(RIAUPOS.CO) – Anterior cruciate ligament atau ligament cruciatum anterior sering disebut ACL adalah jaringan kuat yang menghubungkan tulang paha (femur) dengan tulang kering (tibia). Ligamen ini merupakan salah satu dari empat ligamen yang memperkuat sendi lutut, yaitu anterior cruciate ligament (ACL), posterior cruciate ligament (PCL), medial collateral ligament (MCL) dan lateral collateral ligament (LCL). Fungsi ACL pada lutut untuk mencegah tulang kering dari pergeseran yang berlebihan dan membuat stabil lutut untuk melakukan berbagai aktivitas.
Mekanisme terjadinya cedera ACL lebih banyak melalui mekanisme olahraga non-kontak dibandingkan kontak. Kebanyakan disebabkan karena olah raga dengan gerakan berhenti yang mendadak dan badan berubah arah dengan cepat. Misalnya pada sepak bola, basket, futsal, bola voli, tenis, bulutangkis, bola basket dan olahraga lain seperti bela diri. Tapi tidak dipungkiri jika cedera ACL juga bisa terjadi saat kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja atau kecelakaan di rumah tangga.
Kebanyakan cedera ACL terjadi lebih besar ditemukan pada wanita dibandingkan dengan laki-laki dikarenakan perbedaan kondisi fisik seperti kekuatan otot, keselarasan tulang panggul dengan kaki dan juga pengaruh hormonal. Saat terjadi cedera pada ACL, penderita merasa kalau lututnya seperti keluar dari persendian dan sering terdengar suara dari dalam sendi. Jika penderita mencoba untuk berdiri, biasanya akan terasa tidak stabil disertai sakit. Lutut menjadi bengkak dan sulit untuk digerakkan menekuk atau lurus.
Pembengkakan pada lutut dalam beberapa jam setelah cedera merupakan tanda perdarahan dalam sendi yang dan ini tanda cedera lutut serius. Penelitian menyebutkan jika 50 persen kasus cedera ACL selalu didapatkan cedera pada bantalan sendi atau yang di sebut meniskus. Pertolongan pertama pada cedera lutut, pada 48 – 72 jam paska cedera dapat dilakukan dengan prinsip PRICE.
Yaitu protection, melindungi lutut yang cedera, rest atau diistirahatkan lutut yang cedera, ice yakni kompres dengan es, compression dilakukan balut tekan pada lutut untuk mengurangi bengkak dan elevation, lutut yang cedera di naikkan melebih perut atau dada untuk mengurangi pembengkakan.
Selain PRICE, penderita cedera ACL dapat menghindari HARM yaitu heat, sesuatu yang panas dan ditempelkan ke lutut. Alcohol meminum beralkohol karena dapat meningkatkan perdarahan serta pembengkakan, running berlari dan massage dilakukan pemijatan. Penderita juga bisa mengkonsumsi obat anti nyeri untuk mengurangi sakit atau langsung dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk di evaluasi.
Pemeriksaan pada kasus kecurigaan cedera ACL biasanya dilakukan oleh dokter umum, dokter spesialis orthopaedi, dokter spesialis rehabilitasi medik atau dokter sepesialis kesehatan olahraga. Pada lutut penderita dapat dilakukan beberapa tes khusus untuk lebih menentukan apakah benar terdapat cedera ACL. Tes khusus tersebut berupa tes lachman, tes anterior drawer dan tes pivot shift.
Setelah dilakukan tes khusus dan lebih dicurigai terdapat cedera ACL maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu MRI (magnetic resonance imaging). Pemeriksaan ini dapat melihat apakah benar ACL cedera sebagian atau total. Dari pemeriksaan ini bisa juga dilihat apakah ada kelainan lain seperti cedera bantalan sendi atau meniskus, cedera tulang rawan sendi atau cedera ligamen lainnya.
Pengobatan lanjutan pada cedera ACL terdapat dua bagian yaitu tanpa tindakan pembedahan dan dengan tindakan pembedahan. Jika cedera ACL hanya sebagian atau disebut partial maka dapat dilakukan program fisioterapi oleh dokter rehabilitasi medik selama 3 bulan. Program fisioterapi yang progresif dapat mengembalikan lutut ke kondisi yang mendekati kondisi sebelum cedera dan dibantu dengan penyangga lutut yang berengsel (knee brace).
Terkadang penderita cedera ACL partial setelah melakukan program fisioterapi masih mengalami gejala lutut tidak stabil dan akan memerlukan observasi kedepannya. Pada penderita cedera ACL total dapat dilakukan pengobatan tanpa tindakan pembedahan pada pasien yang sudah usia lanjut dengan aktifitas sehari-hari tidak banyak.
Pada cedera ACL total maka lebih disarankan untuk dilakukan tindakan operasi karena ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri. Dan dapat juga terjadi komplikasi pengapuran sendi atau osteoarthritis pada lutut yang cedera ACL karena sendi yang tidak stabil.
Operasi ini berupa penggantian atau rekonstruksi ligamen menggunakan arthroscopi. Arthroscopi merupakan tindakan operasi dengan sayatan yang kecil. Operasi ini termasuk golongan non-invasive atau tidak invasif. Kelebihan dari artroskopi adalah sayatan kecil, nyeri paska operasi lebih kurang, masa perawatan di rumah sakit lebih pendek dan penyembuhan lebih cepat.
Operasi dilakukan dengan pembiusan total atau setengan badan. Lalu dibuat sayatan sekitar 1-1,5 cm didepan lutut. Operasi arthroscopi menggunakan kamera sebesar pensil yang dimasukkan ke dalam lutut melalui sisi depan. Kamera tersebut dihubungkan ke monitor televisi sehingga dokter yang mengoperasi dapat melihat kondisi dalam lutut.
ACL yang cedera dilakukan penggantian dengan mengambil tendon atau ujung dari otot di bawah lutut yang disebut graft (cangkok). Graft ini dibentuk menyerupai ACL yang asli. Kemudian dilakukan pembuatan saluran di tulang paha dan tulang kering sebagai jalan agar graft ini bisa masuk sehingga lutut mempunyai ligamen yang baru.
Paska operasi ACL dilanjutkan program fisioterapi oleh bagian rehabilitasi medik. Program ini dapat berlangsung sekitar 6 – 7 bulan dan program disesuaikan dengan kondisi fisik pasien. Pada akhir masa program fisioterapi akan dilakukan beberapa tes untuk menentukan apakah pasien siap kembali bekerja atau berolahrga.
Keberhasilan pengobatan ACL tidak hanya ditentukan oleh tindakan pembedahan dan fisioterapi paska operasi saja tapi juga dipengaruhi oleh asupan penderita gizi yang cukup, kepatuhan pasien menjalanin program fisioterapi serta kepatuhan pasien dalam pembatasan kegiatan yang disarankan selama proses pemulihan. Jika yang disebutkan diatas tidak dipatuhi maka dapat berakibat cedera ACL berulang, proses penyembuhan yang lama atau nyeri yang berkelanjutan paska operasi.****
dr. Hanif Fahmat Sp.OT (K), Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Konsultan Sports Injury RS Awal Bros Pekanbaru