Minggu, 7 Juli 2024

Impor Cina Berkurang, Momentum bagi Buah Domestik

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kepriha­tinan dunia atas merebaknya virus corona di Cina membawa dampak positif bagi petani dan pedagang buah-buahan domestik. Berkurangnya impor buah-buahan terutama dari Cina, justru menciptakan peluang besar bagi petani dan pedagang buah Nusantara untuk meningkatkan omzet produksi dan penjualannya.

Pasar buah dalam negeri menjadi semakin terbuka luas untuk diisi dengan buah-buahan domestik. Meski begitu, pemerintah mengimbau para petani maupun pedagang untuk tidak aji mumpung dengan menjual produk buah yang tidak bermutu.

- Advertisement -

Direktur Jenderal Hortikultura Kemeterian Pertanian Prihasto Setyanto mengajak petani buah di Indonesia untuk memanfaatkan momentum ini. Menurutnya, ini saatnya buah lokal merajai pasar dalam negeri.

"Kita punya buah tropis yang luar biasa besarnya, mulai dari manggis, durian, alpokat, nenas, pisang, jeruk bahkan apel dan stroberi. Volumenya mencapai 22 juta ton lebih tahun 2019 lalu. Namun begitu, untuk jenis buah tertentu seperti pisang, kami imbau agar petani memetik buah saat memang sudah umur panen atau matang fisiologis. Jangan sampai menjual buah ‘karbitan’ atau buah muda yang dipaksa matang," ujar dia dalam siaran pers, Ahad (16/2).

Baca Juga:  Alhamdulillah, Mulai April, Uang PKH Bisa Dicairkan Tiap Bulan

Untuk meminimalisir adanya kecurangan dengan memperdagangkan buah yang belum matang atau menggunakan bahan kimia agar proses pematangan lebih cepat, pihaknya akan memberikan edukasi para petani atau pedagang buah untuk menghindari praktik tersebut.

- Advertisement -

"Secara umum buah-bua­han lokal kita sangat aman dikonsumsi, karena biasanya dari kebun langsung didistribusikan ke pasar. Rantai pasoknya juga tidak terlalu panjang, sehingga tidak perlu perlakukan khusus penambahan zat-zat kimia tertentu apalagi sampai menggunakan zat kimia berbahaya," ujarnya.

Praktik pematangan itu dapat menurunkan nilai gizi yang berada dalam buah. Selain itu, juga berpengaruh terhadap rasa yang dihasilkan.

"Penggunaan bahan kimia berbahaya seperti Amonia atau Sulfur Dioksida jika sampai tertelan manusia, bisa merusak sistem saraf dan mempengaruhi fungsi hati maupun ginjal. Proses terbentuknya gula alami menurun, dan sintesis vitamin berkurang. Siapa yang rugi? Tentu semua pihak akan dirugikan," teran dia.(jpg)

Baca Juga:  Pemerintah Terus Jalankan Agenda Reformasi Struktural

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kepriha­tinan dunia atas merebaknya virus corona di Cina membawa dampak positif bagi petani dan pedagang buah-buahan domestik. Berkurangnya impor buah-buahan terutama dari Cina, justru menciptakan peluang besar bagi petani dan pedagang buah Nusantara untuk meningkatkan omzet produksi dan penjualannya.

Pasar buah dalam negeri menjadi semakin terbuka luas untuk diisi dengan buah-buahan domestik. Meski begitu, pemerintah mengimbau para petani maupun pedagang untuk tidak aji mumpung dengan menjual produk buah yang tidak bermutu.

Direktur Jenderal Hortikultura Kemeterian Pertanian Prihasto Setyanto mengajak petani buah di Indonesia untuk memanfaatkan momentum ini. Menurutnya, ini saatnya buah lokal merajai pasar dalam negeri.

"Kita punya buah tropis yang luar biasa besarnya, mulai dari manggis, durian, alpokat, nenas, pisang, jeruk bahkan apel dan stroberi. Volumenya mencapai 22 juta ton lebih tahun 2019 lalu. Namun begitu, untuk jenis buah tertentu seperti pisang, kami imbau agar petani memetik buah saat memang sudah umur panen atau matang fisiologis. Jangan sampai menjual buah ‘karbitan’ atau buah muda yang dipaksa matang," ujar dia dalam siaran pers, Ahad (16/2).

Baca Juga:  Kemenkes Puji Layanan dan Fasilitas Geriatri RS Awal Bros

Untuk meminimalisir adanya kecurangan dengan memperdagangkan buah yang belum matang atau menggunakan bahan kimia agar proses pematangan lebih cepat, pihaknya akan memberikan edukasi para petani atau pedagang buah untuk menghindari praktik tersebut.

"Secara umum buah-bua­han lokal kita sangat aman dikonsumsi, karena biasanya dari kebun langsung didistribusikan ke pasar. Rantai pasoknya juga tidak terlalu panjang, sehingga tidak perlu perlakukan khusus penambahan zat-zat kimia tertentu apalagi sampai menggunakan zat kimia berbahaya," ujarnya.

Praktik pematangan itu dapat menurunkan nilai gizi yang berada dalam buah. Selain itu, juga berpengaruh terhadap rasa yang dihasilkan.

"Penggunaan bahan kimia berbahaya seperti Amonia atau Sulfur Dioksida jika sampai tertelan manusia, bisa merusak sistem saraf dan mempengaruhi fungsi hati maupun ginjal. Proses terbentuknya gula alami menurun, dan sintesis vitamin berkurang. Siapa yang rugi? Tentu semua pihak akan dirugikan," teran dia.(jpg)

Baca Juga:  Menko PMK Apresiasi Pembukaan Aktivitas Pasar Tradisional
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari