PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Soni, merupakan salah seorang pemuda yang tinggal di Kelurahan Pangkalankerinci Timur Kecamatan Pangkalankerinci, Kabupaten Pelalawan.
Sehari-hari, pemuda lulusan SMAN ini selalu mencari peluang untuk mendapatkan uang guna memenuhi keperluan hidupnya dengan menawarkan jasa pengurusan baik di kantor pemerintahan maupun swasta.
Dengan aktivitasnya seperti calo tersebut, rekan-rekannya pun memberi dia gelar ”camat”.
Suatu hari, ketika Soni tengah asik duduk di sebuah warung kopi, ia jumpa rekannya yang langsung menyapanya dengan panggilan Pak Camat.
Orang-orang di kedai kopi itu pun terkejut. Lalu, seorang pria mendekati Soni untuk menceritakan kesulitannya mengurus KTP.
”Pak Camat, bisa bantu saya urus KTP?”, ujar pria itu tanpa basa-basi.
Soni pun menjawab, ”Apa masalah?”.
Pria di kedai kopi itu duduk di depan Soni.
”Saya harus meminta surat pindah dari kampung saya di Medan, Bang”.
Soni sumringah melihat peluang mendapatkan uang.
”Wah… Itu gampang, Bang. Saya bisa bantu abang karena ada kenalan saya di kantor Disdukcapil”.
”Oke Pak Camat. Terima kasih sebelumnya,” ujar pria itu senang.
Setelah meninggalkan Soni, pria itu didekati seorang pemuda. Pemuda itu pun berkata, ”Hati-hati dengan laki-laki yang ngobrol tadi sama abang tadi. Jangan sampai tertipu”.
Pria itu bingung. ”Maksudnya Pak Camat tadi?” tanyanya.
”Iya betul, Bang. Tahu arti camat itu apa, Bang?” tanya si pemuda.
Dengan jujur si pria mengatakan bahwa camat merupakan pejabat yang bertanggungjawab memegang suatu wilayah kecamatan.
Pemuda itu tertawa. ”Itu makna yang sebenarnya. Tapi, arti camat untuk abang yang tadi itu adalah ‘Cari Makan Terus (Camat),”.
Pria itu pun menepuk jidatnya. ”Alamaaaak..!!! Saya pikir dia betulan camat, rupanya istilah cari makan terus”.
Karena takut tertipu, pria itu pun membatalkan pertemuannya dengan Soni pekan depan. Soni pun jadi nelangsa karena peluangnya mendapatkan uang jadi hilang.(amn)