JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Antrean di Bandara Wamena masih panjang. Sedikitnya 17.097 pengungsi menunggu penerbangan pesawat C-130 Hercules ke Jayapura dan beberapa daerah lainnya. Berhari-hari mereka bertahan di bandara.
Juarto salah satunya. Pria asal Pati, Jawa Tengah, itu memilih tinggal di pengungsian Detasemen TNI Wamena. Sejak Selasa (24/9) dia bersama putranya, Dwiki Agus Marzuki, 18, berada di sana.
Tidak ada pilihan lain bagi Juarto dan Agus. Di Wamena mereka tidak punya keluarga. Hanya teman seperantauan sesama buruh bangunan.
Tiga minggu lalu, pria 45 tahun tersebut memutuskan pergi ke Wamena. Tujuannya ialah menghindari demonstrasi yang berujung ricuh di Jayapura. Sekaligus mengadu nasib di tempat baru. ”Di Jayapura dari 2001. Karena demo ricuh, coba ke Wamena,” ujarnya saat berbincang dengan wartawan Jawa Pos kemarin. ”Belum sebulan, ternyata begini (ricuh di Wamena, Red),” sesalnya.
Pekan lalu (23/9) kerusuhan terjadi ketika Juarto sedang bekerja. Dia bersama Agus dan lima rekannya menyadari ada yang tidak beres saat api dan asap muncul. ”Kanan, kiri, depan, belakang bangunan kami asap semua,” ucap ayah dua anak itu. Ribu-ribut suara massa terdengar jelas. ”Bunuh, bunuh, bunuh! Mana pendatang itu, bunuh!” kata dia menirukan teriakan massa.
Sadar ada yang tidak beres, mereka memilih bersembunyi. Untung, massa tidak masuk ke area bangunan yang sedang digarap Juarto. Dia aman hingga aparat TNI-Polri datang dan membawa mereka ke pengungsian.
Kini tidak ada yang dia punya selain pakaian yang melekat di badan. ”Uang tidak ada sepeser pun,” ujarnya. Karena itu, Juarto memilih bertahan di Detasemen TNI Wamena.
Juarto menggenggam selembar kertas. Itulah tanda pendaftaran untuk terbang ke Jayapura dengan Hercules. Dia masuk kelompok terbang 30. Kemarin penerbangan Hercules terakhir untuk kelompok terbang 15.
”Mungkin tiga atau empat hari lagi sudah terbang,” harapnya.
Ahmad Ariswanto punya harapan yang sama. Pemuda 22 tahun tersebut satu rombongan dengan Juarto. Hanya, dia berasal dari Jember, Jawa Timur. Dia juga sudah satu minggu berada di Detasemen TNI Wamena. Tanpa membawa uang. ”Yang penting bisa makan di sini,” ucapnya.
Keinginan Ariswanto adalah segera meninggalkan Wamena. Namun, dia belum punya rencana pulang ke Jember. Dia ingin pergi ke Jayapura. Kembali mencari kerja. ”Setelah ada uang baru pulang,” katanya.
Komandan Detasemen Wamena Mayor Pnb Arief Sudjatmiko mengungkapkan, jumlah total pengungsi yang sudah diterbangkan 4.121 orang. Semuanya ke Jayapura. Hari ini (1/10) bakal ada penerbangan ke Biak, Merauke, dan Timika. Jumlah pengungsi yang ingin ke Biak 703 orang, Merauke 400, dan Timika 190 orang. Karena keterbatasan kapasitas, mereka diangkut secara bertahap.
Rencananya, ada tambahan satu Hercules long body dari Lanud Halim Perdanakusuma. Dengan tambahan armada tersebut, Arief yakin 17.097 pengungsi bisa diangkut keluar dari Wamena dalam sepuluh hari. Namun, itu bisa terealisasi apabila jumlah pengungsi yang mendaftar antre Hercules tidak bertambah.
Berdasar pantauan wartawan Jawa Pos, kemarin sudah mulai tampak aktivitas masyarakat Wamena. Warung-warung sudah buka. Beberapa bank kembali melayani nasabah. Namun, memang tidak banyak orang di jalan. Sebagian besar berada di lokasi pengungsian. Sisanya di bandara.
Untuk antisipasi, pengamanan masih ketat. Aparat dengan senjata api berada di sejumlah titik. Mata mereka jeli melihat keadaan. Jawa Pos yang melakukan peliputan pun tidak luput dari pemeriksaan identitas.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta publik tidak menarik kasus kerusuhan di Wamena akhir pekan lalu ke isu etnis Papua dan non-Papua. Sebab, berdasar informasi yang diterima, kelompok kriminal sipil bersenjata (KKSB) berada di balik aksi kekerasan tersebut. ”Ini adalah kelompok kriminal bersenjata yang dari atas, di gunung, turun ke bawah dan melakukan pembakaran-pembakaran rumah warga,” ujarnya di Istana Kepresidenan Bogor kemarin (30/9).
Saat ini aparat kepolisian telah menangkap beberapa pelaku yang ditengarai melakukan pembunuhan dan pembakaran di Wamena. ”Saya sampaikan bahwa aparat keamanan telah bekerja keras untuk melindungi semua warga,” imbuhnya.
Secara terpisah, Menko Polhukam Wiranto mengklaim bahwa kondisi Wamena per kemarin siang sudah cukup kondusif. Meski begitu, dia mengakui, masih ada residu-residu konflik yang perlu diselesaikan. Antara lain menumpuknya warga Wamena di pengungsian dan kemungkinan munculnya konflik bersenjata lagi. Data Kemenko Polhukam, kemarin jumlah pengungsi di Jayapura sudah mencapai 3.220 jiwa.
Bantuan Kesehatan-Logistik
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto menuturkan, bersama TNI dan Polri, pihaknya mengirimkan satgas kesehatan. Tim yang terdiri atas 30 orang tersebut ditugaskan di titik-titik pengungsi. ”Kami minta cakupannya diperluas. Tidak hanya di bandara atau gereja. Tapi, disisir terus,” ungkapnya.
Satgas juga disiagakan di Jayapura. Mereka bertugas menangani pengungsi yang baru tiba dari Wamena. Tim dokter Polri disiagakan sebanyak 58 orang. Layanan kesehatan tersebut turut di-back up oleh satu unit Kapal Rumah Sakit dr Soeharso yang berisi 66 petugas medis. ”Tapi, sejauh ini rumah sakit di Wamena sudah berjalan normal kembali. Operasi-operasi sudah berjalan lancar,” ujar Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) TNI Bambang Dwi Hasto.
Di sisi lain, logistik bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi di Wamena terus berdatangan. Hanya, personel dari sejumlah lembaga sosial belum bisa menjangkau Wamena. Salah satu lembaga yang memberikan layanan kepada pengungsi adalah Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Pelaksana Harian Crisis Center Baznas untuk Papua Ahmad Fikri mengungkapkan, hingga kemarin, tim Baznas Tanggap Bencana (BTB) belum bisa menjangkau Wamena. Personel masih terbatas melakukan pelayanan sosial kepada pengungsi di Jayapura. ”Kami berkoordinasi dengan TNI supaya bisa masuk ke Wamena,” katanya di kantor Baznas kemarin.
Bupati Mimika Temui Wagub Jatim
Kemarin, pukul 17.00, Bupati Mimika Johannes Rettob bertemu dengan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak di Gedung Negara Grahadi. Johannes mengatakan, sebenarnya ada 17 mahasiswa dari Mimika di Jatim yang kembali pulang. Mereka mengaku, ada rasa tidak aman dan tidak nyaman. Nah, Johannes mendatangi Pemprov Jatim untuk berkoordinasi. ”Apa yang sebenarnya mereka resahkan, hanya ikut-ikutan atau hanya dengar-dengar isu, dan lain-lain. Kami ingin mendengar itu, bertemu Pak Wagub, dan ingin ketemu anak-anak,” katanya.
Di Jatim, ada sekitar 300 mahasiswa dari Mimika yang tersebar di berbagai daerah.
Terkait dengan pengungsi Wamena, Johannes menyebutkan, situasi di Mimika sangat kondusif. Bahkan, Mimika menjadi salah satu tujuan warga untuk mengungsi. Kebetulan, ada 84 warga yang datang dengan pesawat ke Kecamatan Timika, Kabupaten Mimika. ”Semuanya kebetulan dari Jawa Timur,” terang dia.
Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak menuturkan, saat ini sudah ada posko Jatim di Mimika. Juga di Jayapura. Melalui koordinasi di grup WA, pihaknya terus memantau kondisi terkini di Papua.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman