PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — mahalnya harga cabai merah di Kota Pekanbaru dikeluhkan warga. Khususnya ibu rumah tangga dan pelaku usaha rumah makan. Mereka berharap, harga cabai bisa kembali normal.
Effi (50), salah seorang ibu ramah tangga termasuk yang mengeluhkan mahalnya harga cabai merah ini. Ia mengungkapkan, harga cabai merah di pasaran bisa sampai Rp100 ribu per kilogram.
“Harga cabai sekarang mahal, sampai Rp100 ribu per kilogram. Itu cabai bukit. Saat ini harga cabai yang banyak dikeluhkan oleh orang-orang,†kata pegawai yang bekerja di salah satu perkantoran di Jalan Gajah Mada, Selasa (6/8).
“Kalau saat ini harganya Rp 80 ribu perkilo, kadang mencapai Rp 100 ribu,†sebutnya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh pemilik rumah makan, Nelly Susanti. Ia mengeluhkan harga cabai merah sejak lebaran sampai sekarang masih tinggi di pasaran.
“Harga cabai mahal. Sekarang Rp80 ribu per kilogram untuk cabai bukit. Kalau cabai biasa ada yang Rp60 ribu per kilogram,†ungkap pemilik kantin di lingkungan perkantoran sekitar Jalan Gajah Mada.
Karena mahalnya cabai merah ini, Nelly mengaku mempengaruhi omzet rumah makannya.
“Kami berjualan tak mungkin pula kan nggak pakai sambal, tentu kami harus beli cabai merah,†ucapnya.
Bahkan, ibu rumah tangga lainnya, Ninik, warga Jalan Darma, Kecamatan Payung Sekaki sampai menghitung harga cabai per batangnya. ‘’ Sangking mahalnya, saya hitung satu batang cabai merah itu Rp200,’’ katanya.
Terkait hal itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Pekanbaru, Ingot Ahmad Hutasuhut, mengatakan, bahwa mahalnya harga cabai di Pekanbaru dikarenakan supplai dari luar kurang.
“Naiknya harga cabai karena suplainya kurang, supplai dari Jawa juga kurang yang mencapai 60 persen,†kata Ingot kepada wartawan, Selasa (6/8/2019).
“Kemudian harga dari penghasil juga ikut naik dan kebutuhan daerah lain juga tinggi. Kalau harga dari penghasil tinggi tentu harga di pasar ikut tinggi juga,†ucapnya.
Dijelaskannya, kurangnya suplai cabai yang masuk Pekanbaru karena musim panen yang mungkin iklimnya kurang bagus sehingga memengaruhi produksinya.
“Produksi kurang, tentu suplai juga kurang, sedangkan permintaan tetap,â€terangnya.(dof)