Minggu, 30 Juni 2024

Antisipasi Dampak Memanasnya Geopolitik

Lakukan Penguatan Ekonomi Domestik

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – PELAKU usaha menilai konflik antarnegara yang kian memanas akan memberikan derita secara ekonomi dan menambah panjang daftar scaring effect pascapandemi yang dalam tahap pemulihan. Dampak secara global akan memberikan pengaruh trickle down effect terhadap ekonomi nasional.

Analis ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani menyebutkan, dalam konteks ekonomi nasional, perlu dicermati dengan baik dan dimitigasi risiko yang membawa dampak secara langsung. ‘’Karena bersamaan dengan konflik politik global ini, rupiah juga terus mengalami penurunan nilai mencapai Rp16 ribu per dolar,’’ ujarnya, Ahad (21/4).

- Advertisement -

Kondisi konflik geopolitik dan ketidakstabilan ekonomi global, lanjut Ajib, menimbulkan paling tidak dua hal yang harus dimitigasi. Pertama, terganggunya rantai pasok ekonomi, yang akan mengakibatkan kenaikan harga atas komoditas impor. Termasuk bahan baku, minyak, maupun ongkos logistik. ‘’Hal itu memicu kenaikan HPP (harga pokok penjualan,red) sehingga akan mengeskalasi inflasi,” bebernya.

Baca Juga:  Selama Lebaran, PT PLN UIW Riau dan Kepri Gelar Pastikan Tidak Ada Pemadaman

Hal Kedua, kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) imbas kondisi geopolitik yang ada, yaitu cenderung akan menahan tingkat suku bunga The Fed (bank sentral AS). Sebelumnya pasar mempunyai ekspektasi bahwa The Fed rate akan dipangkas. ‘’Kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat ini menjadi patron dominan BI (Bank Indonesia) dalam membuat kebijakan moneter nasional,’’ urainya.

Menurut Ajib, pemerintah perlu fokus dalam tiga hal utama untuk penguatan ekonomi dalam negeri. Yakni hilirisasi, orientasi ekspor dan substitusi impor, serta peningkatan kualitas investasi yang bisa lebih menyerap tenaga kerja. ‘’Dengan beberapa indikator yang ada, ekonomi nasional masih cenderung bagus dan bertahan positif dalam ketidakpastian global, sepanjang pemerintah konsisten mendorong program-program yang pro dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri,’’ ujarnya.

- Advertisement -

Di sisi lain, Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) mengaku tengah fokus menggenjot kinerja perdagangan domestik. ”Kami melihat global sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Kami harapkan kita fokus mengamankan perdagangan dalam negeri,” tutur Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah.

Baca Juga:  Pasangan di Klaten Menikah dengan Mahar ETF

Adapun saat ini Hippindo memiliki 80.000 anggota yang terdiri dari berbagai sektor, mulai supermarket, fashion, department store, hingga restoran. ”Kami akan memastikan bahwa perdagangan dalam negeri dapat membantu pemerintah dalam menekan inflasi serta menjaga harga eceran tertinggi (HET). Kami juga akan memastikan agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tercapai,” bebernya.

Menurut Budi, sapaan Budihardjo Iduansjah, ritel memiliki kontribusi besar bagi perekonomian, terutama untuk menggenjot perdagangan domestik. Sektor tersebut menyumbang 52 persen untuk pertumbuhan ekonomi. Karena itu, pihaknya akan membantu pemerintah dalam menekan inflasi. ”Jadi, penting regulasi yang tepat untuk sektor ritel dan perdagangan di dalam negeri,” tegasnya. (agf/dee/dio/jpg)

Laporan JPG, Jakarta

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – PELAKU usaha menilai konflik antarnegara yang kian memanas akan memberikan derita secara ekonomi dan menambah panjang daftar scaring effect pascapandemi yang dalam tahap pemulihan. Dampak secara global akan memberikan pengaruh trickle down effect terhadap ekonomi nasional.

Analis ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani menyebutkan, dalam konteks ekonomi nasional, perlu dicermati dengan baik dan dimitigasi risiko yang membawa dampak secara langsung. ‘’Karena bersamaan dengan konflik politik global ini, rupiah juga terus mengalami penurunan nilai mencapai Rp16 ribu per dolar,’’ ujarnya, Ahad (21/4).

Kondisi konflik geopolitik dan ketidakstabilan ekonomi global, lanjut Ajib, menimbulkan paling tidak dua hal yang harus dimitigasi. Pertama, terganggunya rantai pasok ekonomi, yang akan mengakibatkan kenaikan harga atas komoditas impor. Termasuk bahan baku, minyak, maupun ongkos logistik. ‘’Hal itu memicu kenaikan HPP (harga pokok penjualan,red) sehingga akan mengeskalasi inflasi,” bebernya.

Baca Juga:  Presiden Jokowi Bertemu Bank Dunia Bahas Lima Hal Penting

Hal Kedua, kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) imbas kondisi geopolitik yang ada, yaitu cenderung akan menahan tingkat suku bunga The Fed (bank sentral AS). Sebelumnya pasar mempunyai ekspektasi bahwa The Fed rate akan dipangkas. ‘’Kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat ini menjadi patron dominan BI (Bank Indonesia) dalam membuat kebijakan moneter nasional,’’ urainya.

Menurut Ajib, pemerintah perlu fokus dalam tiga hal utama untuk penguatan ekonomi dalam negeri. Yakni hilirisasi, orientasi ekspor dan substitusi impor, serta peningkatan kualitas investasi yang bisa lebih menyerap tenaga kerja. ‘’Dengan beberapa indikator yang ada, ekonomi nasional masih cenderung bagus dan bertahan positif dalam ketidakpastian global, sepanjang pemerintah konsisten mendorong program-program yang pro dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri,’’ ujarnya.

Di sisi lain, Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) mengaku tengah fokus menggenjot kinerja perdagangan domestik. ”Kami melihat global sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Kami harapkan kita fokus mengamankan perdagangan dalam negeri,” tutur Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah.

Baca Juga:  Pertahankan Suasana Kondusif di Bumi Lancang Kuning

Adapun saat ini Hippindo memiliki 80.000 anggota yang terdiri dari berbagai sektor, mulai supermarket, fashion, department store, hingga restoran. ”Kami akan memastikan bahwa perdagangan dalam negeri dapat membantu pemerintah dalam menekan inflasi serta menjaga harga eceran tertinggi (HET). Kami juga akan memastikan agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tercapai,” bebernya.

Menurut Budi, sapaan Budihardjo Iduansjah, ritel memiliki kontribusi besar bagi perekonomian, terutama untuk menggenjot perdagangan domestik. Sektor tersebut menyumbang 52 persen untuk pertumbuhan ekonomi. Karena itu, pihaknya akan membantu pemerintah dalam menekan inflasi. ”Jadi, penting regulasi yang tepat untuk sektor ritel dan perdagangan di dalam negeri,” tegasnya. (agf/dee/dio/jpg)

Laporan JPG, Jakarta

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari