Selasa, 10 Juni 2025

Mobil Listrik Cina Nol Kilometer: Antara Strategi Pasar dan Kewaspadaan Konsumen

RIAUPOS.CO – Di tengah gencarnya peralihan menuju kendaraan listrik, industri otomotif Cina kini menghadapi tantangan baru: munculnya mobil listrik “bekas” yang sebenarnya belum pernah digunakan — dikenal sebagai mobil bekas nol kilometer.

Fenomena ini bukan hanya memperbesar volume pasar mobil bekas, tapi juga mengguncang kepercayaan konsumen dan menimbulkan kekhawatiran terhadap kestabilan industri dalam jangka panjang.

Menurut laporan dari CarNewsChina, praktik ini melibatkan kendaraan baru yang secara administratif sudah dicatat sebagai terjual, biasanya kepada dealer rekanan atau platform penjualan tertutup, lalu dipasarkan kembali sebagai unit bekas dengan harga lebih rendah, meski jarak tempuhnya hampir nol.

Tujuan dari strategi ini bermacam-macam. Pabrikan ingin menaikkan angka penjualan demi terlihat sukses di mata investor dan pemerintah. Sementara itu, dealer mencoba mengurangi stok yang menumpuk dengan menawarkan diskon besar-besaran — mencapai 30 persen dari harga resmi — bahkan dengan cara mengejar subsidi atau peluang ekspor.

Baca Juga:  Mitsubishi Rayakan Produksi Ke-100.000 Mobil Listrik

Namun, di balik potongan harga besar ini, terdapat risiko besar yang mengintai pembeli. Masa garansi sering kali sudah aktif sejak kendaraan pertama kali didaftarkan, bukan dari saat pembelian. Beberapa kendaraan bahkan masih dalam cicilan atau memiliki riwayat kepemilikan yang tidak jelas — hal-hal yang bisa berujung pada masalah hukum atau keuangan di kemudian hari.

Yang lebih meresahkan adalah dampaknya dalam jangka panjang. Penjualan yang dibesar-besarkan menciptakan kesan permintaan tinggi, menyesatkan investor, dan mengacaukan harga pasar. Contohnya, harga bekas BYD Qin L anjlok hingga 40 persen dari harga barunya. Akibatnya, banyak model lain ikut terdampak penurunan nilai, mempercepat penurunan harga mobil secara luas.

Data terbaru menunjukkan betapa seriusnya kondisi ini. Per April 2025, jumlah stok mobil penumpang di Cina melonjak hingga 3,5 juta unit. Banyak produsen beroperasi dengan kapasitas produksi di bawah 50 persen, menandakan tekanan berat yang mendorong mereka menerapkan strategi manipulatif.

Baca Juga:  Kenali Kelebihan Honda Freed, Mobil Bekas yang Banyak Diburu

Di sektor kendaraan energi baru (New Energy Vehicle atau NEV), kompetisi harga yang sengit dan ketergantungan terhadap subsidi membuka peluang subur bagi praktik-praktik tak transparan ini, khususnya di lini mobil listrik.

Ketua Great Wall Motor, Wei Jianjun, secara terbuka mengecam praktik semacam ini. Ia menyebutnya sebagai manipulasi data penjualan yang merugikan konsumen dan merusak ekosistem pasar kendaraan listrik.

Meskipun banyak konsumen tergoda oleh harga murah yang ditawarkan, di balik itu semua tersembunyi strategi sistematis untuk mengatasi masalah kelebihan pasokan yang semakin parah di industri otomotif Cina.(JPG)

RIAUPOS.CO – Di tengah gencarnya peralihan menuju kendaraan listrik, industri otomotif Cina kini menghadapi tantangan baru: munculnya mobil listrik “bekas” yang sebenarnya belum pernah digunakan — dikenal sebagai mobil bekas nol kilometer.

Fenomena ini bukan hanya memperbesar volume pasar mobil bekas, tapi juga mengguncang kepercayaan konsumen dan menimbulkan kekhawatiran terhadap kestabilan industri dalam jangka panjang.

Menurut laporan dari CarNewsChina, praktik ini melibatkan kendaraan baru yang secara administratif sudah dicatat sebagai terjual, biasanya kepada dealer rekanan atau platform penjualan tertutup, lalu dipasarkan kembali sebagai unit bekas dengan harga lebih rendah, meski jarak tempuhnya hampir nol.

Tujuan dari strategi ini bermacam-macam. Pabrikan ingin menaikkan angka penjualan demi terlihat sukses di mata investor dan pemerintah. Sementara itu, dealer mencoba mengurangi stok yang menumpuk dengan menawarkan diskon besar-besaran — mencapai 30 persen dari harga resmi — bahkan dengan cara mengejar subsidi atau peluang ekspor.

Baca Juga:  Wuling BinguoEV Full Trip Jakarta ke Mandalika

Namun, di balik potongan harga besar ini, terdapat risiko besar yang mengintai pembeli. Masa garansi sering kali sudah aktif sejak kendaraan pertama kali didaftarkan, bukan dari saat pembelian. Beberapa kendaraan bahkan masih dalam cicilan atau memiliki riwayat kepemilikan yang tidak jelas — hal-hal yang bisa berujung pada masalah hukum atau keuangan di kemudian hari.

Yang lebih meresahkan adalah dampaknya dalam jangka panjang. Penjualan yang dibesar-besarkan menciptakan kesan permintaan tinggi, menyesatkan investor, dan mengacaukan harga pasar. Contohnya, harga bekas BYD Qin L anjlok hingga 40 persen dari harga barunya. Akibatnya, banyak model lain ikut terdampak penurunan nilai, mempercepat penurunan harga mobil secara luas.

Data terbaru menunjukkan betapa seriusnya kondisi ini. Per April 2025, jumlah stok mobil penumpang di Cina melonjak hingga 3,5 juta unit. Banyak produsen beroperasi dengan kapasitas produksi di bawah 50 persen, menandakan tekanan berat yang mendorong mereka menerapkan strategi manipulatif.

Baca Juga:  VinFast Garap Mobil Listrik untuk Pasar Indonesia

Di sektor kendaraan energi baru (New Energy Vehicle atau NEV), kompetisi harga yang sengit dan ketergantungan terhadap subsidi membuka peluang subur bagi praktik-praktik tak transparan ini, khususnya di lini mobil listrik.

Ketua Great Wall Motor, Wei Jianjun, secara terbuka mengecam praktik semacam ini. Ia menyebutnya sebagai manipulasi data penjualan yang merugikan konsumen dan merusak ekosistem pasar kendaraan listrik.

Meskipun banyak konsumen tergoda oleh harga murah yang ditawarkan, di balik itu semua tersembunyi strategi sistematis untuk mengatasi masalah kelebihan pasokan yang semakin parah di industri otomotif Cina.(JPG)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

RIAUPOS.CO – Di tengah gencarnya peralihan menuju kendaraan listrik, industri otomotif Cina kini menghadapi tantangan baru: munculnya mobil listrik “bekas” yang sebenarnya belum pernah digunakan — dikenal sebagai mobil bekas nol kilometer.

Fenomena ini bukan hanya memperbesar volume pasar mobil bekas, tapi juga mengguncang kepercayaan konsumen dan menimbulkan kekhawatiran terhadap kestabilan industri dalam jangka panjang.

Menurut laporan dari CarNewsChina, praktik ini melibatkan kendaraan baru yang secara administratif sudah dicatat sebagai terjual, biasanya kepada dealer rekanan atau platform penjualan tertutup, lalu dipasarkan kembali sebagai unit bekas dengan harga lebih rendah, meski jarak tempuhnya hampir nol.

Tujuan dari strategi ini bermacam-macam. Pabrikan ingin menaikkan angka penjualan demi terlihat sukses di mata investor dan pemerintah. Sementara itu, dealer mencoba mengurangi stok yang menumpuk dengan menawarkan diskon besar-besaran — mencapai 30 persen dari harga resmi — bahkan dengan cara mengejar subsidi atau peluang ekspor.

Baca Juga:  Perkuat Modal, Sembilan Bank Lakukan Rights Issue 

Namun, di balik potongan harga besar ini, terdapat risiko besar yang mengintai pembeli. Masa garansi sering kali sudah aktif sejak kendaraan pertama kali didaftarkan, bukan dari saat pembelian. Beberapa kendaraan bahkan masih dalam cicilan atau memiliki riwayat kepemilikan yang tidak jelas — hal-hal yang bisa berujung pada masalah hukum atau keuangan di kemudian hari.

Yang lebih meresahkan adalah dampaknya dalam jangka panjang. Penjualan yang dibesar-besarkan menciptakan kesan permintaan tinggi, menyesatkan investor, dan mengacaukan harga pasar. Contohnya, harga bekas BYD Qin L anjlok hingga 40 persen dari harga barunya. Akibatnya, banyak model lain ikut terdampak penurunan nilai, mempercepat penurunan harga mobil secara luas.

Data terbaru menunjukkan betapa seriusnya kondisi ini. Per April 2025, jumlah stok mobil penumpang di Cina melonjak hingga 3,5 juta unit. Banyak produsen beroperasi dengan kapasitas produksi di bawah 50 persen, menandakan tekanan berat yang mendorong mereka menerapkan strategi manipulatif.

Baca Juga:  Wuling BinguoEV Full Trip Jakarta ke Mandalika

Di sektor kendaraan energi baru (New Energy Vehicle atau NEV), kompetisi harga yang sengit dan ketergantungan terhadap subsidi membuka peluang subur bagi praktik-praktik tak transparan ini, khususnya di lini mobil listrik.

Ketua Great Wall Motor, Wei Jianjun, secara terbuka mengecam praktik semacam ini. Ia menyebutnya sebagai manipulasi data penjualan yang merugikan konsumen dan merusak ekosistem pasar kendaraan listrik.

Meskipun banyak konsumen tergoda oleh harga murah yang ditawarkan, di balik itu semua tersembunyi strategi sistematis untuk mengatasi masalah kelebihan pasokan yang semakin parah di industri otomotif Cina.(JPG)

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari