Seni dan Sumpah Sampah

Serba dari sampah. Artistik panggung dari bahan serba sampah, seni pertunjukan yang disajikan juga bertemakan sampah. Beginilah wujud nyata seniman dan penggiat lingkungan di Pekanbaru merayakan Hari Sumpah Pemuda.

(RIAUPOS.CO) – SALAH satu sudut halaman Bandar Seni Raja Ali Haji (Bandar Serai) di Kota Pekanbaru, kembali ramai. Sekelompok anak muda merayakan Sumpah Pemuda. Inilah helat yang ditaja Komunitas Seni Rumah Sunting, Rabu (27/10). Kali ini, mereka mengusung tema 'Sumpah Sampah'.

- Advertisement -

Kegiatan yang dilaksanakan di Anjungan Kampar Bandar Seni Raja Ali Haji ini dihadiri ratusan kaum millenial dari berbagai komunitas. Ada sanggar dan komunitas seni serta para penggiat lingkungan.

Kegiatan dilaksanakan di panggung ruang terbuka, persis di bawah pohon di depan Anjungan Kampar. Panggung tanpa terap, tapi berpagar barang-barang bekas, membuat artistik yang khas. Ada kain bekas putih sebagai latar tengah, ada tulisan Sumpah Sampah di bagian atas dengan sampah-sampah plastik yang bergelantungan di antaranya, ada pagar dari rumput-rumput kering, ada patung dari sampah, ada tong sampah terbuka dengan sampah berserakan di depan panggung dan lain-lain yang serba sampah.

- Advertisement -

Panggung satu ini dikonsep seniman muda yang juga keluarga besar Komunitas Seni Rumah Sunting, Wahyu Mualli Bone bersama rekannya, Ceper dan Amesya Ariyana. Sedang panggung dua sudah dipersiapkan di bawah Anjungan Kampar. Bahkan panggung tiga di lantai dua. Hal ini sebagai antisipasi jika hujan turun tiba-tiba.

Panggung terbuka ini semakin semarak dengan belasan tenda dan puluhan lampu colok yang berjejer segitiga di depan panggung. Sedang bagian tengahnya untuk penonton. Semakin semarak dengan lampu sorot yang menembak berbagai sisinya. Kegiatan dimulai dengan pembacaan syair oleh Siska Armiza dan ikrar Sumpah Pemuda oleh seluruh peserta.

Sajikan Berbagai Seni Pertunjukan

Pertunjukan yang menggunakan properti serba sampah itu dari berbagai cabang seni. Ada tari, musik, teater, musikalisasi puisi, pembacaan puisi, instalasi seni oleh Rozi dan syair. Ada pula pemutaran video pendek tentang kondisi sampah Pekanbaru yang diputar sebelum diskusi. Video ini diproduksi tim Rumah Sunting.

Para talent yang tampil  yakni, Siska Armiza, Wawa Bingal dan Kiki Ruang Lingkar, Syafmanefi Alamanda, Wahyu Mualli Bone, Risna, Asqalani Eneste, Miftah Kuala dan Imam Prast, Urban Rythm, Musikalisasi Kesara, Bie Kibo dan Amesya Ariana.

’’Kenapa Sumpah Sampah, karena persoalan sampah Kota Pekanbaru ini menjadi perhatian kami di Rumah Sunting melalui program Literasi Konservasi. Jadi, kegiatan ini masuk dalam Literasi Konservasi. Kami, pemuda Pekanbaru melalui seniman dan anak-anak muda peduli lingkungan, bersumpah ingin merdeka dari sampah, tidak ingin dimakan sumpah,’’ kata Kunni Masrohanti Pembina Rumah Sunting malam itu.

Berbagai sanggar dan komunitas hadir pada malam itu. Antara lain, Teater Matan, Teater Selembayung, DKR, DKKP, Riau Rythm, YMI Walhi,  Kelompok Perupa, Suku Seni, U-Forty, IATTA Korwil Riau, Ascender, SPGI, KPKR, PPRG Shake, Kaparak, Riau Mesin Kanan, Pendaki Muslim, Syair Kera Network, Pondok Belantara, Jungle Ghost, LPE Riau, Riau Adventure Family, Oranye Cibaduyut, Resam, Sindikat Kartunis Riau (Sikari), Mupa (Univ Abdurab), Riau Beraksi dan lain-lain.

’’Kegiatan ini terlaksana karena partisipasi banyak pihak. Mulai dari izin penggunaan  tempat, pelaksanaan hingga seluruh pengisi acara,’’ sambung Kunni.

Bahas Sampah Sampai ke Akar
Bincang Sampah malam itu berlangsung lama. Anak-anak muda yang hadir begitu antusias. Dan, sampah Pekanbaru dibahas hingga ke akar dilihat dari berbagai sisi.

Direktur Walhi Riau BoyJerry Even Sembiring membahas tentang regulasi dan sampah perkotaan. Marhalim Zaini selaku Ketua Asosiasi Seniman Riau (Aseri) dan Founder Suku Seni Riau berbincang tentang seniman dan karya seni yang berkaitan dengan sampah. Sedangkan Kunni membahas sampah dari sisi budaya.

Peringatan Sumpah Pemuda yang awalnya dilaksanakan di luar ruangan atau di laman Begawai ini terpaksa pindah ke bawah Anjungan Kampar karena hujan badai.(*)

 

Laporan MUSLIM NURDIN, Pekanbaru

 

Serba dari sampah. Artistik panggung dari bahan serba sampah, seni pertunjukan yang disajikan juga bertemakan sampah. Beginilah wujud nyata seniman dan penggiat lingkungan di Pekanbaru merayakan Hari Sumpah Pemuda.

(RIAUPOS.CO) – SALAH satu sudut halaman Bandar Seni Raja Ali Haji (Bandar Serai) di Kota Pekanbaru, kembali ramai. Sekelompok anak muda merayakan Sumpah Pemuda. Inilah helat yang ditaja Komunitas Seni Rumah Sunting, Rabu (27/10). Kali ini, mereka mengusung tema 'Sumpah Sampah'.

Kegiatan yang dilaksanakan di Anjungan Kampar Bandar Seni Raja Ali Haji ini dihadiri ratusan kaum millenial dari berbagai komunitas. Ada sanggar dan komunitas seni serta para penggiat lingkungan.

Kegiatan dilaksanakan di panggung ruang terbuka, persis di bawah pohon di depan Anjungan Kampar. Panggung tanpa terap, tapi berpagar barang-barang bekas, membuat artistik yang khas. Ada kain bekas putih sebagai latar tengah, ada tulisan Sumpah Sampah di bagian atas dengan sampah-sampah plastik yang bergelantungan di antaranya, ada pagar dari rumput-rumput kering, ada patung dari sampah, ada tong sampah terbuka dengan sampah berserakan di depan panggung dan lain-lain yang serba sampah.

Panggung satu ini dikonsep seniman muda yang juga keluarga besar Komunitas Seni Rumah Sunting, Wahyu Mualli Bone bersama rekannya, Ceper dan Amesya Ariyana. Sedang panggung dua sudah dipersiapkan di bawah Anjungan Kampar. Bahkan panggung tiga di lantai dua. Hal ini sebagai antisipasi jika hujan turun tiba-tiba.

Panggung terbuka ini semakin semarak dengan belasan tenda dan puluhan lampu colok yang berjejer segitiga di depan panggung. Sedang bagian tengahnya untuk penonton. Semakin semarak dengan lampu sorot yang menembak berbagai sisinya. Kegiatan dimulai dengan pembacaan syair oleh Siska Armiza dan ikrar Sumpah Pemuda oleh seluruh peserta.

Sajikan Berbagai Seni Pertunjukan

Pertunjukan yang menggunakan properti serba sampah itu dari berbagai cabang seni. Ada tari, musik, teater, musikalisasi puisi, pembacaan puisi, instalasi seni oleh Rozi dan syair. Ada pula pemutaran video pendek tentang kondisi sampah Pekanbaru yang diputar sebelum diskusi. Video ini diproduksi tim Rumah Sunting.

Para talent yang tampil  yakni, Siska Armiza, Wawa Bingal dan Kiki Ruang Lingkar, Syafmanefi Alamanda, Wahyu Mualli Bone, Risna, Asqalani Eneste, Miftah Kuala dan Imam Prast, Urban Rythm, Musikalisasi Kesara, Bie Kibo dan Amesya Ariana.

’’Kenapa Sumpah Sampah, karena persoalan sampah Kota Pekanbaru ini menjadi perhatian kami di Rumah Sunting melalui program Literasi Konservasi. Jadi, kegiatan ini masuk dalam Literasi Konservasi. Kami, pemuda Pekanbaru melalui seniman dan anak-anak muda peduli lingkungan, bersumpah ingin merdeka dari sampah, tidak ingin dimakan sumpah,’’ kata Kunni Masrohanti Pembina Rumah Sunting malam itu.

Berbagai sanggar dan komunitas hadir pada malam itu. Antara lain, Teater Matan, Teater Selembayung, DKR, DKKP, Riau Rythm, YMI Walhi,  Kelompok Perupa, Suku Seni, U-Forty, IATTA Korwil Riau, Ascender, SPGI, KPKR, PPRG Shake, Kaparak, Riau Mesin Kanan, Pendaki Muslim, Syair Kera Network, Pondok Belantara, Jungle Ghost, LPE Riau, Riau Adventure Family, Oranye Cibaduyut, Resam, Sindikat Kartunis Riau (Sikari), Mupa (Univ Abdurab), Riau Beraksi dan lain-lain.

’’Kegiatan ini terlaksana karena partisipasi banyak pihak. Mulai dari izin penggunaan  tempat, pelaksanaan hingga seluruh pengisi acara,’’ sambung Kunni.

Bahas Sampah Sampai ke Akar
Bincang Sampah malam itu berlangsung lama. Anak-anak muda yang hadir begitu antusias. Dan, sampah Pekanbaru dibahas hingga ke akar dilihat dari berbagai sisi.

Direktur Walhi Riau BoyJerry Even Sembiring membahas tentang regulasi dan sampah perkotaan. Marhalim Zaini selaku Ketua Asosiasi Seniman Riau (Aseri) dan Founder Suku Seni Riau berbincang tentang seniman dan karya seni yang berkaitan dengan sampah. Sedangkan Kunni membahas sampah dari sisi budaya.

Peringatan Sumpah Pemuda yang awalnya dilaksanakan di luar ruangan atau di laman Begawai ini terpaksa pindah ke bawah Anjungan Kampar karena hujan badai.(*)

 

Laporan MUSLIM NURDIN, Pekanbaru

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya