Rabu, 15 Oktober 2025
spot_img
spot_img

Tingkat Bunga Rendah Dorong Properti Makin Bergairah

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pasar properti tahun ini diharapkan bisa tumbuh lebih baik. Berdasar laporan Bank Indonesia (BI), hingga kuartal III 2019, peningkatan penjualan properti residensial lebih didorong penjualan rumah tipe kecil dan tipe besar. Sedangkan penjualan rumah tipe menengah masih terkontraksi.

Tahun ini, untuk memenuhi permintaan pasar, pengembang masih membutuhkan pembiayaan dari perbankan via KPR. Porsi pembiayaan pengembang dari perbankan pada kuartal III tahun lalu sekitar 26,87 persen atau masih didominasi dana internal pengembang yang porsinya mencapai 60,44 persen dari total pembiayaan. Sisanya, sekitar 9,83 persen, diisi sumber pembiayaan dari konsumen.

Suku bunga BI 7 days reverse repo rate (BI-7DRR) sudah menurun secara bertahap. Hal itu juga sudah mulai tertransmisi ke penurunan suku bunga kredit. Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengatakan, pengembang akan semakin bergairah jika suku bunga lebih terjangkau.

Baca Juga:  Hyundai Hadirkan 100 Diler, Dua di Pekanbaru

"Kami berterima kasih kepada BI dan pemerintah yang sudah memberikan kelonggaran suku bunga, LTV (loan-to-value) dan juga berbagai perubahan PMK (peraturan menteri keuangan)," kata Totok seperti dikutip Jawa Pos.

Meski begitu, menurut Totok, hal yang tak kalah penting adalah mengimbangi berbagai pelonggaran yang ada dengan peningkatan daya beli masyarakat. Totok menilai, banyak masyarakat yang mengendapkan dananya di perbankan dalam bentuk tabungan maupun deposito. Juga, menempatkan dana pada reksa dana dan surat utang pemerintah. "Jadi, kalau untuk konsumen, bunga KPR (kredit pemilikan rumah) yang terjangkau itu harus diikuti dengan dorongan untuk menggairahkan minat belanja masyarakat," ucapnya.

Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Timur (Jatim) Difi Ahmad Johansyah menambahkan, kebutuhan perumahan tetap akan menjadi salah satu pengeluaran utama masyarakat. Minat pembelian rumah akan tetap tumbuh. BI pun terus berkoordinasi dengan perbankan dan pengembang agar suku bunga maupun uang muka bisa lebih terjangkau.

Baca Juga:  YBM PLN dan IZI Resmikan Sumur Bor dan Tempat Wudhu TPQ At-Thoyyibah

Menurut Difi, kenaikan upah buruh bangunan dan inflasi pada harga sewa rumah menandakan pasar properti masih berpeluang untuk tumbuh. Karena daya dukung industri properti yang besar terhadap perekonomian, sektor properti akan tetap menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. "Itu juga bisa mendorong peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, dan dorongan kepada sektor perdagangan," ujarnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal
 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pasar properti tahun ini diharapkan bisa tumbuh lebih baik. Berdasar laporan Bank Indonesia (BI), hingga kuartal III 2019, peningkatan penjualan properti residensial lebih didorong penjualan rumah tipe kecil dan tipe besar. Sedangkan penjualan rumah tipe menengah masih terkontraksi.

Tahun ini, untuk memenuhi permintaan pasar, pengembang masih membutuhkan pembiayaan dari perbankan via KPR. Porsi pembiayaan pengembang dari perbankan pada kuartal III tahun lalu sekitar 26,87 persen atau masih didominasi dana internal pengembang yang porsinya mencapai 60,44 persen dari total pembiayaan. Sisanya, sekitar 9,83 persen, diisi sumber pembiayaan dari konsumen.

Suku bunga BI 7 days reverse repo rate (BI-7DRR) sudah menurun secara bertahap. Hal itu juga sudah mulai tertransmisi ke penurunan suku bunga kredit. Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengatakan, pengembang akan semakin bergairah jika suku bunga lebih terjangkau.

Baca Juga:  Kementan, PLN Hadirkan Listrik Andal untuk Electrifying Agriculture

"Kami berterima kasih kepada BI dan pemerintah yang sudah memberikan kelonggaran suku bunga, LTV (loan-to-value) dan juga berbagai perubahan PMK (peraturan menteri keuangan)," kata Totok seperti dikutip Jawa Pos.

Meski begitu, menurut Totok, hal yang tak kalah penting adalah mengimbangi berbagai pelonggaran yang ada dengan peningkatan daya beli masyarakat. Totok menilai, banyak masyarakat yang mengendapkan dananya di perbankan dalam bentuk tabungan maupun deposito. Juga, menempatkan dana pada reksa dana dan surat utang pemerintah. "Jadi, kalau untuk konsumen, bunga KPR (kredit pemilikan rumah) yang terjangkau itu harus diikuti dengan dorongan untuk menggairahkan minat belanja masyarakat," ucapnya.

- Advertisement -

Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Timur (Jatim) Difi Ahmad Johansyah menambahkan, kebutuhan perumahan tetap akan menjadi salah satu pengeluaran utama masyarakat. Minat pembelian rumah akan tetap tumbuh. BI pun terus berkoordinasi dengan perbankan dan pengembang agar suku bunga maupun uang muka bisa lebih terjangkau.

Baca Juga:  Perlu Regulator Alihkan Polis Jiwasraya ke Asuransi Lain

Menurut Difi, kenaikan upah buruh bangunan dan inflasi pada harga sewa rumah menandakan pasar properti masih berpeluang untuk tumbuh. Karena daya dukung industri properti yang besar terhadap perekonomian, sektor properti akan tetap menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. "Itu juga bisa mendorong peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, dan dorongan kepada sektor perdagangan," ujarnya.

- Advertisement -

Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pasar properti tahun ini diharapkan bisa tumbuh lebih baik. Berdasar laporan Bank Indonesia (BI), hingga kuartal III 2019, peningkatan penjualan properti residensial lebih didorong penjualan rumah tipe kecil dan tipe besar. Sedangkan penjualan rumah tipe menengah masih terkontraksi.

Tahun ini, untuk memenuhi permintaan pasar, pengembang masih membutuhkan pembiayaan dari perbankan via KPR. Porsi pembiayaan pengembang dari perbankan pada kuartal III tahun lalu sekitar 26,87 persen atau masih didominasi dana internal pengembang yang porsinya mencapai 60,44 persen dari total pembiayaan. Sisanya, sekitar 9,83 persen, diisi sumber pembiayaan dari konsumen.

Suku bunga BI 7 days reverse repo rate (BI-7DRR) sudah menurun secara bertahap. Hal itu juga sudah mulai tertransmisi ke penurunan suku bunga kredit. Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengatakan, pengembang akan semakin bergairah jika suku bunga lebih terjangkau.

Baca Juga:  YBM PLN dan IZI Resmikan Sumur Bor dan Tempat Wudhu TPQ At-Thoyyibah

"Kami berterima kasih kepada BI dan pemerintah yang sudah memberikan kelonggaran suku bunga, LTV (loan-to-value) dan juga berbagai perubahan PMK (peraturan menteri keuangan)," kata Totok seperti dikutip Jawa Pos.

Meski begitu, menurut Totok, hal yang tak kalah penting adalah mengimbangi berbagai pelonggaran yang ada dengan peningkatan daya beli masyarakat. Totok menilai, banyak masyarakat yang mengendapkan dananya di perbankan dalam bentuk tabungan maupun deposito. Juga, menempatkan dana pada reksa dana dan surat utang pemerintah. "Jadi, kalau untuk konsumen, bunga KPR (kredit pemilikan rumah) yang terjangkau itu harus diikuti dengan dorongan untuk menggairahkan minat belanja masyarakat," ucapnya.

Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Timur (Jatim) Difi Ahmad Johansyah menambahkan, kebutuhan perumahan tetap akan menjadi salah satu pengeluaran utama masyarakat. Minat pembelian rumah akan tetap tumbuh. BI pun terus berkoordinasi dengan perbankan dan pengembang agar suku bunga maupun uang muka bisa lebih terjangkau.

Baca Juga:  Malaysia Lockdown, Harga CPO Melesat

Menurut Difi, kenaikan upah buruh bangunan dan inflasi pada harga sewa rumah menandakan pasar properti masih berpeluang untuk tumbuh. Karena daya dukung industri properti yang besar terhadap perekonomian, sektor properti akan tetap menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. "Itu juga bisa mendorong peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, dan dorongan kepada sektor perdagangan," ujarnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal
 

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari