Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Redakan Stres, Hasilkan Produk Bermanfaat

Aktivitas merajut atau crochet dulunya sempat dianggap sebagai hobinya para orang tua. Namun, sejak pandemi Covid-19 2 tahun lalu, popularitas seni mearjut pun meroket di berbagai penjuru dunia. Selain bisa menghasilkan produk menarik dan mengisi waktu luang, aktivitas ini juga diklaim bisa meredakan stres lho. Yang pasti, ada peluang meraih cuan juga dari menggeluti kerajinan tangan satu ini.

(RIAUPOS.CO) – Di Pekanbaru sendiri, ada komunitas merajut yang bernama Komunitas Rajut Pekanbaru. Salah satu anggotanya yang hingga kini aktif merajut ialah Liska Mahdalena. Ia sudah mulai belajar merajut sejak zaman kuliah, sekitar tahun 2013. Namun, saat itu, ia masih belum terlalu mendalami kerajinan ini. ‘’Dulu hanya sekedar coba-coba belajar rajut dasar dari temen. Selama kuliah sampe tamat 2015 sih nggak ada perkembangan yang signifikan ya. Sampai akhirnya dah lulus kuliah coba gabung di Komunitas Rajut Pekanbaru,’’ kenangnya.

Dari situ, ia banyak belajar hal tentang merajut. Ia pun semakin lihai dalam membuat pernak-pernik lucu. Seperti gantungan kunci dan lainnya.

Semakin hari, hasil rajutannya pun semakin rapi dan beragam. Hingga akhirnya pesanan pun mulai berdatangan. ‘’Semuanya bisa berkembang gitu gak lepas dari belajar bareng dan sharing di komunitas sih. Sampai ikut bazar dan pelatihan-pelatihan juga,’’ sambungnya.

Baca Juga:  Pernikahan Tak Bahagia, Ini 4 Solusinya

Kini, di tengah kesibukannya menjadi ibu rumah tangga, Liska juga membagi waktunya untuk mengerjakan pesanan yang berdatangan. Adapun pesanan yang cukup banyak dipesan ialah tas, dompet, gantungan kunci, boneka, bunga, cardigan, sepatu dan topi bayi.

Biasanya, pemesan memberikan rincian khusus terkait produk yang mereka inginkan. Sehingga produk yang dihasilkan pun disesuaikan dengan pesanan. Itu juga menjadi kelebihan dari produk rajut tangan. Karena biasanya produk yang dihasilkan lebih ekslusif karena made by order dan diproduksi dalam jumlah yang sangat tebatas.

Liska mengaku, untuk menghasilkan produk-produk rajutan handmade tersebut, perlu waktu berhari-hari bahkan berminggu agar hasilnya maksimal. Kalau untuk tas, biasanya ia menargetkan selesai dalam dua pekan. Karena untuk produk seperti tas, Liska juga harus mengupahkan furing atau lapisan dalamnya agar lebih rapi dan nyaman dikenakan.

Karena itu, untuk yang mau pesan, pastikan tidak terburu-buru. Karena merajut dengan tangan bukan seperti menjahit dengan mesin. Semua dilakukan secara manual. Benang-benang tersebut dirajut satu persatu hingga menjadi sebuah produk yang sesuai dengan maunya si pemesan.

Baca Juga:  Hasil Survei, Hampir Separo Pasutri Bertahan hanya Demi Anak

‘’Kadang kesulitannya saat membuat desain yang sesaui dengan permintaan pelanggan. Kalau yang paling menantang, baru-baru ini saya ada bikin cardigan untuk dewasa dan itu baru pertama kali bikin. Hanya bermodal tutorial di YouTube. Tapi ya, sesulit apapun itu pasti akan saya usahakan demi menjaga kepuasan pelanggan,’’ paparnya.

Soal harga, nggak jauh beda kok daro harga pasaran. Untuk tas, biasanya dilepas dari harga Rp100-250 ribu. Sedangkan untuk dompet, mulai dari harga Rp100 ribu sampai Rp150 ribu. Tas handhoe Rp25-75 ribu. Sepatu dan topi bayi Rp110-150 ribu per satu setnya. Untuk pernak-pernik seperti gantungan kunci, konektor masker hanya dijual Rp10 ribu-Rp25 ribu. Nah, untuk cardigan tadi harganya terbilang paling tinggi dari yang lain, yakni Rp500 ribu mengingat proses pembuatannya yang cukup sulit dan menghabiskan bahan baku yang cukup banyak.

Wah, ternyata untuk mendapatkan produk rajut handmade yang eksklusif nggak perlu rogoh kocek dalam-dalam ya. Atau kalau mau lebih murah, kamu bisa coba belajar merajut sendiri. Bukan hanya bisa bikin tas dan produk lucu, kamu juga bisa dapat untung dan stres pun juga ikutan reda.***

 

Laporan: SITI AZURA
 

Aktivitas merajut atau crochet dulunya sempat dianggap sebagai hobinya para orang tua. Namun, sejak pandemi Covid-19 2 tahun lalu, popularitas seni mearjut pun meroket di berbagai penjuru dunia. Selain bisa menghasilkan produk menarik dan mengisi waktu luang, aktivitas ini juga diklaim bisa meredakan stres lho. Yang pasti, ada peluang meraih cuan juga dari menggeluti kerajinan tangan satu ini.

(RIAUPOS.CO) – Di Pekanbaru sendiri, ada komunitas merajut yang bernama Komunitas Rajut Pekanbaru. Salah satu anggotanya yang hingga kini aktif merajut ialah Liska Mahdalena. Ia sudah mulai belajar merajut sejak zaman kuliah, sekitar tahun 2013. Namun, saat itu, ia masih belum terlalu mendalami kerajinan ini. ‘’Dulu hanya sekedar coba-coba belajar rajut dasar dari temen. Selama kuliah sampe tamat 2015 sih nggak ada perkembangan yang signifikan ya. Sampai akhirnya dah lulus kuliah coba gabung di Komunitas Rajut Pekanbaru,’’ kenangnya.

- Advertisement -

Dari situ, ia banyak belajar hal tentang merajut. Ia pun semakin lihai dalam membuat pernak-pernik lucu. Seperti gantungan kunci dan lainnya.

Semakin hari, hasil rajutannya pun semakin rapi dan beragam. Hingga akhirnya pesanan pun mulai berdatangan. ‘’Semuanya bisa berkembang gitu gak lepas dari belajar bareng dan sharing di komunitas sih. Sampai ikut bazar dan pelatihan-pelatihan juga,’’ sambungnya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Viral Rapper KPop Song Min-ho ’Mino’ Pakai Hijab Buatan Indonesia

Kini, di tengah kesibukannya menjadi ibu rumah tangga, Liska juga membagi waktunya untuk mengerjakan pesanan yang berdatangan. Adapun pesanan yang cukup banyak dipesan ialah tas, dompet, gantungan kunci, boneka, bunga, cardigan, sepatu dan topi bayi.

Biasanya, pemesan memberikan rincian khusus terkait produk yang mereka inginkan. Sehingga produk yang dihasilkan pun disesuaikan dengan pesanan. Itu juga menjadi kelebihan dari produk rajut tangan. Karena biasanya produk yang dihasilkan lebih ekslusif karena made by order dan diproduksi dalam jumlah yang sangat tebatas.

Liska mengaku, untuk menghasilkan produk-produk rajutan handmade tersebut, perlu waktu berhari-hari bahkan berminggu agar hasilnya maksimal. Kalau untuk tas, biasanya ia menargetkan selesai dalam dua pekan. Karena untuk produk seperti tas, Liska juga harus mengupahkan furing atau lapisan dalamnya agar lebih rapi dan nyaman dikenakan.

Karena itu, untuk yang mau pesan, pastikan tidak terburu-buru. Karena merajut dengan tangan bukan seperti menjahit dengan mesin. Semua dilakukan secara manual. Benang-benang tersebut dirajut satu persatu hingga menjadi sebuah produk yang sesuai dengan maunya si pemesan.

Baca Juga:  Bermain bagi Anak Itu Penting untuk Kesehatan Mental

‘’Kadang kesulitannya saat membuat desain yang sesaui dengan permintaan pelanggan. Kalau yang paling menantang, baru-baru ini saya ada bikin cardigan untuk dewasa dan itu baru pertama kali bikin. Hanya bermodal tutorial di YouTube. Tapi ya, sesulit apapun itu pasti akan saya usahakan demi menjaga kepuasan pelanggan,’’ paparnya.

Soal harga, nggak jauh beda kok daro harga pasaran. Untuk tas, biasanya dilepas dari harga Rp100-250 ribu. Sedangkan untuk dompet, mulai dari harga Rp100 ribu sampai Rp150 ribu. Tas handhoe Rp25-75 ribu. Sepatu dan topi bayi Rp110-150 ribu per satu setnya. Untuk pernak-pernik seperti gantungan kunci, konektor masker hanya dijual Rp10 ribu-Rp25 ribu. Nah, untuk cardigan tadi harganya terbilang paling tinggi dari yang lain, yakni Rp500 ribu mengingat proses pembuatannya yang cukup sulit dan menghabiskan bahan baku yang cukup banyak.

Wah, ternyata untuk mendapatkan produk rajut handmade yang eksklusif nggak perlu rogoh kocek dalam-dalam ya. Atau kalau mau lebih murah, kamu bisa coba belajar merajut sendiri. Bukan hanya bisa bikin tas dan produk lucu, kamu juga bisa dapat untung dan stres pun juga ikutan reda.***

 

Laporan: SITI AZURA
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari