Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Pemerintah Tambah Pasukan dan Bikin Hujan Buatan

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto mengatakan asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Riau dan Kalimantan sudah mengganggu aktivitas masyarakat. Oleh karena itu penanggulangan secara cepat dan tepat harus segera dilakukan.

Permasalahan muncul ketika sebagian besar wilayah di Indonesia dilanda kemarau panjang. Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim hujan baru akan turun pada pertengahan Oktober mendatang. Oleh karena itu, saat ini dinilai perlu melakukan penambahan pasukan darat.

“Perlu penguatan pasukan darat untuk memadamkan api. Perlu penguatan. Itu dalam bentuk tambahan pasukan personel dan tambahan alat kelengkapannya,” ujar Wiranto di Kemenko Polhukam Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (13/9).

Selain itu, Wiranto menyampaikan pemerintah sudah merencanakan akan membuat hujan buatan di titik-titik kebakaran. Maklum saja, hujan merupakan cara paling efektif untuk menyelesaikan karhutla dan asap yang ditimbulkan.

Baca Juga:  Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam di Masa Pandemi Covid-19

“Perlunya memanfaatkan peluang hujan buatan. Hujan buatan itu kebakaran selesai semuanya tapi masalahnya hujan belum turun,” imbuhnya.

Hanya saja, pembuatan hujan buatan tidaklah mudah. Awan yang berada di atas titik api harus memiliki kadar air minimal 75 persen. Apabila di bawah itu, hujan tidak akan turun. Pembuatan hujan buatan menggunakan metode tabur garam.

Garam dibawa pesawat terbang, kemudian ditabur di atas awan dengan kandungan air 75 persen. Tak lama dari itu, awan akan terurai dan berubah menjadi air hujan.

Oleh karena itu, pemerintah sepakat membentuk Pasukan Pemadam Reaksi Cepat (PPRC). Pasukan ini akan dibekali dengan pesawat terbang yang sudah diberi muatan garam. Mereka disiagakan di lokasi-lokasi terdekat dari titik api.

Baca Juga:  Evaluasi Kinerja, Tunggu Rekomendasi KASN

Setelah ada informasi dari BMKG awan telah memenuhi syarat hujan buatan, maka pasukan ini akan langsung diterbangkan untuk menabur garam. Panglima TNI sudah menyatakan kesiapannya untuk memberikan sebuah pesawat jenis Casa dan N35 untuk digunakan membantu membuat hujan buatan.

Sementara itu, untuk titik api yang jauh dari pemukiman warga memang sulit dijangkau oleh tim darat. Berdasar itu, opsi bom air menggunakan helikopter menjadi pilihan pemerintah untuk memadamkan api.

“Kami siapkan heli, sudah ada 42 heli. Banyak itu. Tahun lalu nggak sebanyak itu. Jadi sebenarnya sudah cukup, tapi ya kembali tadi bagaimana kondisi di darat,” pungkas Wiranto.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto mengatakan asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Riau dan Kalimantan sudah mengganggu aktivitas masyarakat. Oleh karena itu penanggulangan secara cepat dan tepat harus segera dilakukan.

Permasalahan muncul ketika sebagian besar wilayah di Indonesia dilanda kemarau panjang. Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim hujan baru akan turun pada pertengahan Oktober mendatang. Oleh karena itu, saat ini dinilai perlu melakukan penambahan pasukan darat.

- Advertisement -

“Perlu penguatan pasukan darat untuk memadamkan api. Perlu penguatan. Itu dalam bentuk tambahan pasukan personel dan tambahan alat kelengkapannya,” ujar Wiranto di Kemenko Polhukam Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (13/9).

Selain itu, Wiranto menyampaikan pemerintah sudah merencanakan akan membuat hujan buatan di titik-titik kebakaran. Maklum saja, hujan merupakan cara paling efektif untuk menyelesaikan karhutla dan asap yang ditimbulkan.

- Advertisement -
Baca Juga:  Tingkatkan Keamanan dan Dorong Sentra Perekonomian

“Perlunya memanfaatkan peluang hujan buatan. Hujan buatan itu kebakaran selesai semuanya tapi masalahnya hujan belum turun,” imbuhnya.

Hanya saja, pembuatan hujan buatan tidaklah mudah. Awan yang berada di atas titik api harus memiliki kadar air minimal 75 persen. Apabila di bawah itu, hujan tidak akan turun. Pembuatan hujan buatan menggunakan metode tabur garam.

Garam dibawa pesawat terbang, kemudian ditabur di atas awan dengan kandungan air 75 persen. Tak lama dari itu, awan akan terurai dan berubah menjadi air hujan.

Oleh karena itu, pemerintah sepakat membentuk Pasukan Pemadam Reaksi Cepat (PPRC). Pasukan ini akan dibekali dengan pesawat terbang yang sudah diberi muatan garam. Mereka disiagakan di lokasi-lokasi terdekat dari titik api.

Baca Juga:  Mau Tahu, Ini Jenis-Jenis Polisi Tidur dan Aturannya

Setelah ada informasi dari BMKG awan telah memenuhi syarat hujan buatan, maka pasukan ini akan langsung diterbangkan untuk menabur garam. Panglima TNI sudah menyatakan kesiapannya untuk memberikan sebuah pesawat jenis Casa dan N35 untuk digunakan membantu membuat hujan buatan.

Sementara itu, untuk titik api yang jauh dari pemukiman warga memang sulit dijangkau oleh tim darat. Berdasar itu, opsi bom air menggunakan helikopter menjadi pilihan pemerintah untuk memadamkan api.

“Kami siapkan heli, sudah ada 42 heli. Banyak itu. Tahun lalu nggak sebanyak itu. Jadi sebenarnya sudah cukup, tapi ya kembali tadi bagaimana kondisi di darat,” pungkas Wiranto.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari