Senin, 8 Juli 2024

Pandemi, Wisata Lokal Menggeliat

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) –  Dampak pendemi untuk sektor wisata lokal ternyata memberikan keuntungan tersendiri. Wisata lokal jadi menggeliat. Ini disinyalir karena adanya aturan bepergian khususnya via udara harus mengikuti aturan protokol kesehatan, di mana setiap penumpang menunjukkan bukti uji swab atau rapid test, atau lainnya.

Ketua PHRI Riau Nofrizal, menegaskan faktor ini mendukung menggeliatnya wisata lokal. “Kami perhatikan sejak November 2020 lalu, wisata lokal mulai ramai diminati karena untuk ke luar Riau banyak syarat salah satunya  harus uji swab. Jadi wisata lokal pun jadi pilihan,’’ papar Nofrizal kepada wartawan, Selasa (19/1).

- Advertisement -

Selain itu, dibukanya akses jalan Tol Pekanbaru-Dumai juga membuat rute perjalanan makin singkat dari masyarakat Riau Pesisir ke Pekanbaru, begitu juga sebaliknya. Dulunya, perjalanan memakan waktu berjam-jam kini 1,5 jam saja. “Dampak dari wisata lokal ini pun berpengaruh pada perhotelan,’’ sebutnya lagi.

Baca Juga:  Gemawira Riau Difasilitasi Gelar Bazar di Plaza The Central

Disebutkan politisi PAN ini, saat ini memang turis mancanegara tidak ada masuk Indonesia karena Covid-19, dan nol kunjungan. Tapi apakah pariwisata hancur? “Tidak, karena masih ada yang namanya pariwisata lokal. Apalagi wisata ini kebutuhan untuk refreshing. Orang bekerja itu perlu refreshing agar semangat kembali,’’ jelasnya.

Dicontohkan, orang Pekanbaru pergi ke mana tempat lain untuk wisata. Sumbar misalkan, Dumai, atau tempat wisata lain yang menjadi tujuannya, begitu juga sebaliknya orang ke Pekanbaru untuk liburan. “Jadi ada pertukaran, dan juga ramai jadinya meski lokal Riau, bahkan Sumbar atau Sumatera jalur darat,’’ katanya.

- Advertisement -

Maka itu, diharapkan kepada pemerintah untuk tidak memperketat  kunjungan wisatawan lokal, namun memperketat protokol kesehatan. Seluruh hotel dan restoran harus mematuhi standar sertifikasi (CHSE) atau clean, health, safety and environment (kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan lingkungan) yang diterbitkan oleh Kemenparekraf RI.

Baca Juga:  Srikandi PLN Dukung Pemberdayaan Melalui Volunteering Program

“Boleh menetapkan zonasi pandemi dengan zona merah atau hitam, akan tetapi untuk pariwisata jangan. Dia harus hijau,’’ harap Nofrizal lagi. ‘’Untuk pulih 100 persen dari pandemi semua pihak mesti banyak-banyak berdoa. Jangan menyerah, harus tetap optimis. Orang-orang pariwisata ini adalah para petarung   dan harus kuat,’’ sarannya.

Nofri berharap pemerintah  menjaga dana membina sektor pariwisata. Bberikan seluas-luasnya untuk mendapatkan investasi, karena memang sektor pariwisata mempunyai sumbangsih yang besar bagi pemerintah daerah.

“Makanya pemerintah dan swasta harus berkolaborasi memajukan pariwisata. Memang untuk investasi membangun hotel sedang menahan diri  dan berharap dengan vaksinasi pandemi bisa segera berlalu, dan semua bisa divaksin,” tuturnya.(gus)

 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) –  Dampak pendemi untuk sektor wisata lokal ternyata memberikan keuntungan tersendiri. Wisata lokal jadi menggeliat. Ini disinyalir karena adanya aturan bepergian khususnya via udara harus mengikuti aturan protokol kesehatan, di mana setiap penumpang menunjukkan bukti uji swab atau rapid test, atau lainnya.

Ketua PHRI Riau Nofrizal, menegaskan faktor ini mendukung menggeliatnya wisata lokal. “Kami perhatikan sejak November 2020 lalu, wisata lokal mulai ramai diminati karena untuk ke luar Riau banyak syarat salah satunya  harus uji swab. Jadi wisata lokal pun jadi pilihan,’’ papar Nofrizal kepada wartawan, Selasa (19/1).

Selain itu, dibukanya akses jalan Tol Pekanbaru-Dumai juga membuat rute perjalanan makin singkat dari masyarakat Riau Pesisir ke Pekanbaru, begitu juga sebaliknya. Dulunya, perjalanan memakan waktu berjam-jam kini 1,5 jam saja. “Dampak dari wisata lokal ini pun berpengaruh pada perhotelan,’’ sebutnya lagi.

Baca Juga:  Daihatsu Catat 151 Ribu Penjualan di 2021

Disebutkan politisi PAN ini, saat ini memang turis mancanegara tidak ada masuk Indonesia karena Covid-19, dan nol kunjungan. Tapi apakah pariwisata hancur? “Tidak, karena masih ada yang namanya pariwisata lokal. Apalagi wisata ini kebutuhan untuk refreshing. Orang bekerja itu perlu refreshing agar semangat kembali,’’ jelasnya.

Dicontohkan, orang Pekanbaru pergi ke mana tempat lain untuk wisata. Sumbar misalkan, Dumai, atau tempat wisata lain yang menjadi tujuannya, begitu juga sebaliknya orang ke Pekanbaru untuk liburan. “Jadi ada pertukaran, dan juga ramai jadinya meski lokal Riau, bahkan Sumbar atau Sumatera jalur darat,’’ katanya.

Maka itu, diharapkan kepada pemerintah untuk tidak memperketat  kunjungan wisatawan lokal, namun memperketat protokol kesehatan. Seluruh hotel dan restoran harus mematuhi standar sertifikasi (CHSE) atau clean, health, safety and environment (kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan lingkungan) yang diterbitkan oleh Kemenparekraf RI.

Baca Juga:  Srikandi PLN Dukung Pemberdayaan Melalui Volunteering Program

“Boleh menetapkan zonasi pandemi dengan zona merah atau hitam, akan tetapi untuk pariwisata jangan. Dia harus hijau,’’ harap Nofrizal lagi. ‘’Untuk pulih 100 persen dari pandemi semua pihak mesti banyak-banyak berdoa. Jangan menyerah, harus tetap optimis. Orang-orang pariwisata ini adalah para petarung   dan harus kuat,’’ sarannya.

Nofri berharap pemerintah  menjaga dana membina sektor pariwisata. Bberikan seluas-luasnya untuk mendapatkan investasi, karena memang sektor pariwisata mempunyai sumbangsih yang besar bagi pemerintah daerah.

“Makanya pemerintah dan swasta harus berkolaborasi memajukan pariwisata. Memang untuk investasi membangun hotel sedang menahan diri  dan berharap dengan vaksinasi pandemi bisa segera berlalu, dan semua bisa divaksin,” tuturnya.(gus)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari