Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Bangkit Dari Krisis Pandemi

Setahun sudah pandemi Covid-19 menerjang Riau. Tak hanya nyawa yang diancamnya melalui saluran pernapasan. Nyawa juga terancam dari perut-perut yang tak terisi akibat lesu dan matinya aktivitas ekonomi. Kini, kebangkitan dari krisis menjadi keharusan jika tak ingin terus dihantam badai Covid-19.

Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru

Pagi itu, pekan lalu Novi (21) sudah bersiap di butik baru Jalan Swakarya, Pekanbaru. Dia mulai bersih-bersih dan merapikan pakaian yang siap dipajang. Novi tidak pernah bekerja di butik sebelumnya. Dia pun tidak punya pengalaman di bidang fashion. Usaha Butik Maroon, tempat bekerjanya ini, baru dibuka awal tahun 2021. Pemiliknya adalah pengusaha travel haji dan umrah Niat Suci ke Baitullah (NSK) H Irma Romi Anto. Sama seperti Novi, Romi juga tidak punya background butik dan fashion. "Mengalir saja. Coba-coba setelah umrah tak jalan," ujar Romi kepada Riau Pos, pekan lalu.

Travel haji dan umrah memang menjadi salah satu usaha paling terdampak Covid-19 sekarang ini. Apalagi sejak Februari tahun lalu, keberangkatan umrah dihentikan. Sempat dibuka, lalu ditutup kembali untuk 20 negara, termasuk Indonesia. Pemberlakuannya bahkan hingga saat ini.

Romi menyebutkan, dia tidak bisa memecat atau bahkan sekadar merumahkan 12 karyawannya. Sebab, mereka bagian dari keluarga. Kendati tidak ada umrah dan haji plus lagi dalam setahun terakhir, tapi dia berusaha membuka usaha baru. Butik salah satunya. Kendati tak punya latar belakang apa-apa, dia menjalani saja.

"Istri saya yang di sana. Coba-coba saja tapi alhamdulillah bagus perkembangannya," ujar bendahara IPHI Pekanbaru ini.

Selain membuka butik, Romi juga membuka usaha lainnya, yakni showroom mobil sejak April tahun lalu atau sebulan setelah umrah dihentikan. Dia juga membagi karyawannya ke rumah makan yang sudah lama dimilikinya. Kebetulan rumah makan cukup berkembang. Di butik hanya satu orang. Di rumah makan tiga orang. Di showroom dua orang. Sisanya tetap di kantor NSK. Pengusaha yang juga pengacara ini tidak mengajak karyawannya untuk terlibat jadi lawyer atau bantu-bantu di sana. Mereka sama sekali tak punya background hukum. "Jadi yang penting mereka masih bisa bergaji. Memang tak dapat bonus karena tak ada keberangkatan umrah," ujar Romi.

Baca Juga:  Porkab I Rohil Resmi Digelar

Pariwisata Terdampak
Selain haji dan umrah, wisata juga terdampak pandemi Covid-19. Beberapa di antara objek wisata bertahan, yang lainnya berguguran, bahkan memilih tutup. Pengelola Kapal Wisata Quantung Cruise, Dio Panji Anugrah menyebutkan, selama masa krisis, kapal wisata Quantung Cruise yang beroperasi dua tahun lalu masih tetap bertahan. Kondisinya memang berbeda. Penumpang maupun wisatawan di bawah jembatan Siak III masih sepi. Ia berharap ada kebijakan pemerintah yang mampu meringankan beban operasionalnya dalam mengoperasikan kapal wisatanya di Sungai Siak.

"Sungai Siak ini masih termasuk jalur pelayaran internasional. Jadi biaya operasionalnya cukup berat. Tidak hanya biaya operasional kapal, namun ada biaya perizinan layar yang cukup besar," ujarnya.

Ia berharap, Pemerintah Kota Pekanbaru segera membuat aturan untuk menjadikan Sungai Siak sebagai destinasi objek wisata alam. Sehingga dengan aturan itu, tidak memberatkan usaha objek wisata air untuk membawa penumpangnya keliling Sungai Siak untuk melihat keindahan alam dan panorama lain.

Terkait krisis akibat pandemi Covid-19, sebisa mungkin pihaknya  tidak melakukan PHK kepada karyawan. Kecuali sang karyawan melakukan kesalahan integritas atau tindakan yang melanggar hukum. Dia juga berusaha untuk terus menarik wisatawan dengan berbagai terobosan. Misalnya memberikan diskon sampai 15 persen dan layanan prioritas kepada member.

50 Persen UMKM Gulung Tikar
Covid-19 sangat berdampak terhadap perekonomian nasional termasuk Provinsi Riau. Dari data yang diperoleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Riau, 1.000 lebih UMKM binaan Kadin Riau yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Riau terpaksa berhenti berproduksi.

Selain perusahaan yang berbasis ekspor dan bidang usaha yang berbasis pertanian atau perkebunan dan farmasi yang mampu bertahan, maka bidang usaha lainnya seperti jasa, perhubungan, properti, pariwisata dan manufaktur, merasakan dampak penurunan omzet yang sangat signifikan. Banyak di antara pengusaha di bidang-bidang  usaha tersebut melakukan penundaan investasi serta merumahkan sebagian karyawannya.

Baca Juga:  Rakus di Kondangan

"Bahkan data dari asosiasi UMKM mitra binaan Kadin Riau mencatat penurunan omzet sampai 70 persen dan yang terpaksa berhenti produksi sementara mencapai 50 persen," ungkap Direktur Eksekutif Kadin Riau Ir Kholis Romli MP.

Ia lalu memaparkan, 2020 laju pertumbuhan positif Y-on-Y Provinsi Riau hanya terjadi pada triwulan I. Sementara pada triwulan II sampai dengan IV 2020 pertumbuhan ekonomi Riau mengalami kontraksi negatif atau turun dibandingkan periode yang sama di 2020. Sementara secara triwulanan, laju pertumbuhan Q-to-Q di Riau positif pada triwulan III dan IV 2020. Hal ini menunjukkan arah perbaikan setelah dua triwulan berturut-turut sebelumnya terjadi kontraksi.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, sebutnya, mencatat, meski perekonomian tercatat mulai membaik di triwulan III dan IV, pertumbuhan ekonomi Riau 2020 tercatat turun sebesar -1,12 persen. Angka ini merupakan pertumbuhan ekonomi terendah sejak krisis moneter di 1998. Sedangkan jika ekonomi Riau dihitung tanpa migas, maka hanya di 2020 turun sebesar -0,20 persen.

Dari data BPS, perekonomian Riau 2020 mengalami perubahan yang cukup signifikan terhadap beberapa lapangan usaha. Beberapa lapangan usaha tercatat tumbuh jauh positif, sementara beberapa lapangan usaha yang terkait dengan aktivitas pergerakan fisik terkontraksi sangat dalam.

Jika dilihat dari komponen pengeluaran, hampir semua komponen menunjukkan penurunan laju pertumbuhan, kecuali komponen ekspor.

Dari sisi produksi, lapangan usaha jasa perusahaan mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi mencapai 24,65 persen. Sementara itu dari sisi pengeluaran, BPS mencatat komponen pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar 6,39 persen.

Langkah pengusaha anggota Kadin mengantisipasi datangnya resesi ekonomi yang menjerat Indonesia akibat Covid-19 antara lain. Pertama, pengusaha mengadakan persiapan dan antisipasi lebih pada management cash flow (arus kas). Bagaimana mengefisiensikan biaya.

 

Setahun sudah pandemi Covid-19 menerjang Riau. Tak hanya nyawa yang diancamnya melalui saluran pernapasan. Nyawa juga terancam dari perut-perut yang tak terisi akibat lesu dan matinya aktivitas ekonomi. Kini, kebangkitan dari krisis menjadi keharusan jika tak ingin terus dihantam badai Covid-19.

Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru

- Advertisement -

Pagi itu, pekan lalu Novi (21) sudah bersiap di butik baru Jalan Swakarya, Pekanbaru. Dia mulai bersih-bersih dan merapikan pakaian yang siap dipajang. Novi tidak pernah bekerja di butik sebelumnya. Dia pun tidak punya pengalaman di bidang fashion. Usaha Butik Maroon, tempat bekerjanya ini, baru dibuka awal tahun 2021. Pemiliknya adalah pengusaha travel haji dan umrah Niat Suci ke Baitullah (NSK) H Irma Romi Anto. Sama seperti Novi, Romi juga tidak punya background butik dan fashion. "Mengalir saja. Coba-coba setelah umrah tak jalan," ujar Romi kepada Riau Pos, pekan lalu.

Travel haji dan umrah memang menjadi salah satu usaha paling terdampak Covid-19 sekarang ini. Apalagi sejak Februari tahun lalu, keberangkatan umrah dihentikan. Sempat dibuka, lalu ditutup kembali untuk 20 negara, termasuk Indonesia. Pemberlakuannya bahkan hingga saat ini.

- Advertisement -

Romi menyebutkan, dia tidak bisa memecat atau bahkan sekadar merumahkan 12 karyawannya. Sebab, mereka bagian dari keluarga. Kendati tidak ada umrah dan haji plus lagi dalam setahun terakhir, tapi dia berusaha membuka usaha baru. Butik salah satunya. Kendati tak punya latar belakang apa-apa, dia menjalani saja.

"Istri saya yang di sana. Coba-coba saja tapi alhamdulillah bagus perkembangannya," ujar bendahara IPHI Pekanbaru ini.

Selain membuka butik, Romi juga membuka usaha lainnya, yakni showroom mobil sejak April tahun lalu atau sebulan setelah umrah dihentikan. Dia juga membagi karyawannya ke rumah makan yang sudah lama dimilikinya. Kebetulan rumah makan cukup berkembang. Di butik hanya satu orang. Di rumah makan tiga orang. Di showroom dua orang. Sisanya tetap di kantor NSK. Pengusaha yang juga pengacara ini tidak mengajak karyawannya untuk terlibat jadi lawyer atau bantu-bantu di sana. Mereka sama sekali tak punya background hukum. "Jadi yang penting mereka masih bisa bergaji. Memang tak dapat bonus karena tak ada keberangkatan umrah," ujar Romi.

Baca Juga:  Rohul Segera Miliki Bupati dan Wabup Definitif

Pariwisata Terdampak
Selain haji dan umrah, wisata juga terdampak pandemi Covid-19. Beberapa di antara objek wisata bertahan, yang lainnya berguguran, bahkan memilih tutup. Pengelola Kapal Wisata Quantung Cruise, Dio Panji Anugrah menyebutkan, selama masa krisis, kapal wisata Quantung Cruise yang beroperasi dua tahun lalu masih tetap bertahan. Kondisinya memang berbeda. Penumpang maupun wisatawan di bawah jembatan Siak III masih sepi. Ia berharap ada kebijakan pemerintah yang mampu meringankan beban operasionalnya dalam mengoperasikan kapal wisatanya di Sungai Siak.

"Sungai Siak ini masih termasuk jalur pelayaran internasional. Jadi biaya operasionalnya cukup berat. Tidak hanya biaya operasional kapal, namun ada biaya perizinan layar yang cukup besar," ujarnya.

Ia berharap, Pemerintah Kota Pekanbaru segera membuat aturan untuk menjadikan Sungai Siak sebagai destinasi objek wisata alam. Sehingga dengan aturan itu, tidak memberatkan usaha objek wisata air untuk membawa penumpangnya keliling Sungai Siak untuk melihat keindahan alam dan panorama lain.

Terkait krisis akibat pandemi Covid-19, sebisa mungkin pihaknya  tidak melakukan PHK kepada karyawan. Kecuali sang karyawan melakukan kesalahan integritas atau tindakan yang melanggar hukum. Dia juga berusaha untuk terus menarik wisatawan dengan berbagai terobosan. Misalnya memberikan diskon sampai 15 persen dan layanan prioritas kepada member.

50 Persen UMKM Gulung Tikar
Covid-19 sangat berdampak terhadap perekonomian nasional termasuk Provinsi Riau. Dari data yang diperoleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Riau, 1.000 lebih UMKM binaan Kadin Riau yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Riau terpaksa berhenti berproduksi.

Selain perusahaan yang berbasis ekspor dan bidang usaha yang berbasis pertanian atau perkebunan dan farmasi yang mampu bertahan, maka bidang usaha lainnya seperti jasa, perhubungan, properti, pariwisata dan manufaktur, merasakan dampak penurunan omzet yang sangat signifikan. Banyak di antara pengusaha di bidang-bidang  usaha tersebut melakukan penundaan investasi serta merumahkan sebagian karyawannya.

Baca Juga:  Diduga Makan Suap, Mantan Pejabat Ditjen Pajak Ajukan Praperadilan

"Bahkan data dari asosiasi UMKM mitra binaan Kadin Riau mencatat penurunan omzet sampai 70 persen dan yang terpaksa berhenti produksi sementara mencapai 50 persen," ungkap Direktur Eksekutif Kadin Riau Ir Kholis Romli MP.

Ia lalu memaparkan, 2020 laju pertumbuhan positif Y-on-Y Provinsi Riau hanya terjadi pada triwulan I. Sementara pada triwulan II sampai dengan IV 2020 pertumbuhan ekonomi Riau mengalami kontraksi negatif atau turun dibandingkan periode yang sama di 2020. Sementara secara triwulanan, laju pertumbuhan Q-to-Q di Riau positif pada triwulan III dan IV 2020. Hal ini menunjukkan arah perbaikan setelah dua triwulan berturut-turut sebelumnya terjadi kontraksi.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, sebutnya, mencatat, meski perekonomian tercatat mulai membaik di triwulan III dan IV, pertumbuhan ekonomi Riau 2020 tercatat turun sebesar -1,12 persen. Angka ini merupakan pertumbuhan ekonomi terendah sejak krisis moneter di 1998. Sedangkan jika ekonomi Riau dihitung tanpa migas, maka hanya di 2020 turun sebesar -0,20 persen.

Dari data BPS, perekonomian Riau 2020 mengalami perubahan yang cukup signifikan terhadap beberapa lapangan usaha. Beberapa lapangan usaha tercatat tumbuh jauh positif, sementara beberapa lapangan usaha yang terkait dengan aktivitas pergerakan fisik terkontraksi sangat dalam.

Jika dilihat dari komponen pengeluaran, hampir semua komponen menunjukkan penurunan laju pertumbuhan, kecuali komponen ekspor.

Dari sisi produksi, lapangan usaha jasa perusahaan mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi mencapai 24,65 persen. Sementara itu dari sisi pengeluaran, BPS mencatat komponen pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar 6,39 persen.

Langkah pengusaha anggota Kadin mengantisipasi datangnya resesi ekonomi yang menjerat Indonesia akibat Covid-19 antara lain. Pertama, pengusaha mengadakan persiapan dan antisipasi lebih pada management cash flow (arus kas). Bagaimana mengefisiensikan biaya.

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari