MADRID (RIAUPOS.CO) – NATO (North Atlantic Treaty Organization, organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara) membuat langkah bersejarah. Aliansi yang berbasis di Brussels, Belgia, tersebut mengubah pandangan keamanan mereka terhadap Rusia.
Dulu, NATO menganggap Moskow adalah mitra strategis. Namun, kini, dalam cetak biru langkah strategis baru mereka, Rusia dianggap ancaman langsung dan paling signifikan bagi perdamaian serta keamanan di kawasan Euro-Atlantik.
Dokumen langkah strategis itu diperbarui untuk kali pertama sejak 2010. Di dalamnya dijelaskan bahwa NATO tidak bisa mengabaikan kemungkinan serangan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial negara-negara sekutunya. Dalam upaya untuk melawan ancaman dari Rusia, mereka sepakat meningkatkan kekuatan di Eropa Timur.
’’Kekejaman Rusia yang mengerikan telah mengakibatkan penderitaan yang luar biasa dan perpindahan besar-besaran,’’ bunyi pernyataan bersama NATO dalam puncak pertemuan di Madrid, Spanyol, Rabu (29/6/2022).
Tindakan Rusia telah berdampak luar biasa, terutama bagi perempuan dan anak-anak. NATO berjanji terus mendukung Ukraina selama invasi berlangsung. Sejauh ini, negara-negara anggota NATO sudah menyalurkan persenjataan senilai miliaran dolar. Mereka akan mengirimkan bantuan lagi berupa peralatan komunikasi yang aman dan sistem anti-drone.
Pasukan Ukraina juga akan dilatih agar dalam jangka panjang bisa menggunakan senjata-senjata buatan Barat yang lebih modern. Selama ini sebagian besar senjata milik Ukraina merupakan buatan Rusia. Sekjen NATO Jens Stoltenberg menegaskan bahwa Ukraina bisa mengandalkan aliansi tersebut selama diperlukan.
Terpisah, Uni Eropa (UE) telah menganggarkan EUR 3,5 miliar (Rp54,5 triliun) dari dana pembangunan regional. Anggaran tersebut akan disalurkan ke negara dan lembaga yang membantu menampung para pengungsi Ukraina. Saat ini ada sekitar 6,2 juta penduduk Ukraina yang lari ke negara-negara UE.
Sementara itu, di Ukraina situasi tak kunjung membaik. Pertempuran sengit terjadi di wilayah utara dan selatan. Moral para tentara Rusia sepertinya bangkit lagi setelah kemenangan demi kemenangan yang mereka capai.
Rusia juga tidak sendiri. Ia mendapat dukungan dari negara-negara lain yang kontra dengan Barat. Syria, misalnya. Mereka secara resmi mengakui klaim para pemberontak pro-Rusia bahwa Luhansk dan Donetsk merdeka. Negara yang dipimpin Bashar al-Assad itu bahkan siap menjalin hubungan dengan pemerintah di Luhansk dan Donetsk. Dua wilayah tersebut mengklaim kemerdekaan sejak 2014. Selama ini Rusia menjadi satu-satunya anggota PBB yang mengakui legitimasi para pemberontak tersebut.
Keinginan Rusia menguasai wilayah Ukraina yang dekat dengan perbatasan juga mulai terealisasi. Otoritas pro-Rusia kemarin meluncurkan layanan bus dan kereta api antara Krimea ke Kherson dan Zaporizhzhia. Tiga wilayah itu sudah dikuasai Rusia.
“Mulai 1 Juli, layanan bus dan kereta reguler antara Krimea-Kherson dan Zaporizhzhia akan diluncurkan untuk kali pertama dalam delapan tahun terakhir,” ujar Sergei Aksyonov seperti dikutip Agence France-Presse.
Dia adalah pemimpin yang ditunjuk Rusia di Krimea. Dia memastikan bahwa anggota garda nasional Rusia akan memastikan keselamatan semua penumpang. (sha/c17/oni/jpg)
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman