Rabu, 11 September 2024

Garap Budi Daya Rumput Odot

Agroforestri Ciptakan Harmonisasi Antara Gajah dan Petani (1)

BENGKALIS (RIAUPOSCO) – Dulu, suara ledakan petasan jumbo menjadi simfoni menakutkan bagi kawanan gajah Sumatera yang kerap mengganggu perkebunan warga di Desa Pinggir, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Namun seiring berjalannya waktu, suara itu perlahan tergantikan oleh nada yang lebih damai.

Laporan, Abu Kasim, Pinggir

Suparto, seorang petani sekaligus Sekretaris Kelompok Tani Hutan (KTH) Alam Pusaka Jaya, telah menjadi saksi hidup transformasi hubungan manusia dan gajah di kawasan ini. Sebagai pemilik lahan dan perkebunan di area yang bersempadan dengan kantong gajah Balairaja, Suparto awalnya ikut-ikutan menggunakan petasan untuk mengusir kawanan gajah liar. Namun, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem, ia pun mulai meragukan efektivitas cara yang justru menyakiti hewan mamalia yang terancam punah tersebut.

Baca Juga:  Dapat Jatah 4 Kali Penyeberangan, Raup Rp400 Ribu per Hari

“Kami sadar bahwa gajah juga punya hak untuk hidup dan mencari makan. Dulu kami sering konflik dengan gajah, tapi sekarang kami bisa hidup berdampingan,” jelas Suparto.

- Advertisement -

Ia menceritakan, bahwa dulu, tahun 1995 hingga 2020, warga menggunakan cara kuno dan berbahaya tersebut untuk mengusir kawanan gajah liar. Sebab, warga selalu merasa kesal lantaran hewan berbadan bongsor tersebut sering memakan tanaman sawit dan karet milik warga. “Ya, warga yang kesal, selalu mengusirnya dengan petasan,” ucapnya.

Suparto dan para warga setempat kini telah berdamai. Sejak mengenal rimba satwa foundation (RSF) yang merupakan mitra program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), Suparto pun akhirnya mendapatkan edukasi dan sosialisasi.

- Advertisement -
Baca Juga:  PHR Gelar Apresiasi Siaga Lebaran Bagi Pekerja yang Setia Bertugas Saat Lebaran

Kelompok masyarakat tersebut kini mendapatkan solusi jangka panjang dalam mengatasi persoalan gajah yang dulu mereka anggap hama, yakni dengan menjalankan program agroforestri.

Mereka pun mulai menanam tanaman yang tidak disukai gajah, namun memiliki nilai ekonomi tinggi di lahan-lahan mereka.

“Kami diberikan edukasi oleh PHR dan RSF, hingga terbentuklah KTH Alam Pusaka Jaya ini,” kenangnya.(bersambung/ade)

BENGKALIS (RIAUPOSCO) – Dulu, suara ledakan petasan jumbo menjadi simfoni menakutkan bagi kawanan gajah Sumatera yang kerap mengganggu perkebunan warga di Desa Pinggir, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Namun seiring berjalannya waktu, suara itu perlahan tergantikan oleh nada yang lebih damai.

Laporan, Abu Kasim, Pinggir

Suparto, seorang petani sekaligus Sekretaris Kelompok Tani Hutan (KTH) Alam Pusaka Jaya, telah menjadi saksi hidup transformasi hubungan manusia dan gajah di kawasan ini. Sebagai pemilik lahan dan perkebunan di area yang bersempadan dengan kantong gajah Balairaja, Suparto awalnya ikut-ikutan menggunakan petasan untuk mengusir kawanan gajah liar. Namun, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem, ia pun mulai meragukan efektivitas cara yang justru menyakiti hewan mamalia yang terancam punah tersebut.

Baca Juga:  Pawang Jalur Sosok Berpengaruh di Tradisi Rantau Kuantan

“Kami sadar bahwa gajah juga punya hak untuk hidup dan mencari makan. Dulu kami sering konflik dengan gajah, tapi sekarang kami bisa hidup berdampingan,” jelas Suparto.

Ia menceritakan, bahwa dulu, tahun 1995 hingga 2020, warga menggunakan cara kuno dan berbahaya tersebut untuk mengusir kawanan gajah liar. Sebab, warga selalu merasa kesal lantaran hewan berbadan bongsor tersebut sering memakan tanaman sawit dan karet milik warga. “Ya, warga yang kesal, selalu mengusirnya dengan petasan,” ucapnya.

Suparto dan para warga setempat kini telah berdamai. Sejak mengenal rimba satwa foundation (RSF) yang merupakan mitra program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), Suparto pun akhirnya mendapatkan edukasi dan sosialisasi.

Baca Juga:  Berbagi Keceriaan Bersama Anak-Anak dan Serahkan Bantuan

Kelompok masyarakat tersebut kini mendapatkan solusi jangka panjang dalam mengatasi persoalan gajah yang dulu mereka anggap hama, yakni dengan menjalankan program agroforestri.

Mereka pun mulai menanam tanaman yang tidak disukai gajah, namun memiliki nilai ekonomi tinggi di lahan-lahan mereka.

“Kami diberikan edukasi oleh PHR dan RSF, hingga terbentuklah KTH Alam Pusaka Jaya ini,” kenangnya.(bersambung/ade)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Ciptakan Petani Cerdas

Petani Keluhkan Harga Pakan Mahal

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari