JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kelebihan pasokan semen di Indonesia membuat PT Semen Indonesia Tbk meminta pemerintah membatasi pendirian pabrik baru. Selain itu, perseroan meminta pemerintah mencabut peraturan yang menjadi pintu masuk impor semen ke Indonesia.
Direktur Utama Semen Indonesia Hendi Prio Santoso menyebutkan, saat ini kelebihan pasokan semen di Indonesia telah mencapai 45 juta ton.
"Overcapacity ini karena belum ada kebijakan yang membatasi izin pabrik baru. Jadi, harus disetop," katanya di Kementerian BUMN, Selasa (12/11).
Berdasar data ASI (Asosiasi Semen Indonesia), kapasitas semen nasional saat ini 113,1 juta ton. Jumlah tersebut naik lantaran ada beberapa pemain yang baru menyelesaikan proyek pabriknya.
Sedangkan utilitas produksi semen tanah air pada tahun lalu hanya 69,54 juta ton. Hal itu semakin diperparah dengan penurunan konsumsi semen nasional. Konsumsi semen nasional mencapai 45,75 juta ton pada periode Januari hingga September 2019. Turun 2,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Hal tersebut turut memengaruhi penjualan perseroan yang juga turun sampai 4,9 persen sampai September 2019. Selain membatasi pembangunan pabrik baru, pihaknya meminta pemerintah mencabut aturan Permendag Nomor 7 Tahun 2018 tentang Ketentuan Impor Semen Clinker dan Semen.
"Itu membuka kemungkinan importasi semen. Kan tambah hancur. Ini saja sudah tidak sehat industrinya," imbuhnya.
Komisaris Independen Semen Indonesia Mochamad Choliq menegaskan, pembangunan pabrik semen, terutama dari luar negeri, sebaiknya dihambat karena adanya kelebihan kapasitas.
"Keperluan semen di Indonesia hanya 63 sampai 64 juta ton per tahun," paparnya.
Beruntung, kinerja ekspor semen hingga September cukup membantu menjaga utilitas pabrik agar tidak jatuh. Produksi semen untuk pasar ekspor semen naik 40 persen dari realisasi tahun lalu sebanyak 4,14 juta ton.
Di bagian lain, Semen Indonesia juga terus melakukan pemeliharaan pabrik Semen Andalas demi mengoptimalkan produksi. Hal itu dilakukan mengingat keperluan pasar semen di Aceh semakin meningkat.
Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan Semen Indonesia Sigit Wahono mengatakan, karakter masyarakat Aceh cukup loyal terhadap produk Semen Andalas. Mereka sangat mengidolakan semen tersebut sehingga cukup sulit untuk beralih ke produk lain.
"Bahkan untuk pindah ke produk lain yang masih di bawah grup Semen Indonesia juga tidak mau karena mereka sudah fanatik," jelasnya.
Selain Semen Andalas, saat ini perusahaan pelat merah tersebut telah memiliki beberapa produk semen. Yaitu, Semen Padang, Semen Gresik, Semen Tonasa, dan Dynamix (eks Holcim).
Di balik tingkat loyalitas konsumen Andalas yang tinggi, ada kendala yang dihadapi perseroan. Yaitu, terkait kapasitas pabrik Semen Andalas yang cukup kecil. Yakni, hanya 1,8 juta ton. Selain itu, pabriknya sudah tua sehingga tingkat utilisasinya tidak bisa tinggi lagi.
"Semen Andalas ini hanya dijual di Aceh saja sehingga solusi sementara ini kami akan terus melakukan maintenance agar produksinya bisa maksimal," tegasnya.
Menurut Sigit, perseroan berkomitmen akan selalu mempertahankan kekuatan merek dari tiap-tiap daerah sesuai dengan segmen dan loyalitas konsumen.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi