Selasa, 2 Juli 2024

Industri Perbankan Indonesia Tumbuh Resilien

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Di tengah potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, industri perbankan Indonesia per Desember 2023 tetap resilien dan berdaya saing didukung oleh tingkat  profitabilitas ROA sebesar 2,74 persen dan NIM sebesar  4,81 persen. Permodalan (CAR) perbankan relatif tinggi  sebesar 27,65 persen menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi ketidakpastian global.

Hal tersebut dikatakan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI Mahendra Siregar. Dari sisi kinerja intermediasi, pada Desember 2023, secara yoy kredit meningkat Rp666,68 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,38 persen menjadi Rp7.090 triliun. ‘’Pertumbuhan tersebut utamanya didorong Kredit Investasi yang tumbuh sebesar 12,26 persen yoy dan Kredit Modal Kerja sebesar 10,05 persen yoy,’’ ujarnya, belum lama ini.

- Advertisement -

Sementara ditinjau dari kepemilikan bank, Bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu tumbuh sebesar 12,02 persen yoy, dengan porsi kredit sebesar 45,64 persen dari total kredit perbankan.

Baca Juga:  April 2021, NTP Riau Minus 2,26 Persen

Dalam pada itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Desember 2023 tercatat 3,73 persen yoy atau menjadi Rp8.458 triliun, dengan giro menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu 4,57 persen yoy.

Ia juga mengatakan bahwa likuiditas industri perbankan pada Desember 2023 meningkat dengan rasio-rasio likuditas jauh di atas level kebutuhan pengawasan. Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing naik menjadi 120,07 persen  dan 28,73 persen  atau jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

- Advertisement -

Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,71 persen  dan NPL gross sebesar 2,19 persen. ‘’Seiring pertumbuhan perekonomian nasional, jumlah  kredit restrukturisasi Covid-19 melanjutkan tren penurunan menjadi sebesar Rp265,78 triliun atau turun Rp19,53 triliun,  dengan jumlah nasabah tercatat sebanyak 1,04 juta nasabah,” sambungnya.

Baca Juga:  Honda Gelar Kompetisi Desain Virtual City Hatch Art

Menurunnya jumlah kredit restrukturisasi dan NPL berdampak positif bagi penurunan rasio Loan at Risk menjadi 10,94 persen. ‘’Adapun jumlah kredit restrukturisasi Covid-19 yang bersifat targeted  adalah 42,3 persen dari total porsi kredit restrukturisasi Covid-19,’’ jelasnya lagi.

Di sisi risiko pasar, penurunan yield pada bulan Desember berdampak pada penurunan unrealized loss perbankan. Posisi Devisa Neto (PDN) perbankan juga mengalami penurunan menjadi sebesar 1,44 persen masih jauh di bawah 20 persen.(azr)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Di tengah potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, industri perbankan Indonesia per Desember 2023 tetap resilien dan berdaya saing didukung oleh tingkat  profitabilitas ROA sebesar 2,74 persen dan NIM sebesar  4,81 persen. Permodalan (CAR) perbankan relatif tinggi  sebesar 27,65 persen menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi ketidakpastian global.

Hal tersebut dikatakan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI Mahendra Siregar. Dari sisi kinerja intermediasi, pada Desember 2023, secara yoy kredit meningkat Rp666,68 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,38 persen menjadi Rp7.090 triliun. ‘’Pertumbuhan tersebut utamanya didorong Kredit Investasi yang tumbuh sebesar 12,26 persen yoy dan Kredit Modal Kerja sebesar 10,05 persen yoy,’’ ujarnya, belum lama ini.

Sementara ditinjau dari kepemilikan bank, Bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu tumbuh sebesar 12,02 persen yoy, dengan porsi kredit sebesar 45,64 persen dari total kredit perbankan.

Baca Juga:  Mal Ciputra Seraya Berbagi Kasih Imlek

Dalam pada itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Desember 2023 tercatat 3,73 persen yoy atau menjadi Rp8.458 triliun, dengan giro menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu 4,57 persen yoy.

Ia juga mengatakan bahwa likuiditas industri perbankan pada Desember 2023 meningkat dengan rasio-rasio likuditas jauh di atas level kebutuhan pengawasan. Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing naik menjadi 120,07 persen  dan 28,73 persen  atau jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,71 persen  dan NPL gross sebesar 2,19 persen. ‘’Seiring pertumbuhan perekonomian nasional, jumlah  kredit restrukturisasi Covid-19 melanjutkan tren penurunan menjadi sebesar Rp265,78 triliun atau turun Rp19,53 triliun,  dengan jumlah nasabah tercatat sebanyak 1,04 juta nasabah,” sambungnya.

Baca Juga:  Bank Riau Kepri Teken MoU dengan Kejari Siak

Menurunnya jumlah kredit restrukturisasi dan NPL berdampak positif bagi penurunan rasio Loan at Risk menjadi 10,94 persen. ‘’Adapun jumlah kredit restrukturisasi Covid-19 yang bersifat targeted  adalah 42,3 persen dari total porsi kredit restrukturisasi Covid-19,’’ jelasnya lagi.

Di sisi risiko pasar, penurunan yield pada bulan Desember berdampak pada penurunan unrealized loss perbankan. Posisi Devisa Neto (PDN) perbankan juga mengalami penurunan menjadi sebesar 1,44 persen masih jauh di bawah 20 persen.(azr)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari