Minggu, 7 Juli 2024

Wabah Corona Ganggu Impor Pangan

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Berdasarkan survei pemantauan harga (SPH), Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi pada bulan Februari mencapai 0,31 persen. Komoditas pangan menjadi penyumbang utama inflasi tersebut.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, angka inflasi tersebut lebih rendah dari bulan Januari. Yakni, 0.39 persen. Sementara itu, inflasi tahunan (year on year) diproyeksi mencapai 3,02 persen. Kenaikan harga bahan pangan menjadi penyumbang inflasi.

- Advertisement -

"Seperti bawang putih 0,1 persen, cabai merah 0,07 persen, dan beras menyumbang 0,02 persen," kata Perry di komplek BI usai salat Jumat (28/2).

Meski demikian, lanjut dia, ada komponen yang menyumbang deflasi. Antara lain, angkutan udara dan bawang merah. Masing-masing memberi andil 0,01 persen.

Dengan kondisi tersebut, pria 60 tahun itu yakin, inflasi tahun 2020 masih akan terjaga. Sesuai sasaran yang telah ditetapkan. "Ya tiga plus minus satu persen," ucap Perry.

- Advertisement -
Baca Juga:  PLN Gelar Forum Transmisi Demi Jaga Keandalan Pasokan

Sementara itu, ekonom Josua Pardede menilai, situasi tersebut sudah siklus tahunan. Menjelang masa panen raya pada Maret hingga April, stok barang pangan mulai berkurang di pasaran. Suplai akan meningkat kembali ketika memasuki masa panen nanti. Artinya, harga komoditas pangan mulai turun bertahap.

Meski begitu, situasi cuaca belakangan ini tidak mudah. Hujan dengan intensitas tinggi turun. Bisa jadi akan menimbulkan banjir di beberapa daerah penghasil pangan. Jika memang demikian, akan mengganggu produksi.

"Makanya peran pemerintah untuk menyetabilkan harga. Bulog harus pro aktif. Melakukan investigasi di pasar. Agar tidak terjadi lonjakan harga dulu," kata Josua saat di Trans Luxury Hotel Bandung, kemarin. Biasanya, lanjut dia, jika harga beras turun, maka harga pangan lainnya mengikuti.

Baca Juga:  Pekanbaru Posisi Teratas Destinasi Favorit

Meski begitu, memang ada beberapa produk yang produksinya masih kurang meski dalam masa panen. Termasuk bawang putih dan cabai merah. Mau tidak mau, harus tetap impor. Biasanya dari Cina. “Dengan adanya wabah Covid-19 tentu akan mengganggu kuantitas impor dari Cina," ujar pria yang juga menjabat Chief Economist Permata Bank itu.

Hal senada juga disampaikan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Angina Yudhistira. Dia mengatakan, meski angka inflasi rendah, tetap perlu waspada. Terganggunya impor bahan pangan dari Cina lantaran wabah virus corona. Khususnya bawang putih.

“Kenaikan harga bawang putih naik cukup signifikan di pasaran. Bahkan di DKI Jakarta hampir menembus 70 ribu per kg,” ungkap Bhima.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Berdasarkan survei pemantauan harga (SPH), Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi pada bulan Februari mencapai 0,31 persen. Komoditas pangan menjadi penyumbang utama inflasi tersebut.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, angka inflasi tersebut lebih rendah dari bulan Januari. Yakni, 0.39 persen. Sementara itu, inflasi tahunan (year on year) diproyeksi mencapai 3,02 persen. Kenaikan harga bahan pangan menjadi penyumbang inflasi.

"Seperti bawang putih 0,1 persen, cabai merah 0,07 persen, dan beras menyumbang 0,02 persen," kata Perry di komplek BI usai salat Jumat (28/2).

Meski demikian, lanjut dia, ada komponen yang menyumbang deflasi. Antara lain, angkutan udara dan bawang merah. Masing-masing memberi andil 0,01 persen.

Dengan kondisi tersebut, pria 60 tahun itu yakin, inflasi tahun 2020 masih akan terjaga. Sesuai sasaran yang telah ditetapkan. "Ya tiga plus minus satu persen," ucap Perry.

Baca Juga:  Perum Jamkrindo Kembali Inisiasi Gerakan Jamkrindo Peduli Pendidikan

Sementara itu, ekonom Josua Pardede menilai, situasi tersebut sudah siklus tahunan. Menjelang masa panen raya pada Maret hingga April, stok barang pangan mulai berkurang di pasaran. Suplai akan meningkat kembali ketika memasuki masa panen nanti. Artinya, harga komoditas pangan mulai turun bertahap.

Meski begitu, situasi cuaca belakangan ini tidak mudah. Hujan dengan intensitas tinggi turun. Bisa jadi akan menimbulkan banjir di beberapa daerah penghasil pangan. Jika memang demikian, akan mengganggu produksi.

"Makanya peran pemerintah untuk menyetabilkan harga. Bulog harus pro aktif. Melakukan investigasi di pasar. Agar tidak terjadi lonjakan harga dulu," kata Josua saat di Trans Luxury Hotel Bandung, kemarin. Biasanya, lanjut dia, jika harga beras turun, maka harga pangan lainnya mengikuti.

Baca Juga:  Menperin: Lebaran Kali Ini Bukan Momen Penggerak Perekonomian

Meski begitu, memang ada beberapa produk yang produksinya masih kurang meski dalam masa panen. Termasuk bawang putih dan cabai merah. Mau tidak mau, harus tetap impor. Biasanya dari Cina. “Dengan adanya wabah Covid-19 tentu akan mengganggu kuantitas impor dari Cina," ujar pria yang juga menjabat Chief Economist Permata Bank itu.

Hal senada juga disampaikan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Angina Yudhistira. Dia mengatakan, meski angka inflasi rendah, tetap perlu waspada. Terganggunya impor bahan pangan dari Cina lantaran wabah virus corona. Khususnya bawang putih.

“Kenaikan harga bawang putih naik cukup signifikan di pasaran. Bahkan di DKI Jakarta hampir menembus 70 ribu per kg,” ungkap Bhima.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari