JAKARTA, (RIAUPOS.CO) – Komitmen PT PLN (Persero) untuk meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk institusi perbankan internasional. Salah satunya, melalui proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata yang telah mencapai kesepakatan financial close pada 2 Agustus 2021.
Sindikasi tiga bank internasional yaitu Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Societe Generale, dan Standard Chartered Bank siap mendanai pembangunan PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara ini dengan nilai sekitar 140 juta dolar AS. Ditargetkan, PLTS berkapasitas 145 MWAc tersebut akan beroperasi komersial (Commercial Operation Date/COD) pada November 2022.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini menyampaikan, pencapaian tahap financial close ini merupakan hasil dukungan penuh PLN sebagai pembeli listrik PLTS Cirata dan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), selaku induk dari PT PJB Investasi (PJBI) dan Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PT PMSE).
Zulkifli pun optimistis pembangkit ramah lingkungan ini bisa beroperasi komersial sesuai jadwal pada akhir 2022. Kehadiran dari PLTS Terapung Cirata akan menjadi revolusi pengembangan EBT di dalam negeri, mengingat pembangkit listrik ini dapat mengimbangi 214.000 ton emisi karbon dioksida.
Pembangunan proyek strategis nasional yang juga masuk dalam pilar "Green" transformasi PLN ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pencapaian target bauran energi baru terbarukan nasional sebesar 23 persen pada 2025.
"Keberhasilan pengembangan proyek ini, ke depannya diharapkan akan mendorong proyek-proyek terobosan di bidang EBT dengan harga yang kompetitif," ungkap Zulkifli, Kamis (5/8).
Diketahui, harga tenaga listrik dari PLTS ini cukup kompetitif, yakni sebesar USD 5,8 cent/kilowatt hour (kWh). Adapun, PLTS Terapung Cirata akan dijalankan oleh Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PMSE) yang merupakan project company hasil bentukan dari konsorsium cucu usaha PLN. Yaitu PJBI dengan porsi saham 51 persen dengan perusahaan asal Uni Emirat Arab, Masdar dengan porsi saham 49 persen.
Selain dari sisi pengembangan EBT, PLTS Terapung yang ditargetkan bisa menghasilkan energi 245 juta kWh per tahunnya ini memegang peranan penting dalam elektrifikasi dan sisi pengembangan sumber daya danusia.
"Pembangkit yang menempati area seluas kurang lebih 200 hektare di Waduk Cirata ini akan memasok listrik untuk 50 ribu rumah serta menyerap tenaga kerja hingga 800 orang," jelas Zulkifl.
Direktur Utama PT PJB Gong Matua Hasibuan, menyampaikan rasa bangganya atas kerja keras dari PJBI dan Masdar yang berkolaborasi dengan sangat baik. Sehingga proses pendanaan atas proyek ini didapatkan dalam waktu yang tepat. Dia juga menyampaikan rasa terima kasih untuk para stakeholder yang telah mendukung proyek ini, khususnya kepada kementerian terkait, pemerintah daerah setempat dan seluruh pihak yang telah terlibat.
"Kami optimistis sinergi yang sangat baik bersama para stakeholder dapat terus ditingkatkan. Sehingga proyek ini mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam pengembangan bisnis EBT di Indonesia," ujar Gong Matua Hasibuan.
Sementara itu, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury mengatakan, sebagai proyek strategis nasional, PLTS Terapung Cirata diharapkan dapat menjadi percontohan untuk pengembangan pembangkit EBT di daerah lain. Agar Indonesia dapat mencapai target bauran EBT 23 persen di 2025, serta mendukung upaya pengurangan emisi secara signifikan. "Proyek ini semoga dapat menjadi pondasi dalam memperkuat kerja sama di antara kedua negara. Selain diharapkan dapat memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar dengan menciptakan lapangan kerja maupun mengangkat ekonomi regional. PLTS Terapung Cirata diharapkan dapat menjadi pembelajaran, transfer teknologi dalam pengembangan EBT, dari salah satu global leader pembangkit EBT dari Uni Emirat Arab," ungkap Pahala. (anf/adv)