Melompat, memanjat, berlari, bergelantung hingga berguling dengan cepat di obstacle yang menantang adalah hal yang biasa dilakukan oleh para pegiat parkour (traceur). Meski terbilang ngeri-ngeri sedap dan berbahaya, nyatanya, olahraga ini punya banyak penggemar. Satu di antara yang masih aktif hingga kini, Ramadhani Kadir. 12 tahun sudah ia bertemankan aksi-aksi menantang yang memacu adrenaline tersebut.
(RIAUPOS.CO) – Diceritakan Ramadhani Kadir, parkour sudah masuk Pekanbaru sejak 2007. Sejak itu juga, anak muda Riau, termasuk dirinya mulai mengenal dan berlatih olahraga ekstrem ini. Sampai sekarang, parkour terus berkembang dan meluas. Terlebih sudah ada komunitas bernama Parkour Freeruning Flow It Pekanbaru yang menaungi pecinta parkour seperti dirinya.
Karena gerakan parkour terbilang sangat berbahaya layaknya aksi superhero Spiderman, maka untuk menekuni olahraga ini, diperlukan keberanian ekstra, kekuatan fisik, motorik dan efektifitas yang baik serta keyakinan yang kuat untuk bisa melewati rintangan-rintangan yang ada. Seperti melompat di atas bangunan tinggi, berlari cepat di atas sebatang besi, menuruni tembok dan aksi ekstrem lainnya.
"Oleh karena itu, nggak bisa sembarangan dilakukan. Di awal berlatih, kita diajarkan dari gerakan gerakan basic parkour terlebih dahulu. Seperti kong, precision jump, rolling, dash dan beberapa teknik lainnya. Gerakannya sedikit sulit dipelajari. Perlu waktu kurang lebih 3 – 4 pekan baru bisa terbiasa dengan gerakan-gerakan basic tersebut. Karena jika salah, maka berdampak cedera," paparnya.
Ngomong-ngomong soal cedera, Dhani, sapaan akrabnya juga cukup sering mencicipinya demi menaklukkan rintangan ekstrem. "Cedera terbesar hanya cedera pada bahu yang bergeser dan cedera engkle kaki. Namun, hal itu adalah kelalain saya karena tidak prepare yang cukup sebelum melakukan gerakan," kenangnya.
Meski begitu, Dhani tidak merasa kapok atau jera. Justru, ia merasakan banyak manfaat yang didapat sebagai seorang traceur. Di antaranya ialah melatih mental. "Parkour juga bisa meningkatkan kekuatan tulang, mengembangkan keterampilan tubuh, hingga membangun kepercayaan diri," sambungnya.
Saat ini, ia bersama teman-teman komunitasnya masih aktif berlatih di sekitaran MTQ dan Stadion Utama Riau, setiap hari Sabtu dan Ahad sore. Untuk para pembaca yang hobi dengan parkour, Dhani meminta untuk tak perlu ragu menekuni olahraga ini. "Jangan coba-coba sendiri di rumah. Kalau salah, akibatnya bisa sangat fatal. Jika ingin belajar, bergabunglah ke komunitas agar dapat belajar dari gerakan dasar dan teknik yang benar dari praktisi yang sudah faham. Demi menghindari cedera. Buat yang mau tanya-tanya atau mau join, mungkin bisa kontak ke IG saya (@dhaniebt) atau IG komunitas kami @parkourflowit," pesannya di akhir sesi wawancara bersama Riau Pos.
So, tertarik nggak buat jadi penakluk rintangan menantang seperti Dhani, guys? Tapi yang harus diingat adalah, don’t try this at home ya. Seperti yang dikatakan Dhani, olahraga ini harus dilakukan dengan pendampingan praktisi yang sudah faham.(azr)
Laporan: Siti Azura
Foto: Koleksi Pribadi