PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Memasuki bulan keempat di tahun 2022, 168,66 hektare lahan telah hangus terbakar. Ancaman kebakaran hutan dan lahan pun masih mengintai di bulan berikutnya. Terlebih sebentar lagi fase puncak kemarau akan tiba. Tepatnya Juni hingga Oktober mendatang. Menghadapi ancaman itu, Manggala Agni telah melakukan upaya penanggulangan kebakaran. Upaya ini dimulai dari upaya pencegahan atau antisipasi.
Dikatakan Koordinator Wilayah (Korwil) Manggala Agni Provinsi Riau, Edwin Putra SHut MSi, pada dasarnya pengendalian kebakaran dilakukan tanpa pandang waktu dan cuaca. Walaupun dalam satu tahun ada fase kemarau dan hujan, upaya pencegahan tetap dilakukan secara berkesinambungan. Dari Januari sampai Desember. Begitu seterusnya.
"Sebab ancaman kebakaran tak pandang waktu,’’ ujarnya saat ditemui di markasnya.
Prediksi cuaca, katanya tak menjamin kondisi aman atau pun tidak. Terlebih di lokasi yang rawan terbakar. Meskipun tahun 2022 ini diprediksi kemarau basah, namun tak menjamin kebakaran tak terjadi.
‘’Tak ada yang jamin kalau musim hujan cenderung aman. Karena kondisi gambut juga sudah rusak,’’ jelasnya.
Terbukti, meski beberapa waktu terakhir hujan sempat mengguyur wilayah Riau, namun karhutla tetap terjadi di beberapa titik. Seperti wilayah pesisir dan Rokan Hulu. Manggala Agni juga menemukan kecenderungan pembukaan lahan di wilayah tersebut.
‘’Di beberapa tempat sudah kami temukan. Masyarakat sudah mulai menyiang lahannya. Menebang kawasan hutan sekunder dan semak belukar. Jangan sampai ini jadi bom waktu. Kita khawatir di puncak kemarau, ini jadi bahan bakar yang menyebabkan kebakaran,’’ terangnya.
Pembukaan Lahan Sawit
Hal itu terjadi, sebab menurutnya ada kecenderungan masyarakat yang mungkin tak memiliki modal kuat, menggunakan api untuk membuka lahan. Selain itu, ada fenomena baru terkait sawit di tahun 2022 ini.
Menurut Edwin, kebutuhan sawit yang tinggi di tahun 2022 ini berdampak pada fenomena dan kemungkinan ke depannya ada aktivitas membuka lahan semakin meningkat pula.
‘’Ya kita melihat ada kecenderungan itu. Kebutuhan sawit meningkat. Dibarengi dengan aktivitas membuka lahan. Di manapun lokasi akan dicari. Bahkan yang jauh sekalipun,’’ ujarnya.
Baru-baru ini, pihaknya menemukan ada lahan terbakar yang berada di wilayah dengan kontur berbukit di Rokan Hulu. Lokasi yang menurut logika akan susah aktivitas dilakukan di situ. Tapi, karena kebutuhan akan sawit tadi, masyarakat pun membuka lahan di sana.
Karena itu, personel pun makin gencar diturunkan untuk melakukan patroli rutin. Umumnya patroli dilakukan tiga kali dalam sepekan secara terus-menerus. Namun, jika memasuki musim kemarau, intensitas pun dinaikkan. Sejak awal tahun, tim Manggala Agni dikatakannya sudah melakukan patroli rutin ke titik-titik kerawanan terjadinya karhutla. Saat itulah temuan-temuan terkait adanya aktivitas pembukaan lahan itu ditemukan.