JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Ketidakpastian global dan pasar domestik diprediksi masih akan menghantui perkembangan pasar modal Indonesia tahun ini. Penyebaran virus Wuhan Corona menimbulkan kekhawatiran yang berdampak pada perlambatan aktivitas ekonomi dunia.
Head of Institutional Research MNC Seciruties Thendra Crisnanda mengungkapkan ketidakpastian global dan domestik membayangi pergerakan pasar modal Indonesia tahun ini. Selain itu, efek domino dari isu gagal bayar pada beberapa lembaga keuangan dan pasar modal Indonesia menjadi faktor dominan yang mendorong penurunan Indeks dan likuditas nilai transaksi rata – rata di BEI mencapai 30 persen.
Meenurut Thendra, penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang signifikan saat ini dinilai dapat menjadi momentum yang baik bagi investor untuk kembali mengakumulasi saham – saham yang berfundamental baik dan menawarkan dividen yang menarik.
IHSG diperkirakan dapat kembali bertumbuh secara moderat ke level 6.371 dengan tingkat probabilitas sebesar 45 persen hingga pertengahan tahun 2020. “Skenario pesimis IHSG berada pada level 5.601 apabila belum adanya kepastian atas penyelesaian isu domestik,” jelasnya.
MNC Sekuritas memandang, sektor konsumsi, perbankan, telekomunikasi dan pertambangan emas masih menjadi pilihan sektoral yang menarik di tahun ini. Adapun saham-saham menarik yang sapat diakumulasi diantaranya, HMSP, GGRM, ASII, BBRI, BBNI, MDKA dan ITMG.
Di sisi lain, Head of Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra memperkirakan pasar obligasi tahun ini juga masih akan memberikan imbal hasil yang positif kepada investor. Ini berkat faktor luar dan dalam negeri, yaitu ekspektasi suku bunga acuan Bank Sentral Amerika yang tidak berubah hingga akhir 2020. Sinyal pertumbuhan ekonomi domestik yang cenderung melandai juga membuka peluang kembali turunnya suku bunga acuan.
Oleh sebab itu, Made memprediksi pasar surat utang akan memberikan kinerja yang positif dengan estimasi total imbal hasil di tahun 2020 berkisar antara 7 persen – 9 persen. Pihaknya merekomendasikan seri Surat Utang Negara dengan tenor 5 tahun 15 tahun yang masih menunjukkan tingkat imbal hasil yang cukup atraktif dengan ketersediaan likuiditas di pasar sekunder yang cukup besar.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman