JAKARTA (RIAUPOS.CO) — PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) atau Indonesia Port Corporations (IPC) menyampaikan bahwa pihaknya terpaksa menunda untuk melakukan aksi korporasi dalam mengakuisisi pelabuhan asing. Hal tersbeut disebabkan karena ancaman resesi global yang terjadi di sejumlah negara seperti Vietnam dan Bangladesh.
"Mereka terhantam cukup berat, kita review ulang," kata Direktur Utama Pelindo II Arif Suhartono dalam diskusi virtual di Jakarta, Jumat (24/7).
Arif menjelaskan, pendapatan yang dapat diraih oleh perseroan tidak lebih dari Rp13 triliun. Angka tersebut berbeda dengan BUMN lainnya, contohnya PT Pertamina (Persero) yang bisa mencapai ratusan triliun rupiah.
Meskipun demikan, kata dia, dampak pandemi Covid-19 yang terjadi pada perseroan tidak separah jika dibandingkan dengan beberapa operator pelabuhan dunia lainnya. Misalnya, trade import index India menurun 27 persen pada 2020 dibandingkan dengan 2019, Korea Selatan 27 persen, Jepang 26 persen, Turki 25 persen, Cina 24 persen, Vietnam 22 persen, Spanyol 19 persen, Jerman 18 persen, Brazil 13 persen dan Indonesia 13 persen.
Pihaknya mengaku wabah pandemi Covid-19 telah mempengaruhi kinerja perseroan, terutama jumlah bongkar muat, yakni layanan kontainer turun 8,3 persen dari 3,6 juta TEUs pada 2019 menjadi 3,3 juta TEUS pada Juni 2020 setelah Covid-19.
Selain itu, layanan non-kontainer turun 11,8 persen dari 28,4 juta tonase menjadi 25,4 juta tonase, shipping call 13,9 persen dari 100,8 juta GT menjadi 88,5 GT dan penumpang 280 persen dari 552.000 orang menjadi 197.000 orang.
Dengan demikian, Arif menyampaikan, perusahaan merevisi sejumlah target, di antaranya target layanan kontainer dari sebelum Covid-19 pada tahun yakni 8,05 juta TEUS, menjadi menjadi 6,82 juta TEUs karena adanya Covid-19.
Kemudian, layanan non-kontainer dari 65,69 juta tonase menjadi 52,65 tonase, shipping call dari 225,96 juta GT menjadi 180,53 juta GT dan penumpang dari 995.900 orang menjadi 397.200 orang.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi