PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Suatu hari, Bulan berencana hendak membeli peralatan kosmetik untuk mempercantik diri. Maklumlah, gadis yang baru tamat SMA di Pangkalankerinci Kabupaten Pelalawan itu akan mengikuti tes wawancara melamar pekerjaan di salah satu perusahaan swasta yang beroperasi di Negeri Seiya Sekata itu.
Dengan penuh semangat, Bulan pun berangkat menuju sebuah toko cosmetik di Jalan Lintas Timur, menggunakan sepeda motor. Namun, baru sekitar 300 meter melintasi Jalan Nasional ini, tiba-tiba ia dikejutkan dengan kemunculan seorang petugas Polisi Lalu Lintas yang langsung datang menghampirinya.
”Selamat siang, Dek, kenapa tidak pakai helm? Anda telah memasuki kawasan tertib lalu lintas (KTL). Dan boleh tunjukkan surat-surat sepeda motornya?” ujar petugas.
Bulan langsung bingung dan grogi. ”Waduh, maaf Pak Polisi. Saya lupa pakai helm tadi karena buru-buru. Surat-surat kendaraan juga tinggal di rumah,” katanya merasa bersalah.
”Kalau begitu, kamu saya tilang dan kendaraan akan saya bawa ke kantor,” ujar petugas lagi.
”Waduh! Jangan dibawa motornya Pak Polisi. Nanti bapak saya marah,” kata Bulan mengiba.
Lalu si petugas mempersilakan Bulan menghubungi orang tuanya.
Tak lama, Bapak Bulan sampai di lokasi Bulan ditilang.
”Sore, Pak, saya bapaknya Bulan. Apa kesalahan anak saya?” tanya sang bapak.
”Anak bapak telah melanggar aturan dalam berlalu lintas. Tidak menggunakan helm, tidak ada SIM C dan tidak membawa kelengkapan surat kendaraan,” kata si petugas panjang lebar.
Bapak Bulan pun langsung mengeluarkan SIM C-nya dan memberikannya ke petugas polisi. ”Ya sudah, Pak, ini SIM C saya saja yang bapak tilang. Jangan sepeda motornya,” ujar si Bapak.
Petugas itu langsung membaca nama di kartu SIM C tersebut.
”Alamak..!! Betul nama bapak Brigjen Simamora? Siap salah komandan. Maaf saya salah tangkap orang,” kata petugas itu langsung memberi hormat ke Bapak Bulan.
Petugas itu mempersilakan Bulan dan Bapaknya untuk pergi. Alhasil, Bulan pun tak jadi di tilang.
Setelah petugas itu pergi, Bulan pun tertawa keras. Sementara sang bapak hanya senyum-senyum saja.
”Beruntung juga nenekmu kasih nama bapak Brigjen Simamora. Nggak jadi kita kena tilang sama Pak Polisi tadi. Karena begitu idola sekali nenek sama sosok brigjen, makanya dikasihnya nama bapak dengan idolanya itu. Jadi orang lain sering berpikir Brigjen itu pangkat bapak. Padahal, ini nama dari Opungmu,” cerita bapak ke Bulan.(amn)