Minggu, 22 Desember 2024

Harga CPO Tinggi, Dongrak Kinerja Emiten Pupuk 

Surabaya (RIAUPOS.CO) – Sektor agrobisnis masih menjadi salah satu pilihan yang menarik di bursa saham, termasuk emiten pupuk. Kinerjanya diperkirakan bisa tergongrak tahun depan selama permintaan minyak kelapa sawit masih tinggi

Equity Research Analyst MNC Sekuritas Aqil Triyadi mengatakan, prospek kinerja industri pupuk masih menjanjikan hingga 2022. Penilaian tersebut datang dari pasar minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) yang mengalami tren penguatan. 

"Kita tahu bahwa harga CPO di bursa Malaysia sudah mencapai rekor 5 ribu ringgit per metrik ton. Hal tersebut bakal menjadi pendorong industri perkebunan di Indonesia," ujarnya kepada Jawa Pos (JPG), Senin (30/11).

Tahun ini  luas area tanam CPO di Indonesia sudah mencapai 14,99 juta hektare. Angka tersebut naik dibanding  setahun sebelumnya sebesar 14,72 juta hektare. Sedangkan, produksi tahun ini menjadi 49,12 juta ton, meningkat dibanding 2019 yang tercatat 45,86 juta ton.

Baca Juga:  Pembayaran Zakat Mal Bisa Dipercepat

Pertumbuhan tersebut berdampak besar terhadap penyerapan pupuk nonsubsidi. Selama 2020, jumlah penggunaannya  mencapai 18,48 juta ton. "Contoh saja kinerja emiten produsen pupuk SAMF (PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk). Mereka sudah mencatatkan pertumbuhan penjualan sebanyak 25,5 persen pada kuartal III tahun ini," jelasnya.

Melihat dari perkembangan yang ada, dia optimitis industri penyokong komoditas CPO bakal terus bersinar tahun depan. Apalagi, gangguan pasokan karena pandemi tak akan pulih sepenuhnya pada 2022. Sedangkan, kebutuhan negara maju seperti Amerika Serikat dan Cina terhadap komoditas energi nabati itu terus meningkat. 

Belum lagi, rencana pemanfaatan minya kepala sawit untuk biodiesel di Indonesia.  “Permintaan global terhadap CPO bakal membuat level harganya tidak jauh dari level MYR 5 ribu per metrik ton,” ucapnya.

Baca Juga:  Xiaomi Kenalkan Mi Mix Alpha, Smartphone Radikal Berbalut Layar Penuh

Edwin Sebayang, penasehat Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) , memprediksi harga saham SAMF sendiri bisa naik di kisaran 53,9 sampai 79,7 persen dibanding harga tahun ini. "Kita lihat fundamentalnya saja. Saat ini, target penjualan perusahaan 2021 senilai Rp1,8 triliun hampir pasti tercapai. Bahkan, saya memprediksi revenue mereka bisa mencapai 2,35 trilun," ungkapnya.

Selain itu, perseroan berencana menambah kapasitas produksi sebesar 100 ribu tahun depan. Hal itu bakal terserap selama pasar minyak sawit masih bagus. Pasalnya, sampai saat ini produksi domestik pupuk masih belum mencukupi kebutuhan industri perkebunan di Indonesia.(bil/dio/das)

Laporan JPG, Surabaya

Surabaya (RIAUPOS.CO) – Sektor agrobisnis masih menjadi salah satu pilihan yang menarik di bursa saham, termasuk emiten pupuk. Kinerjanya diperkirakan bisa tergongrak tahun depan selama permintaan minyak kelapa sawit masih tinggi

Equity Research Analyst MNC Sekuritas Aqil Triyadi mengatakan, prospek kinerja industri pupuk masih menjanjikan hingga 2022. Penilaian tersebut datang dari pasar minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) yang mengalami tren penguatan. 

- Advertisement -

"Kita tahu bahwa harga CPO di bursa Malaysia sudah mencapai rekor 5 ribu ringgit per metrik ton. Hal tersebut bakal menjadi pendorong industri perkebunan di Indonesia," ujarnya kepada Jawa Pos (JPG), Senin (30/11).

Tahun ini  luas area tanam CPO di Indonesia sudah mencapai 14,99 juta hektare. Angka tersebut naik dibanding  setahun sebelumnya sebesar 14,72 juta hektare. Sedangkan, produksi tahun ini menjadi 49,12 juta ton, meningkat dibanding 2019 yang tercatat 45,86 juta ton.

- Advertisement -
Baca Juga:  Harga TBS Kelapa Sawit Naik Pekan Ini

Pertumbuhan tersebut berdampak besar terhadap penyerapan pupuk nonsubsidi. Selama 2020, jumlah penggunaannya  mencapai 18,48 juta ton. "Contoh saja kinerja emiten produsen pupuk SAMF (PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk). Mereka sudah mencatatkan pertumbuhan penjualan sebanyak 25,5 persen pada kuartal III tahun ini," jelasnya.

Melihat dari perkembangan yang ada, dia optimitis industri penyokong komoditas CPO bakal terus bersinar tahun depan. Apalagi, gangguan pasokan karena pandemi tak akan pulih sepenuhnya pada 2022. Sedangkan, kebutuhan negara maju seperti Amerika Serikat dan Cina terhadap komoditas energi nabati itu terus meningkat. 

Belum lagi, rencana pemanfaatan minya kepala sawit untuk biodiesel di Indonesia.  “Permintaan global terhadap CPO bakal membuat level harganya tidak jauh dari level MYR 5 ribu per metrik ton,” ucapnya.

Baca Juga:  PT PI Persero Hadir Stabilkan Harga pupuk untuk Petani Kelapa Sawit

Edwin Sebayang, penasehat Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) , memprediksi harga saham SAMF sendiri bisa naik di kisaran 53,9 sampai 79,7 persen dibanding harga tahun ini. "Kita lihat fundamentalnya saja. Saat ini, target penjualan perusahaan 2021 senilai Rp1,8 triliun hampir pasti tercapai. Bahkan, saya memprediksi revenue mereka bisa mencapai 2,35 trilun," ungkapnya.

Selain itu, perseroan berencana menambah kapasitas produksi sebesar 100 ribu tahun depan. Hal itu bakal terserap selama pasar minyak sawit masih bagus. Pasalnya, sampai saat ini produksi domestik pupuk masih belum mencukupi kebutuhan industri perkebunan di Indonesia.(bil/dio/das)

Laporan JPG, Surabaya

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari