Minggu, 7 Juli 2024

Kenaikan Harga CPO Tekan Defisit Indonesia

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Badan Pusat Statistik (BPS) membukukan neraca dagang Indonesia sepanjang November 2019 defisit sebesar USD 1,33 miliar. Capaian itu dibukukan dari perolehan ekspor sebesar USD 14,01 miliar dan total impor mencapai USD 15,34 miliar.

Membaiknya beberapa harga komoditas belakangan ini mampu mengurangi pelebaran angka defisit neraca dagang Indonesia. Salah satunya untuk produk kelapa sawit.

- Advertisement -

"Komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan harga per bulan bulan November 2019 adalah minyak kernel, minyak kelapa sawit (CPO), karet, coklat (kakao), dan alumunium. Kenaikan harga atau penurunan harga pada beberapa komoditas itu tentunya akan berpengaruh kepada ketahanan ekspor dan impor kita," terang Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin (16/12).

Salah satu contoh harga adalah karet (RSS/ribbed smoked sheet), dari USD 1,43 per kg menjadi USD 1,54 per kg, kakao juga naik dari USD 2,24 per kg menjadi USD 2,52 per kg atau naik 3,28 persen, begitu juga dengan aluminium yang naik dari USD 1.726 per MT menjadi USD 1.775 per MT atau naik 2,84 persen. 

Baca Juga:  Poles Tampilan, Incar Pasar MPV

Kemudian, harga minyak kernel sawit mengalami kenaikan 27,27 persen dari USD 594 per Metric Ton (MT) menjadi USD 756 per MT, lalu harga minyak kelapa sawit yang semula harganya USD 591 per MT menjadi USD 683 per MT atau naik 15,57 persen.

- Advertisement -

Meskipun beberapa komoditas mengalami kenaikan, kenaikan harga komoditas kelapa sawit yang paling berdampak. Bahkan, penurunan laju ekspor pada November ini bisa tertutupi oleh kenaikan harga komoditas kepala sawit.

Nilai ekspor minyak kelapa sawit meningkat dari USD 1,33 miliar pada Oktober menjadi USD 1,45 miliar pada November. Kemudian, untuk volume ekspor naik dari 2,53 juta ton pada Oktober menjadi 2,66 juta ton pada November.

Baca Juga:  DJKN RSK Berikan Kontribusi Penerimaan Negara Rp47,2 M

Seperti diketahui, nilai ekspor yang menurun disumbangkan oleh menurunnya bijih, kerak, dan abu logam sebesar USD 239,6 juta, lalu besi dan baja sebesar USD 169 juta, dan bahan bakar mineral sebesar USD 138,5 juta. Selain itu juga ada kendaraan dan bagiannya yang turun sebesar USD 122,4 juta dan logam mulia, perhiasan turun USD 105,2 juta.

Untuk nilai impor, pada November 2019 sebesar USD 15,34 miliar atau naik 3,94 persen dibandingkan Oktober. Komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan nilai impor tertinggi adalah mesin atau peralatan listrik sebesar USD 146,8 juta, bahan bakar mineral sebesar USD 137,8 juta, kendaraan dan bagiannya sebesar USD 51,5 juta, mesin dan peralatan mekanis sebesar USD 50,9 juta, dan buah-buahan sebesar USD 46,7 juta.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Badan Pusat Statistik (BPS) membukukan neraca dagang Indonesia sepanjang November 2019 defisit sebesar USD 1,33 miliar. Capaian itu dibukukan dari perolehan ekspor sebesar USD 14,01 miliar dan total impor mencapai USD 15,34 miliar.

Membaiknya beberapa harga komoditas belakangan ini mampu mengurangi pelebaran angka defisit neraca dagang Indonesia. Salah satunya untuk produk kelapa sawit.

"Komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan harga per bulan bulan November 2019 adalah minyak kernel, minyak kelapa sawit (CPO), karet, coklat (kakao), dan alumunium. Kenaikan harga atau penurunan harga pada beberapa komoditas itu tentunya akan berpengaruh kepada ketahanan ekspor dan impor kita," terang Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin (16/12).

Salah satu contoh harga adalah karet (RSS/ribbed smoked sheet), dari USD 1,43 per kg menjadi USD 1,54 per kg, kakao juga naik dari USD 2,24 per kg menjadi USD 2,52 per kg atau naik 3,28 persen, begitu juga dengan aluminium yang naik dari USD 1.726 per MT menjadi USD 1.775 per MT atau naik 2,84 persen. 

Baca Juga:  Houthi Serang Kilang Aramco di Jeddah, Harga Minyak Dunia Naik

Kemudian, harga minyak kernel sawit mengalami kenaikan 27,27 persen dari USD 594 per Metric Ton (MT) menjadi USD 756 per MT, lalu harga minyak kelapa sawit yang semula harganya USD 591 per MT menjadi USD 683 per MT atau naik 15,57 persen.

Meskipun beberapa komoditas mengalami kenaikan, kenaikan harga komoditas kelapa sawit yang paling berdampak. Bahkan, penurunan laju ekspor pada November ini bisa tertutupi oleh kenaikan harga komoditas kepala sawit.

Nilai ekspor minyak kelapa sawit meningkat dari USD 1,33 miliar pada Oktober menjadi USD 1,45 miliar pada November. Kemudian, untuk volume ekspor naik dari 2,53 juta ton pada Oktober menjadi 2,66 juta ton pada November.

Baca Juga:  OJK Minta Leasing Tidak Tagih Kredit Motor Macet Selama Setahun

Seperti diketahui, nilai ekspor yang menurun disumbangkan oleh menurunnya bijih, kerak, dan abu logam sebesar USD 239,6 juta, lalu besi dan baja sebesar USD 169 juta, dan bahan bakar mineral sebesar USD 138,5 juta. Selain itu juga ada kendaraan dan bagiannya yang turun sebesar USD 122,4 juta dan logam mulia, perhiasan turun USD 105,2 juta.

Untuk nilai impor, pada November 2019 sebesar USD 15,34 miliar atau naik 3,94 persen dibandingkan Oktober. Komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan nilai impor tertinggi adalah mesin atau peralatan listrik sebesar USD 146,8 juta, bahan bakar mineral sebesar USD 137,8 juta, kendaraan dan bagiannya sebesar USD 51,5 juta, mesin dan peralatan mekanis sebesar USD 50,9 juta, dan buah-buahan sebesar USD 46,7 juta.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari