Jumat, 20 September 2024

Kacung Kampret dalam Novel Andrea Hirata

Kacung kampret merupakan sebuah istilah yang penulis dapatkan dalam penggalan novel berjudul Orang Orang Biasa yang ditulis oleh Andrea Hirata, salah seorang penulis Indonesia yang sudah go internasional berkat novelnya yang berjudul Laskar Pelangi yang sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Dalam novel Orang-Orang Biasa ini terdapat sepuluh sekawan yang dapat ditafsirkan sebagai kaum termarjinalkan dari kehidupan yang semestinya.

Namun, pada akhir cerita, terjadi sebuah peristiwa yang mengubah nasib sepuluh kacung kampret ini karena berhasil membuat sebuah kejadian yang tidak terpikirkan sebelumnya oleh kebanyakan orang.

Dalam istilah sehari-hari istilah kacung kampret mengacu pada sebuah lelucon yang menyakitkan. Jika diartikan istilah kacung adalah orang yang pekerjaannya memang untuk disuruh-suruh atau pelayan yang terpaksa dan dituntut untuk menjadi penurut. Kampret merupakan sebuah makian yang paling khas dari seseorang yang merasa kesal tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dapat dijadikan sebagai kritik sosial dalam mendukung terselesaikannya masalah sosial. Kacung kampret dalam novel Andrea Hirata merupakan sebuah karya sastra berbentuk kritik sosial yang disuguhkan dalam bentuk novel.

- Advertisement -

Masalah sosial seperti kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga (gagalnya suatu unit anggota dalam mencukupi kebutuhan sosial sehingga terjadinya perpecahan dalam sebuah keluarga), masalah generasi muda dalam generasi modern hingga berpeluang menjadi berandal, pelanggaran terhadap norma-norma dalam bermasyarakat hingga masalah lingkungan hidup disuguhkan dalam novel ini.

Gambaran kehidupan yang simpang-siur dalam novel ini seakan-akan persis terjadi pada sebagian masyarakat di negara berkembang ini. Meskipun strata antara kelas atas dan kelas bawah tidak begitu jelas dinampakkan saat sekarang ini, tetapi dari segi semiotik –berhubungan dengan sistem tanda dan lambang dalam kehidupan manusia— dapat dilihat dari jenis pekerjaan, nasab atau keturunan, hingga banyaknya link antara mamak dan kemenakan agar mudah masuk dalam suatu pekerjaan masih menjadi payung utama dalam melihat lapisan sosial masyarakat sekarang ini.

- Advertisement -
Baca Juga:  Rumah David Beckham Seharga Rp548 miliar

Pada era modern ini, menyampaikan suatu pendapat dan kritikan dapat dilakukan dengan mudah, baik terhadap pemerintahan maupun masyarakat dengan media apapun, termasuk dalam karya sastra berbentuk novel Andrea Hirata ini. Sejak dahulu sastra memang menjadi alternatif bagi sebagian kalangan untuk menyuarakan isi kepala mereka. Sastra juga menjadi jalan perjuangan yang tak terelakkan pada zaman kritik dan saran dibungkam. Dalam novel ini terdapat beberapa kritik sosial yang masih menjadi perhatian bersama sehingga harus direnungkan kembali.

Kemiskinan

Kemiskinan menjadi problem paling vital pada negara berkembang ini. Kenapa tidak? Kemiskinan menjadi penghambat bagi segala macam hal yang berhubungan dengan duniawi. Jika tidak berpunya, bagaimana bisa mencukupi kebutuhan keluarga? Jika tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga, bagaimana bisa memberikan masa depan yang terbaik bagi keluarga? Hal ini menjadi buah simalakama bagi orang-orang biasa seperti yang tercermin dalam novel ini.

Tokoh Dinah menjadi sosok yang paling menonjol permasalahannya. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Kembali pada bagian sub-judul di atas.

Kejahatan

Praktik kejahatan yang diperlihatkan dalam novel ini seperti memilih pekerjaan yang haram ketimbang memilih jalan yang benar terutama untuk meraih kesuksesan menjadi kritik sosial terhadap kehidupan dewasa ini. Kejahatan tercipta karena kehidupan yang tak sesuai dengan harapan –kemiskinan—. Kadang kala mereka tahu bahwasanya yang mereka lakukan itu salah dan tidak baik tetapi keadaanlah yang membuat mereka melakukan tindak kejahatan.

Pendidikan yang minim pun turut menjadi alasan perilaku yang diemban. Sudah pasti sikap dan moralnya menjadi tidak karuan. Pada dasarnya pendidikan menjadi sarana yang paling penting undalam kehidupan.

Baca Juga:  Akhir Juli, Rurouni Kenshin: The Beginning Tayang di Netflix

Selain untuk menambah dan menimba ilmu, juga sebagai tempat pembentuk karakter yang baik agar ke depannya sudah mempunyai pondasi yang bijak dalam memilah dan memilih jalan hidup. Dalam dunia pendidikan sekarang, pemerintah telah mencanangkan bahwa hal yang paling diutamakan pada setiap penilaian ialah pendidikan karakter, bukan nilai. Karena sesungguhnya dengan karakter yang baik, akan berdampak pada kemauan yang baik-baik pula, sehingga dalam proses belajar tercipta nilai-nilai yang baik pula.

Generasi Muda dalam Arus Modern

Persoalan generasi muda dalam masyarakat modern ini dapat dilihat pada ciri-ciri yang bertolak belakang dengan generasi muda silam. Generasi muda yang berani melawan dan bersikap bodo amat dalam bermasyarakat menjadi pembeda generasi muda dahulu dan sekarang.

Jika diperhatikan dengan saksama, kita dapat melihat dan menilai sikap ataupun perilaku generasi muda dalam bersikap di media-media online dan juga game online. Kata-kata kasar yang sering kita dengar dahulu biasanya diucapkan ketika sisi kemanusiaan seseorang tidak lagi bisa terbendung oleh amarah, sekarang malah dengan begitu mudahnya dilontarkan oleh generasi muda. Arus modern memang membawa dampak yang vital dalam kehidupan masyarakat.

Persoalan kacung kampret di atas mestinya menjadi perhatian bagi semua pihak. Pendidikan memang menjadi upaya utama bagi kalangan masyarakat bawah untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Para begal, preman, anak jalanan, orang-orang melarat lahir dan batin, dan lain-lain seringkali dicap sebagai orang yang tidak berguna dan dianggap sebagai sampah masyarakat. Padahal, jika orang-orang tersebut bisa dirangkul dan dikelola dengan baik, mereka juga dapat memberikan sumbangsih terhadap bangsa dan negara ini, meskipun cara dan praktinya berbeda pula nantinya.

 

Kacung kampret merupakan sebuah istilah yang penulis dapatkan dalam penggalan novel berjudul Orang Orang Biasa yang ditulis oleh Andrea Hirata, salah seorang penulis Indonesia yang sudah go internasional berkat novelnya yang berjudul Laskar Pelangi yang sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Dalam novel Orang-Orang Biasa ini terdapat sepuluh sekawan yang dapat ditafsirkan sebagai kaum termarjinalkan dari kehidupan yang semestinya.

Namun, pada akhir cerita, terjadi sebuah peristiwa yang mengubah nasib sepuluh kacung kampret ini karena berhasil membuat sebuah kejadian yang tidak terpikirkan sebelumnya oleh kebanyakan orang.

Dalam istilah sehari-hari istilah kacung kampret mengacu pada sebuah lelucon yang menyakitkan. Jika diartikan istilah kacung adalah orang yang pekerjaannya memang untuk disuruh-suruh atau pelayan yang terpaksa dan dituntut untuk menjadi penurut. Kampret merupakan sebuah makian yang paling khas dari seseorang yang merasa kesal tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dapat dijadikan sebagai kritik sosial dalam mendukung terselesaikannya masalah sosial. Kacung kampret dalam novel Andrea Hirata merupakan sebuah karya sastra berbentuk kritik sosial yang disuguhkan dalam bentuk novel.

Masalah sosial seperti kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga (gagalnya suatu unit anggota dalam mencukupi kebutuhan sosial sehingga terjadinya perpecahan dalam sebuah keluarga), masalah generasi muda dalam generasi modern hingga berpeluang menjadi berandal, pelanggaran terhadap norma-norma dalam bermasyarakat hingga masalah lingkungan hidup disuguhkan dalam novel ini.

Gambaran kehidupan yang simpang-siur dalam novel ini seakan-akan persis terjadi pada sebagian masyarakat di negara berkembang ini. Meskipun strata antara kelas atas dan kelas bawah tidak begitu jelas dinampakkan saat sekarang ini, tetapi dari segi semiotik –berhubungan dengan sistem tanda dan lambang dalam kehidupan manusia— dapat dilihat dari jenis pekerjaan, nasab atau keturunan, hingga banyaknya link antara mamak dan kemenakan agar mudah masuk dalam suatu pekerjaan masih menjadi payung utama dalam melihat lapisan sosial masyarakat sekarang ini.

Baca Juga:  Rumah David Beckham Seharga Rp548 miliar

Pada era modern ini, menyampaikan suatu pendapat dan kritikan dapat dilakukan dengan mudah, baik terhadap pemerintahan maupun masyarakat dengan media apapun, termasuk dalam karya sastra berbentuk novel Andrea Hirata ini. Sejak dahulu sastra memang menjadi alternatif bagi sebagian kalangan untuk menyuarakan isi kepala mereka. Sastra juga menjadi jalan perjuangan yang tak terelakkan pada zaman kritik dan saran dibungkam. Dalam novel ini terdapat beberapa kritik sosial yang masih menjadi perhatian bersama sehingga harus direnungkan kembali.

Kemiskinan

Kemiskinan menjadi problem paling vital pada negara berkembang ini. Kenapa tidak? Kemiskinan menjadi penghambat bagi segala macam hal yang berhubungan dengan duniawi. Jika tidak berpunya, bagaimana bisa mencukupi kebutuhan keluarga? Jika tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga, bagaimana bisa memberikan masa depan yang terbaik bagi keluarga? Hal ini menjadi buah simalakama bagi orang-orang biasa seperti yang tercermin dalam novel ini.

Tokoh Dinah menjadi sosok yang paling menonjol permasalahannya. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Kembali pada bagian sub-judul di atas.

Kejahatan

Praktik kejahatan yang diperlihatkan dalam novel ini seperti memilih pekerjaan yang haram ketimbang memilih jalan yang benar terutama untuk meraih kesuksesan menjadi kritik sosial terhadap kehidupan dewasa ini. Kejahatan tercipta karena kehidupan yang tak sesuai dengan harapan –kemiskinan—. Kadang kala mereka tahu bahwasanya yang mereka lakukan itu salah dan tidak baik tetapi keadaanlah yang membuat mereka melakukan tindak kejahatan.

Pendidikan yang minim pun turut menjadi alasan perilaku yang diemban. Sudah pasti sikap dan moralnya menjadi tidak karuan. Pada dasarnya pendidikan menjadi sarana yang paling penting undalam kehidupan.

Baca Juga:  Akhir Juli, Rurouni Kenshin: The Beginning Tayang di Netflix

Selain untuk menambah dan menimba ilmu, juga sebagai tempat pembentuk karakter yang baik agar ke depannya sudah mempunyai pondasi yang bijak dalam memilah dan memilih jalan hidup. Dalam dunia pendidikan sekarang, pemerintah telah mencanangkan bahwa hal yang paling diutamakan pada setiap penilaian ialah pendidikan karakter, bukan nilai. Karena sesungguhnya dengan karakter yang baik, akan berdampak pada kemauan yang baik-baik pula, sehingga dalam proses belajar tercipta nilai-nilai yang baik pula.

Generasi Muda dalam Arus Modern

Persoalan generasi muda dalam masyarakat modern ini dapat dilihat pada ciri-ciri yang bertolak belakang dengan generasi muda silam. Generasi muda yang berani melawan dan bersikap bodo amat dalam bermasyarakat menjadi pembeda generasi muda dahulu dan sekarang.

Jika diperhatikan dengan saksama, kita dapat melihat dan menilai sikap ataupun perilaku generasi muda dalam bersikap di media-media online dan juga game online. Kata-kata kasar yang sering kita dengar dahulu biasanya diucapkan ketika sisi kemanusiaan seseorang tidak lagi bisa terbendung oleh amarah, sekarang malah dengan begitu mudahnya dilontarkan oleh generasi muda. Arus modern memang membawa dampak yang vital dalam kehidupan masyarakat.

Persoalan kacung kampret di atas mestinya menjadi perhatian bagi semua pihak. Pendidikan memang menjadi upaya utama bagi kalangan masyarakat bawah untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Para begal, preman, anak jalanan, orang-orang melarat lahir dan batin, dan lain-lain seringkali dicap sebagai orang yang tidak berguna dan dianggap sebagai sampah masyarakat. Padahal, jika orang-orang tersebut bisa dirangkul dan dikelola dengan baik, mereka juga dapat memberikan sumbangsih terhadap bangsa dan negara ini, meskipun cara dan praktinya berbeda pula nantinya.

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari