Minggu, 8 September 2024

Corona Mewabah, Pemerintah Disarankan Cari Pasar Lain

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kegiatan ekonomi global terganggu akibat isu wabah virus corona. Perputaran uang menjadi lambat, aktivitas ekonomi lesu. Pernyataan itu diungkapkan oleh Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus.

“Perputaran uang menjadi lambat, aktivitas ekonomi lesu. Seperti aliran barang, jasa, dan investasi. Ujung-ujungnya mempengaruhi daya beli masyarakat. Tenaga kerja di seluruh negara pun terdampak,” kata Heri di ITS Office Tower, Pasar Minggu, Kamis (27/2).

Hubungan ekonomi Indonesia dan Cina sedang hangat-hangatnya. Makin erat. Baik dalam sektor industri, jasa, dan pariwisata. Sektor yang terakhir disebut itu paling awal langsung terkena imbas wabah Covid-19.

Ditutupnya penerbangan menuju atau dari Cina menimbulkan efek domino. Merugikan maskapai, perhotelan, dan industri kuliner. Pemasukan dari sektor tersebut pun anjlok. Begitu pula dari sektor manufaktur.

- Advertisement -

“Indonesia banyak mengimpor bahan baku dari Cina. Apalagi Wuhan adalah kota industri dan jasa. Banyak pabrikan mulai dari industri hilir, intermediet, hingga bahan baku,” jelasnya.

Baca Juga:  Yuk Tonton… Ada Konser Godbless 48 Tahun di MAXstream Telkomsel 

Praktis, aliran suplai bahan baku dari Cina berkurang. Bahkan langsung stop. Akibatnya, menimbulkan kelangkaan di dalam negeri. Misalnya, bahan baku untuk barang elektronik maupun otomitif yang sangat bergantung dari Negeri Panda itu.

- Advertisement -

“Tiba-tiba mereka stop atau kurang pasti kita akan kena shock. Pasti terganggu,” ujar Heri.

Akibatnya, akan muncul kelangkaan barang, minimnya produksi, inflasi, dan mempengaruhi daya beli masyarakat. Lantas bagaimana solusinya? Heri menyebut Indonesia harus segera mencari dan memetakan negara lain sebagai alternatif mengganti peran Cina dalam dagang internasional. Terutama yang memiliki barang sama kompetitifnya dengan Cina dan bisa diterima oleh industri tanah air. Misalnya, impor bahan baku komponen elektronik.

“Selain dari Cina, mana lagi yang bisa menyediakan? Yang harganya sama murahnya dengan Cina. Atau yang kualitasnya sama, sehingga cocok dengan industri tanah air. Tujuannya adalah agar industry tidak kekurangan bahan baku,” urainya.

Baca Juga:  Program Melayu Merindu, Upaya Pemberdayaan UKM Fesyen Riau

Heri sangat yakin bukan cuma Indonesia yang akan bertindak demikian. Vietnam juga akan benar-benar memanfaatkan momentum wabah virus corona untuk mencari peluang. Usaha yang sama bisa diterapkan untuk sektor pariwisata. Tapi, pemerintah harus getol mempromosikan daerah wisatanya go internasional.

“Katakanlah wisatawan asing yang tadinya mau datang ke Cina, nggak jadi, suruh dateng ke Indonesia,” urainya.

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho menuturkan, dampak ekonomi penyebaran virus Covid-19. Hasil perhitungan mereka pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan terkoreksi 0,19 persen hingga 0,29 persen.

“Pertumbuhan akan berada di angka 4,84 persen untuk kasus moderat dan hanya mencapai 4,74 persen jika kepanikan terus meluas,” tuturnya di kantor LIPI kemarin.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kegiatan ekonomi global terganggu akibat isu wabah virus corona. Perputaran uang menjadi lambat, aktivitas ekonomi lesu. Pernyataan itu diungkapkan oleh Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus.

“Perputaran uang menjadi lambat, aktivitas ekonomi lesu. Seperti aliran barang, jasa, dan investasi. Ujung-ujungnya mempengaruhi daya beli masyarakat. Tenaga kerja di seluruh negara pun terdampak,” kata Heri di ITS Office Tower, Pasar Minggu, Kamis (27/2).

Hubungan ekonomi Indonesia dan Cina sedang hangat-hangatnya. Makin erat. Baik dalam sektor industri, jasa, dan pariwisata. Sektor yang terakhir disebut itu paling awal langsung terkena imbas wabah Covid-19.

Ditutupnya penerbangan menuju atau dari Cina menimbulkan efek domino. Merugikan maskapai, perhotelan, dan industri kuliner. Pemasukan dari sektor tersebut pun anjlok. Begitu pula dari sektor manufaktur.

“Indonesia banyak mengimpor bahan baku dari Cina. Apalagi Wuhan adalah kota industri dan jasa. Banyak pabrikan mulai dari industri hilir, intermediet, hingga bahan baku,” jelasnya.

Baca Juga:  Program Melayu Merindu, Upaya Pemberdayaan UKM Fesyen Riau

Praktis, aliran suplai bahan baku dari Cina berkurang. Bahkan langsung stop. Akibatnya, menimbulkan kelangkaan di dalam negeri. Misalnya, bahan baku untuk barang elektronik maupun otomitif yang sangat bergantung dari Negeri Panda itu.

“Tiba-tiba mereka stop atau kurang pasti kita akan kena shock. Pasti terganggu,” ujar Heri.

Akibatnya, akan muncul kelangkaan barang, minimnya produksi, inflasi, dan mempengaruhi daya beli masyarakat. Lantas bagaimana solusinya? Heri menyebut Indonesia harus segera mencari dan memetakan negara lain sebagai alternatif mengganti peran Cina dalam dagang internasional. Terutama yang memiliki barang sama kompetitifnya dengan Cina dan bisa diterima oleh industri tanah air. Misalnya, impor bahan baku komponen elektronik.

“Selain dari Cina, mana lagi yang bisa menyediakan? Yang harganya sama murahnya dengan Cina. Atau yang kualitasnya sama, sehingga cocok dengan industri tanah air. Tujuannya adalah agar industry tidak kekurangan bahan baku,” urainya.

Baca Juga:  Yuk Tonton… Ada Konser Godbless 48 Tahun di MAXstream Telkomsel 

Heri sangat yakin bukan cuma Indonesia yang akan bertindak demikian. Vietnam juga akan benar-benar memanfaatkan momentum wabah virus corona untuk mencari peluang. Usaha yang sama bisa diterapkan untuk sektor pariwisata. Tapi, pemerintah harus getol mempromosikan daerah wisatanya go internasional.

“Katakanlah wisatawan asing yang tadinya mau datang ke Cina, nggak jadi, suruh dateng ke Indonesia,” urainya.

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho menuturkan, dampak ekonomi penyebaran virus Covid-19. Hasil perhitungan mereka pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan terkoreksi 0,19 persen hingga 0,29 persen.

“Pertumbuhan akan berada di angka 4,84 persen untuk kasus moderat dan hanya mencapai 4,74 persen jika kepanikan terus meluas,” tuturnya di kantor LIPI kemarin.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari