JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Meninggalnya dua pasien Omicron di Indonesia adalah alarm untuk meningkatkan kewaspadaan lebih jauh. Satgas Covid-19 melaporkan per 22 Januari 2022, pertumbuhan angka kasus harian telah melebihi 3 ribuan kasus. Tepatnya 3.205 kasus. Namun pada 23 Januari kemarin, kasus harian sedikit menurun menjadi 2.925 kasus positif baru.
Dua pasien infeksi Omicron dikabarkan meninggal di RS Sari Asih Ciputat dan RSPI Sulianti Saroso Jakarta Utara pada Sabtu (22/1). Satu orang diketahui adalah pelaku perjalanan luar negeri (PPLN), sementara satu lainnya terinfeksi melalui transmisi lokal. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan bahwa kematian dua WNI ini menunjukkan bahwa tidak semua infeksi Omicron adalah "ringan".
"Jadi semua kita harus ekstra waspada, tentu tanpa perlu panik," kata Yoga, kemarin (23/1).
Belajar dari kasus kematian di beberapa negara, kasus kematian pertama di Amerika Serikat terjadi pada pria berumur 50 tahun yang merupakan penyintas Covid dan belum pernah divaksinasi. Di Jepang, rata-rata yang meninggal adalah lansia dengan komorbid berat.
Demikian pula di Australia, kasus kematian kebanyakan yang berusia 80-an dengan komorbid. Ada pula kasus di Singapura pasien meninggal berusia 92 tahun. Namun belum ada laporan komorbid yang jelas. Pasien juga dalam status tidak tervaksinasi. Sementara India mencatat kasus kematian dengan pasien berusia 74 tahun dengan komorbid.
Amerika Serikat dan Australia sebut Yoga telah menyatakan bahwa kasus kematian diprediksikan akan mengalami peningkatan kematian minggu-minggu mendatang yang masih erat kaitannya dengan infeksi Omicron. Dari data per 22 Januari 2022, Yoga menyebut sudah ada sekitar 1.000 kasus Omicron di Indonesia dengan sekitar 250-an adalah transmisi lokal. Tren yang muncul adalah perubahan sumber penularan yang sebelumnya didominasi oleh PPLN dan kini sudah makin bergeser ke transmisi lokal.
"Artinya makin banyak kasus-kasus Omicron di masyarakat," jelas Yoga.
Selain itu perlu diperhatikan kecepatan peningkatan kasus. Pada 20 dan 21 Januari kasus mencapai 2.000. Kemudian pada 22 Januari sudah di atas 3.000. Dengan melihat ini Yoga mengatakan bahwa harus ada effort lebih daripada minggu-minggu lalu. Protokol kesehatan harus lebih ketat, Work From Home (WFH) harus sudah diperluas. Termasuk mengevaluasi kebijakan PTM 100 persen. Penerapan aplikasi PeduliLindungi jauh lebih ketat.
"Kemudian peningkatan tes untuk mendeteksi yang OTG yang Omicron, serta telusur "ke depan" kepada siapa menulari dan "ke belakang" dari siapa tertular. Harus dilakukan secara massif," paparnya.
Kemudian upaya supermaksimal meningkatkan vaksinasi dan booster, apalagi di daerah yang tinggi penularan Omicronnya dan juga pada lansia dan komorbid. Mumpung RS masih relatif kosong, Yoga menyarankan kasus Omicron baik yang ringan maupun dengan komorbid dan lansia baiknya dirawat dulu, kecuali kalau nanti RS memang akan jadi penuh. Perawatan di fasilitas kesehatan harus dimaksimalkan untuk mencegah kasus kematian. Penanganan mereka yang datang dari luar negeri harus lebih ketat lagi.
Senada, Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan bahwa harus ada effort lebih dari pemeritah. "Terutama langkah mitigasi perlindungan terhadap kelompok lansia dan berisiko tinggi lainnya," kata Dicky.
Perlindungan bisa berupa pemberian vaksin booster. Namun vaksin booster saja tidaklah cukup. Harus segera ada pembatasan kegiatan masyarakat di luar rumah, memberlakukan WFH dan menghentikan sementara pembelajaran tatap muka. Sementara itu, pemerintah meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan mengingat angka kasus konfirmasi harian terus menunjukkan tren kenaikan. Selain terus menegakkan protokol kesehatan dan menyegerakan vaksinasi, masyarakat diminta menghindari serta mencegah terjadinya kerumunan.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate mengatakan bahwa peningkatan kasus konfirmasi harian kini sudah berada di atas angka 2 ribu per hari.
"Kita harus berhati-hati," ujar Johnny.
Politikus Partai Nasdem ini menyebut, terjadi peningkatan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan pekan kedua Januari, di mana pertambahan kasus harian berada pada kisaran di bawah 1.000 kasus per hari.
"Karena itu kami minta sekali lagi kepada masyarakat, tolong bijak bepergian, hindari kerumunan. Virus masih beredar di sekitar kita. Jangan sampai kita terpapar, apalagi menjadi pembawa virus yang akhirnya menginfeksi orang-orang tercinta di rumah," imbau Johnny.
Selain itu, ia pun menekankan, apabila memang harus bepergian dan mengunjungi ruang publik yang berisiko bertemu banyak orang, protokol kesehatan sama sekali tidak boleh ditanggalkan.
"Sedapat mungkin hindari tempat yang sirkulasi udaranya kurang baik. Upaya-upaya ini terlihat sederhana namun sangat penting untuk ditegakkan," ujar Johnny.(tau/jpg)