(RIAUPOS.CO) – Pandemi Covid-19 merubah pola dan gaya hidup manusia. Tak terkecuali pola berbisnis. Di mana banyak orang lebih banyak menghabiskan waktu berkomunikasi maupun melakukan transaksi atau penjualan secara digital. Bahkan para pelaku industri otomotif pun mulai menjajaki dunia digitalisasi atau e-Commerce. Hal ini dilakukan tak lain agar konsumen tetap mendapatkan pelayanan dan produk terjamin dari produsen otomotif maupun sejenisnya.
Salah satu agen pemilik merek Mitsubishi telah dulu merambah penjualan di commerce terutama sejak Pandemi merebak, terutama penjualan suku cadang (spare part). Hal ini juga dialami oleh PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia. Director of After Sales Division MMKSI, Eiichiro Hamazaki mengatakan kondisi Pandemi saat ini adalah alasan terkuat masuk ke penjualan online sebagai pengganti penjualan suku cadang secara offline karena sebagian besar konsumen enggan untuk datang langsung ke diler.
"Kondisi pandemi yang membuat kami masuk ke e-Commerce. Target utama adalah orang-orang yang melakukan perawatan sendiri di rumah, atau bengkel bengkel. Target utama adalah orang orang yang melakukan perawatan sendiri di rumah atau bengkel bengkel," kata amazaki dalam jumpa pers virtual, kemarin.
Karena terbilang baru terjun di e-Commerce, Hamazaki mengaku belum memberikan pelayanan secara maksimal. Terutama terkait ketersediaan dan kelengkapan suku cadang."Tantangannya adalah suplai dari sparepart, jadi kami harus menyiapkan ketersediaan dan stok untuk memenuhi kebutuhan di e-Commerce. Jadi keuntungan dari e-Commerce adalah waktunya yang terstruktur," katanya.
"Jadi kami harus tetap membuat keseimbangan antara suplai buat diler dan suplai di commerce. Itu yang harus kami lewati tantangannya," sambungnya.
Hamazaki menuturkan, pihaknya baru satu bulan mulainya strategi ini, dan butuh waktu untuk memahami demografi konsumen e-Commerce. Selain itu ia juga harus menganalisa demografi konsumen."Jadi kami setelah menganalisa permintaan dan memahami dan line up yang dibutuhkan atau sesuai dengan kebutuhan konsumen e-Commerce. Jadi kami mencoba memenuhi tantangan ini. Hasilnya tidak buruk," imbuhnya.
Berikutnya, Mitsubishi tidak merubah harga saat pembelian langsung ke diler dengan e-Commerce. "Kedua adalah seting harga, tentu ecommerce ada keuntungan dari seting harga. Tentu kami memberikan harga yang sesuai dengan diler," pungkasnya.(nda)
Laporan YUSNIR, Jakarta
(RIAUPOS.CO) – Pandemi Covid-19 merubah pola dan gaya hidup manusia. Tak terkecuali pola berbisnis. Di mana banyak orang lebih banyak menghabiskan waktu berkomunikasi maupun melakukan transaksi atau penjualan secara digital. Bahkan para pelaku industri otomotif pun mulai menjajaki dunia digitalisasi atau e-Commerce. Hal ini dilakukan tak lain agar konsumen tetap mendapatkan pelayanan dan produk terjamin dari produsen otomotif maupun sejenisnya.
Salah satu agen pemilik merek Mitsubishi telah dulu merambah penjualan di commerce terutama sejak Pandemi merebak, terutama penjualan suku cadang (spare part). Hal ini juga dialami oleh PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia. Director of After Sales Division MMKSI, Eiichiro Hamazaki mengatakan kondisi Pandemi saat ini adalah alasan terkuat masuk ke penjualan online sebagai pengganti penjualan suku cadang secara offline karena sebagian besar konsumen enggan untuk datang langsung ke diler.
- Advertisement -
"Kondisi pandemi yang membuat kami masuk ke e-Commerce. Target utama adalah orang-orang yang melakukan perawatan sendiri di rumah, atau bengkel bengkel. Target utama adalah orang orang yang melakukan perawatan sendiri di rumah atau bengkel bengkel," kata amazaki dalam jumpa pers virtual, kemarin.
Karena terbilang baru terjun di e-Commerce, Hamazaki mengaku belum memberikan pelayanan secara maksimal. Terutama terkait ketersediaan dan kelengkapan suku cadang."Tantangannya adalah suplai dari sparepart, jadi kami harus menyiapkan ketersediaan dan stok untuk memenuhi kebutuhan di e-Commerce. Jadi keuntungan dari e-Commerce adalah waktunya yang terstruktur," katanya.
- Advertisement -
"Jadi kami harus tetap membuat keseimbangan antara suplai buat diler dan suplai di commerce. Itu yang harus kami lewati tantangannya," sambungnya.
Hamazaki menuturkan, pihaknya baru satu bulan mulainya strategi ini, dan butuh waktu untuk memahami demografi konsumen e-Commerce. Selain itu ia juga harus menganalisa demografi konsumen."Jadi kami setelah menganalisa permintaan dan memahami dan line up yang dibutuhkan atau sesuai dengan kebutuhan konsumen e-Commerce. Jadi kami mencoba memenuhi tantangan ini. Hasilnya tidak buruk," imbuhnya.
Berikutnya, Mitsubishi tidak merubah harga saat pembelian langsung ke diler dengan e-Commerce. "Kedua adalah seting harga, tentu ecommerce ada keuntungan dari seting harga. Tentu kami memberikan harga yang sesuai dengan diler," pungkasnya.(nda)
Laporan YUSNIR, Jakarta