Selasa, 1 Juli 2025
spot_img

Uni Eropa Pastikan Tak Ada Larangan Impor Sawit

JAKARAT (RIAUPOS.CO) — Anggota Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Michael Bucki memastikan pihaknya tidak berniat mengeluarkan larangan impor kelapa sawit. Organisasi negara-negara Benua Biru itu hanya berencana mencabut insentif bagi produk dengan rekam jejak buruk soal penggundulan hutan.

"Uni Eropa tidak pernah membuat larangan impor kelapa sawit. Tiap pihak dipersilakan untuk menjual kelapa sawit di Eropa tanpa ada pembatasan apapun," kata Bucki usai menghadiri Pekan Diplomasi Iklim di Kedutaan Besar Kerajaan Belanda, Jakarta, Senin (23/9).

Bucki menjelaskan, selama 10 tahun terakhir UE memberikan insentif bagi produsen bahan bakar hayati alias biofuel. Namun, kini kebijakan tersebut dinilai mengabaikan dampak industri biofuel terhadap lingkungan hidup.

Baca Juga:  Mitsubishi Fuso Luncurkan Fighter FN61FL HD dan eCanter

Karena itu, ke depan Uni Eropa tidak lagi memberi insentif bagi perusahaan kelapa sawit yang produknya diperoleh dari penggundulan hutan atau deforestasi. "Kami cuma tidak ingin terlibat (penggundulan hutan)," kata Bucki menjelaskan.

Kebijakan itu, menurut Bucki, tak hanya menyasar kelapa sawit, tetapi seluruh tanaman yang memiliki jejak deforestasi tinggi. "Mulai 2024, bahan bakar hayati yang tak lolos sertifikasi, tak lagi mendapat insentif. Siapapun masih dapat menjual produknya di Eropa, tetapi mereka tak lagi mendapat keuntungan tambahan," tambah Bucki.

Untuk diketahui, pada Maret 2019 lalu, sejumlah pakar UE membuat rekomendasi bahwa kelapa sawit merupakan salah satu komoditas tak berkelanjutan dan berisiko tinggi terhadap penggundulan hutan. Walaupun demikian, usulan itu perlu mendapat persetujuan dari Parlemen Eropa dan Dewan Eropa sebelum jadi acuan kebijakan negara-negara anggota UE.

Baca Juga:  Tarif Ojol Naik, Begini Tanggapan Asosiasi

Indonesia bersama Malaysia dan Thailand merupakan produsen utama kelapa sawit yang menguasai pasar dunia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menyatakan keberatan terhadap rekomendasi pakar UE terkait kelapa sawit. (ant/dil/jpnn)
Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal

JAKARAT (RIAUPOS.CO) — Anggota Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Michael Bucki memastikan pihaknya tidak berniat mengeluarkan larangan impor kelapa sawit. Organisasi negara-negara Benua Biru itu hanya berencana mencabut insentif bagi produk dengan rekam jejak buruk soal penggundulan hutan.

"Uni Eropa tidak pernah membuat larangan impor kelapa sawit. Tiap pihak dipersilakan untuk menjual kelapa sawit di Eropa tanpa ada pembatasan apapun," kata Bucki usai menghadiri Pekan Diplomasi Iklim di Kedutaan Besar Kerajaan Belanda, Jakarta, Senin (23/9).

Bucki menjelaskan, selama 10 tahun terakhir UE memberikan insentif bagi produsen bahan bakar hayati alias biofuel. Namun, kini kebijakan tersebut dinilai mengabaikan dampak industri biofuel terhadap lingkungan hidup.

Baca Juga:  Peduli Kemajuan Pendidikan, Agung Toyota Serahkan Bus Sekolah 

Karena itu, ke depan Uni Eropa tidak lagi memberi insentif bagi perusahaan kelapa sawit yang produknya diperoleh dari penggundulan hutan atau deforestasi. "Kami cuma tidak ingin terlibat (penggundulan hutan)," kata Bucki menjelaskan.

Kebijakan itu, menurut Bucki, tak hanya menyasar kelapa sawit, tetapi seluruh tanaman yang memiliki jejak deforestasi tinggi. "Mulai 2024, bahan bakar hayati yang tak lolos sertifikasi, tak lagi mendapat insentif. Siapapun masih dapat menjual produknya di Eropa, tetapi mereka tak lagi mendapat keuntungan tambahan," tambah Bucki.

- Advertisement -

Untuk diketahui, pada Maret 2019 lalu, sejumlah pakar UE membuat rekomendasi bahwa kelapa sawit merupakan salah satu komoditas tak berkelanjutan dan berisiko tinggi terhadap penggundulan hutan. Walaupun demikian, usulan itu perlu mendapat persetujuan dari Parlemen Eropa dan Dewan Eropa sebelum jadi acuan kebijakan negara-negara anggota UE.

Baca Juga:  XL Luncurkan Paket Xtra Combo Flex

Indonesia bersama Malaysia dan Thailand merupakan produsen utama kelapa sawit yang menguasai pasar dunia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menyatakan keberatan terhadap rekomendasi pakar UE terkait kelapa sawit. (ant/dil/jpnn)
Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARAT (RIAUPOS.CO) — Anggota Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Michael Bucki memastikan pihaknya tidak berniat mengeluarkan larangan impor kelapa sawit. Organisasi negara-negara Benua Biru itu hanya berencana mencabut insentif bagi produk dengan rekam jejak buruk soal penggundulan hutan.

"Uni Eropa tidak pernah membuat larangan impor kelapa sawit. Tiap pihak dipersilakan untuk menjual kelapa sawit di Eropa tanpa ada pembatasan apapun," kata Bucki usai menghadiri Pekan Diplomasi Iklim di Kedutaan Besar Kerajaan Belanda, Jakarta, Senin (23/9).

Bucki menjelaskan, selama 10 tahun terakhir UE memberikan insentif bagi produsen bahan bakar hayati alias biofuel. Namun, kini kebijakan tersebut dinilai mengabaikan dampak industri biofuel terhadap lingkungan hidup.

Baca Juga:  RS Awal Bros Pekanbaru Hadirkan Incredible Spirit of 2020

Karena itu, ke depan Uni Eropa tidak lagi memberi insentif bagi perusahaan kelapa sawit yang produknya diperoleh dari penggundulan hutan atau deforestasi. "Kami cuma tidak ingin terlibat (penggundulan hutan)," kata Bucki menjelaskan.

Kebijakan itu, menurut Bucki, tak hanya menyasar kelapa sawit, tetapi seluruh tanaman yang memiliki jejak deforestasi tinggi. "Mulai 2024, bahan bakar hayati yang tak lolos sertifikasi, tak lagi mendapat insentif. Siapapun masih dapat menjual produknya di Eropa, tetapi mereka tak lagi mendapat keuntungan tambahan," tambah Bucki.

Untuk diketahui, pada Maret 2019 lalu, sejumlah pakar UE membuat rekomendasi bahwa kelapa sawit merupakan salah satu komoditas tak berkelanjutan dan berisiko tinggi terhadap penggundulan hutan. Walaupun demikian, usulan itu perlu mendapat persetujuan dari Parlemen Eropa dan Dewan Eropa sebelum jadi acuan kebijakan negara-negara anggota UE.

Baca Juga:  Tarif Ojol Naik, Begini Tanggapan Asosiasi

Indonesia bersama Malaysia dan Thailand merupakan produsen utama kelapa sawit yang menguasai pasar dunia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menyatakan keberatan terhadap rekomendasi pakar UE terkait kelapa sawit. (ant/dil/jpnn)
Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari