedalaman tingkat SD, salah satunya di kawasan Suku Talang Mamak, Indragiri Hulu (Inhu). Di sana dibangun sekolah semi permanen yang kini memiliki 30 siswa dengan dua orang guru. Kedua guru tersebut lulusan Universitas Terbuka (UT) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim (Suska). Keduanya warga lokal. Tugas mereka adalah mengajar dan mengurus semua administrasi, termasuk berhubungan dengan sekolah induk.

“Alhamdulillah program ini masih berjalan dengan baik. Semua biaya sekolah ini kami dari DD Riau yang menanggung,” ujar Hendi kepada Riau Pos, Rabu (21/4/2024).

Dijelaskan oleh lelaki kelahiran Langgam, Pelalawan, pada Oktober 1989 ini, sebelum ini ada program pendampingan sekolah, kemudian juga ada program Komunitas Media Pembelajaran (Komep) di Pulau Rupat dan Inhil, pengiriman anak-anak mustahik ke Sekolah Smart Ekselensia Indonesia (SEI) di Bogor –program ini masih berlangsung hingga kini— dan beberapa program lainnya. Semua program pendidikan tersebut diupayakan untuk anak-anak mustahik. Meski begitu, untuk beberapa program beasiswa, tetap dilakukan seleksi. Salah satu syarat dalam seleksi tersebut adalah kesopanan, penghormatan terhadap orang tua, pemahaman terhadap agama (Islam), dan sebagainya.

Kata Hendi, banyak lulusan dari program pendidikan DD asal Riau yang kini berhasil. Salah satunya Gelvi, yang melupakan lulusan dari SEI Bogor. Gelvi sudah lulus S-2 di Belanda, dan saat ini sedang studi S-3 di Jepang. Katanya, DD Riau akan melakukan inventarisasi para lulusan program pendidikan DD. Tujuannya adalah melihat perkembangan mereka seperti apa, sebagai tolok ukur berhasil atau tidak beberapa program pendidikan yang dilakukan oleh DD dalam membantu menaikkan tingkat pendidikan anak-anak kurang mampu di Riau.

Baca Juga:  Menari dengan Filosofi Tunjuk Ajar Melayu

Ke depan, DD Riau akan memberikan beasiswa Youth Excellence Scollarship (YES). Program ini akan mendampingi anak-anak SMA untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Sasarannya adalah anak-anak yatim dan piatu, kurang mampu, atau mualaf. Syaratnya memiliki akhlak, sopan santun, pemahaman agama, dan penghormatan terhadap orang tua. Mereka akan dicarikan beasiswa oleh DD. Misalnya beasiswa Bidik Misi, Tanoto Foundation, atau malah langsung beasiswa dari DD. Kemudian, ada salah satu beasiswa yang khusus untuk mahasiswa aktivis, baik aktivis di lembaga kampus maupun non-kampus. Yakni beasiswa Bhakti Nusa. Di Sumatra, beasiswa ini sudah diberikan kepada mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri/Palembang), Universitas Andalas (Unand/Padang), dan Universitas Sumatra Utara (USU/Medan). Untuk di Riau, pihaknya sedang mengupayakan untuk Universitas Riau (Unri).

“Kami sedang mencari waktu untuk audiensi dengan Rektor Unri. Kami berharap program ini akan terealisasi secepatnya,” ujar lulusan IPB ini.

Pada bagian lain, Officier Program Pendidikan, Dakwah dan Budaya DD Riau, Redovan Jamil, menambahkan, sejak 2020 DD Riau telah mengembangkan program kawasan di Kelurahan Industri Tenayan, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru. Diawali dengan program kesehatan pada akhir 2022, lalu diinisiasi program literasi berbasis masjid. Di sayap Masjid Paripurna Al-Anshor yang berukuran 2,5 x 3 meter, dibangun TBM Sahati, lengkap dengan rak buku yang menarik. Kemudian dilengkapi dengan lebih kurang 200 judul buku yang didominasi oleh buku anak-anak, pendidikan, agama, ekonomi, kuliner, dan buku lainnya. Program literasi TBM Sehati ini digerakkan oleh relawan pemuda Masjid Al-Anshor setiap Selasa malam dan Kamis malam. Anak-anak membaca buku dan bermain edukasi yang sudah difasilitasi oleh TBM Sehati.

“DD Riau juga mendukung TBM dan perpustakaan sekolah dengan cara membagikan buku layak baca yang dikelola oleh Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Riau,” kata lelaki yang juga tunak berkarya sastra genre cerpen dan puisi ini.

Dijelaskan Redovan, tahun 2024 ini, DD Riau akan menggulirkan program Pelita angkatan ke-4 di Pekanbaru. Nantinya para penggiat literasi yang terpilih akan dibekali pelatihan intensif untuk mengembangkan pemahaman dan gerakan literasi yang akan dilakukan satu tahun lamanya. Salah satu programnya adalah mendampingi beberapa sekolah yang ada di Pekanbaru. Para penggiat berupaya menularkan ilmu dan kemampuannya kepada guru-guru yang mengajar di TK, SD, SMP, masyarakat umum, dan keluarga.

“Dengan program Pelita ini, kami dari DD Riau akan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, Balai Bahasa Provinsi Riau dan lembaga serta komunitas yang bergerak di bidang literasi lainnya,” jelas Redovan lagi.

Dia berharap, program-program pendidikan –termasuk literasi— yang dilakukan oleh DD Riau ini benar-benar bisa membantu membangun sumber daya manusia (SDM) masyarakat Riau yang siap menghadapi tantangan masa depan.***

Laporan HARY B KORIUN, Pekanbaru

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari