Selasa, 26 November 2024
spot_img

Kurang Dukungan Pemerintah dan Sponsor

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) –  Meski memiliki perkembangan yang menjanjikan ke depannya, e-sport di Riau saat ini masih sangat kekurangan dukungan baik itu dari pemerintah maupun sektor swasta. Padahal,  dukungan mutlak diperlukan.

Ketua E-sport Indonesia (ESI) Pekanbaru Tekad Abidin mengatakan agar e-sport berkembang di Riau, berbagai dukungan saat ini diperlukan. Salah satunya yang penting adalah fasilitas dengan jaringan internet yang kencang. "Kami perlu tempat di Pekanbaru yang high speed internet, infrastruktur harus mendukung karena memang berbiaya tinggi. Kalau ada itu, secara nasional kami bisa menang," terangnya.

E-sport tak terbatas hanya mobile gaming. Tapi juga mencakup PC gaming hingga playstation. Saat ini belum banyak pihak yang menyadari bahwa e-sport adalah juga cabang olahraga yang bergengsi dan bisa menghasilkan prestasi.

"Belum banyak masyarakat menyadari e-sport ini olahraga berprestasi yang bisa menambah pemasukan untuk atlet. Banyak yang beranggapan ini buang waktu dan mengganggu pelajaran sekolah. Kadang warga sekitar tidak welcome.  Padahal mereka (atlet, red)  jago  IT, jago komputer, melek teknologi," paparnya.

Yang menjadi tantangan dalam pengembangan e-sport juga adalah dukungan sponsor. Riau tak seperti daerah tetangga yang stakeholder  sudah terbuka pikirannya untuk mendukung e-sport. "Mencari sponsor di daerah kita masih agak sulit. Sumbar saja sudah banyak perusahaan mau jadi sponsor. Padahal kan sekarang semua sudah pakai gadget. Berapa banyak yang memainkan game-nya,  ini kan pasar yang sangat luas untuk sponsor. Karena jadi perbincangan di antara komunitas mereka (gamers, red)," urainya.

Baca Juga:  Jika Finis 5 Besar, Valentino Rossi Bisa Perpanjang Kontrak 2 Tahun

Hal yang sama diungkapkan Owner Voxa E-sports Yongki Saputra. Saat ini pengembangan e-sport memang masih kekurangan dukungan. "Dukungan  dari provinsi kurang untuk PON lalu. Provinsi lain handphone device sampai ke pakaian didukung. Kita minim, uang saku minim. Kita ke PON Papua pakai sendal jepit, cuma (didukung, red) baju selembar. Itu pun dari pusat. Seperti sekarang ini e-sport di Riau bagaimana mau maju, tidak ada pembinaan," ucap dia.

Kemudian pula, sponsor saat ini memang masih sulit didapat dari Riau. "Kalau untuk tim e-sport kecil di daerah in masih banyak kesulitannya. Sponsor di Riau susah didapatkan karena pemikiran orang tua belum terbuka. Masih menganggap game tidak bagus, merusak kecerdasan bangsa," tuturnya.

Baca Juga:  Prastawa Berharap FIBA Asia Cup Bisa Buka Mata Pebasket Indonesia

Tak ditutupinya, caci maki bahkan kerap diterima. Bahkan pada awal 2021 lalu, Yongki dan timnya pernah diusir warga.  "Kami pernah diusir dari basecamp oleh warga sekitar di Jalan Paus. Kami dibilang main judi, disidang berjam-jam sama ketua RT. Ditekan, sempat ngedrop juga. Memang berat mengembangkannya.  Pemasukan kami tidak ada. Tapi anak-anak sebagai player dituntut untuk juara. Dari juara itu, kami dari manajemen tidak ada mengambil sedikit pun hadiah mereka.  Jadi mutlak untuk mereka," kenang dia.

Meski begitu, dia tetap meyakini menjadi atlet e-sport memiliki masa depan yang cerah jika diseriusi. Atlet di bawah binaannya ada yang berpenghasilan antar Rp4 juta sampai Rp5 juga sebulan. "Anak-anak kami di divisi Mobile Legend dari game turnamen dan acara, mereka bisa dapat pemasukan Rp4juta  sampai Rp5 juta per bulan. Jadi tergantung di mana mereka berdiri," jelasnya.

Bagi atlet e-sport pemula dan anak muda yang ingin menyeriusi pilihan menjadi atlet e-sport Yongki menyarankan untuk benar-benar serius. " Kalau ingin tidak serius hapus saja game-nya karena buang waktu,"  tegasnya.(ali)

 

 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) –  Meski memiliki perkembangan yang menjanjikan ke depannya, e-sport di Riau saat ini masih sangat kekurangan dukungan baik itu dari pemerintah maupun sektor swasta. Padahal,  dukungan mutlak diperlukan.

Ketua E-sport Indonesia (ESI) Pekanbaru Tekad Abidin mengatakan agar e-sport berkembang di Riau, berbagai dukungan saat ini diperlukan. Salah satunya yang penting adalah fasilitas dengan jaringan internet yang kencang. "Kami perlu tempat di Pekanbaru yang high speed internet, infrastruktur harus mendukung karena memang berbiaya tinggi. Kalau ada itu, secara nasional kami bisa menang," terangnya.

- Advertisement -

E-sport tak terbatas hanya mobile gaming. Tapi juga mencakup PC gaming hingga playstation. Saat ini belum banyak pihak yang menyadari bahwa e-sport adalah juga cabang olahraga yang bergengsi dan bisa menghasilkan prestasi.

"Belum banyak masyarakat menyadari e-sport ini olahraga berprestasi yang bisa menambah pemasukan untuk atlet. Banyak yang beranggapan ini buang waktu dan mengganggu pelajaran sekolah. Kadang warga sekitar tidak welcome.  Padahal mereka (atlet, red)  jago  IT, jago komputer, melek teknologi," paparnya.

- Advertisement -

Yang menjadi tantangan dalam pengembangan e-sport juga adalah dukungan sponsor. Riau tak seperti daerah tetangga yang stakeholder  sudah terbuka pikirannya untuk mendukung e-sport. "Mencari sponsor di daerah kita masih agak sulit. Sumbar saja sudah banyak perusahaan mau jadi sponsor. Padahal kan sekarang semua sudah pakai gadget. Berapa banyak yang memainkan game-nya,  ini kan pasar yang sangat luas untuk sponsor. Karena jadi perbincangan di antara komunitas mereka (gamers, red)," urainya.

Baca Juga:  Drama di Tikungan Terakhir

Hal yang sama diungkapkan Owner Voxa E-sports Yongki Saputra. Saat ini pengembangan e-sport memang masih kekurangan dukungan. "Dukungan  dari provinsi kurang untuk PON lalu. Provinsi lain handphone device sampai ke pakaian didukung. Kita minim, uang saku minim. Kita ke PON Papua pakai sendal jepit, cuma (didukung, red) baju selembar. Itu pun dari pusat. Seperti sekarang ini e-sport di Riau bagaimana mau maju, tidak ada pembinaan," ucap dia.

Kemudian pula, sponsor saat ini memang masih sulit didapat dari Riau. "Kalau untuk tim e-sport kecil di daerah in masih banyak kesulitannya. Sponsor di Riau susah didapatkan karena pemikiran orang tua belum terbuka. Masih menganggap game tidak bagus, merusak kecerdasan bangsa," tuturnya.

Baca Juga:  Kemenangan Ke-100 Conte

Tak ditutupinya, caci maki bahkan kerap diterima. Bahkan pada awal 2021 lalu, Yongki dan timnya pernah diusir warga.  "Kami pernah diusir dari basecamp oleh warga sekitar di Jalan Paus. Kami dibilang main judi, disidang berjam-jam sama ketua RT. Ditekan, sempat ngedrop juga. Memang berat mengembangkannya.  Pemasukan kami tidak ada. Tapi anak-anak sebagai player dituntut untuk juara. Dari juara itu, kami dari manajemen tidak ada mengambil sedikit pun hadiah mereka.  Jadi mutlak untuk mereka," kenang dia.

Meski begitu, dia tetap meyakini menjadi atlet e-sport memiliki masa depan yang cerah jika diseriusi. Atlet di bawah binaannya ada yang berpenghasilan antar Rp4 juta sampai Rp5 juga sebulan. "Anak-anak kami di divisi Mobile Legend dari game turnamen dan acara, mereka bisa dapat pemasukan Rp4juta  sampai Rp5 juta per bulan. Jadi tergantung di mana mereka berdiri," jelasnya.

Bagi atlet e-sport pemula dan anak muda yang ingin menyeriusi pilihan menjadi atlet e-sport Yongki menyarankan untuk benar-benar serius. " Kalau ingin tidak serius hapus saja game-nya karena buang waktu,"  tegasnya.(ali)

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari