Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Dari Raja Rokan untuk Soleha Tercinta

Cipang Raya merupakan kawasan perdesaan di Kabupaten Rokan Hulu yang berbatas langsung dengan Sumbar, tepatnya Kabupaten Pasaman. Berbagai peninggalan sejarah banyak ditemukan di tempat ini.

(RIAUPOS.CO) — BANYAK peninggalan bersejarah di kawasan Cipang Raya. Salah satunya Rumah Raja Rokan Sultan Ibrahim di Desa Cipang Kanan. Rumah ini dibangun ratusan tahun silam, tepatnya saat Sultan Ibrahim menikahi gadis Cipang Kanan yang bernama Soleha. Gadis ini disebut-sebut sebagai gadis cantik dari suku Kandang Kopuk dengan gelar mamak sukunya Sutan Cahyo yang merupakan pecahan suku Chaniago. Cipang Kanan merupakan salah satu desa di Cipang Raya. Selain Cipang Kanan, juga ada Tibawan, Cipang Kiri Hilir dan Cipang Kiri Hulu.

Kemolekan Soleha membuat Sultan Ibrahim tidak bisa berpaling, jatuh cinta  dan kemudian menikahinya. Sebagai tanda sayang dan cinta, Sultan Ibrahim membangun sebuah istana untuk Soleha. Rumah ini terletak di Dusun Kersik Putih. Bentuknya sama persis dengan Istana Rokan yang terletak di Desa Koto Ruang. Hanya saja, rumah ini tidak bertingkat seperti Istana Rokan. Tinggi rumah (istana) panggung ini lebih 1,5 meter dari tanah. Bagian atas teras depannya penuh ukiran. Begitu juga dengan bagian bawah depan, sejajar dengan lantai. Masih terawat dengan baik.

Rumah ini banyak jendela, baik di bagian depan, tengah, dan dapur. Ruang tamu yang merupakan ruang paling depan, dibuat lebar. Polos tidak ada kamar. Baru ada pintu di bagian menuju ruang tengah. Di ruang tengah ini ada satu kamar di sebelah kanan dengan satu jendela. Inilah kamar tidur Sultan dan Soleha. Sedang di bagian atasnya ada ruag kosong atau loteng untuk penyimpanan barang-barang. Ruang ketiga baru dapur yang dilengkapi dengan tungku di bagian kanan dan pintu keluar dengan tangga di sebelah kiri.

Baca Juga:  Saingi Zoom, Microsoft Teams Gratiskan 24 Jam Layanan Video Conference

Di luar rumah bagian belakang, Sungai Rokan Kiri terlihat jelas. Airnya kekuningan. Ada jenjang batu menurun di tepian sungai yang sudah diturap. Lumayan panjang. Di sinilah dulu Sultan turun naik perahu saat hendak pergi meninggalkan kampung atau naik setelah kembali dari daerah lain. Sungai ini adalah satu-satunya jalur transportasi ketika itu.  


PINGGAN: Cawan dan pinggan di istana Raja Rokan, Cipang Kanan.   

Sultan Ibrhaim melihat kecantikan Soleha secara langsung dalam perjalanannya saat melintas di kawasan Kersik Putih, Cipang Kanan. Karena rasa penasaran yang menimbulkan rasa rindu berkepanjangan, Sultan mengutus pengawalnya untuk mencari tahu siapa sebenarnya Soleha dan bagaimana keidupannya. Tidak lama kemudian, Sultan melamar Soleha dan meminta agar bersedia menjadi istrinya. Soleha tidak menolak, lalu keduanya menikah.

Di rumah besar ini Sultan Ibrahim dan Soleha tinggal berdua. Soleha yang masih belia dan berusia belasan tahun, menjalani kehidupan layaknya seorang istri bersama Sultan. Tahun demi tahun berlalu, Soleha belum juga dikarunia keturunan. Kemudian Sultan berniat menikah lagi. Saat itulah Soleha menolak untuk dimadu. Ia memilih bercerai daripada dimadu.

Baca Juga:  Wali Kota Dumai Hadiri Rakor Kepala Sekolah

Mendengar pernyataan Soleha yang tidak setuju kalau dirinya menikah lagi, Sultan marah. Sedangkan sultan sudah tidak bisa menahan keinginannya untuk menikah lagi. Perceraian pun benar-benar terjadi. Tapi sebelum bercerai, karena amarahnya, Sultan mengeluarkan kata-kata serupa sumpah yang ditujukan kepada Soleha. Pertama, Soleha tidak dibenarkan, tidak boleh menikah dengan lelaki manapun selagi lelaki itu berada di kawasan Rokan yang merupakan kekuasaan Sultan. Kedua, jika menikah lagi, Soleha akan mati.

Perceraian terjadi. Waktu terus berlalu. Soleha kemudian bertemu jodoh di saat usianya dewasa dan lebih mapan dalam menjalin kehidupan rumah tangga. Lelaki itu memang bukan orang Rokan. Ia orang Pasaman, Sumatera Barat. Seorang saudagar besar bernama H Harun. Manikahlah Soleha dengan Harun dan tinggal di Pasaman. Tidak lama menikah Soleha hamil dan melahirkan. Tapi seperti terkena sumpah Sultan, Soleha meninggal saat melahirkan anaknya dan dikubur di kampung halaman suaminya, Rao, Pasaman. Di atas makam Soleha ada makam kecil yang menumpang di atasnya. Itulah makam anaknya yang disatukan dengan makam Soleha.

 

 

Cipang Raya merupakan kawasan perdesaan di Kabupaten Rokan Hulu yang berbatas langsung dengan Sumbar, tepatnya Kabupaten Pasaman. Berbagai peninggalan sejarah banyak ditemukan di tempat ini.

(RIAUPOS.CO) — BANYAK peninggalan bersejarah di kawasan Cipang Raya. Salah satunya Rumah Raja Rokan Sultan Ibrahim di Desa Cipang Kanan. Rumah ini dibangun ratusan tahun silam, tepatnya saat Sultan Ibrahim menikahi gadis Cipang Kanan yang bernama Soleha. Gadis ini disebut-sebut sebagai gadis cantik dari suku Kandang Kopuk dengan gelar mamak sukunya Sutan Cahyo yang merupakan pecahan suku Chaniago. Cipang Kanan merupakan salah satu desa di Cipang Raya. Selain Cipang Kanan, juga ada Tibawan, Cipang Kiri Hilir dan Cipang Kiri Hulu.

- Advertisement -

Kemolekan Soleha membuat Sultan Ibrahim tidak bisa berpaling, jatuh cinta  dan kemudian menikahinya. Sebagai tanda sayang dan cinta, Sultan Ibrahim membangun sebuah istana untuk Soleha. Rumah ini terletak di Dusun Kersik Putih. Bentuknya sama persis dengan Istana Rokan yang terletak di Desa Koto Ruang. Hanya saja, rumah ini tidak bertingkat seperti Istana Rokan. Tinggi rumah (istana) panggung ini lebih 1,5 meter dari tanah. Bagian atas teras depannya penuh ukiran. Begitu juga dengan bagian bawah depan, sejajar dengan lantai. Masih terawat dengan baik.

Rumah ini banyak jendela, baik di bagian depan, tengah, dan dapur. Ruang tamu yang merupakan ruang paling depan, dibuat lebar. Polos tidak ada kamar. Baru ada pintu di bagian menuju ruang tengah. Di ruang tengah ini ada satu kamar di sebelah kanan dengan satu jendela. Inilah kamar tidur Sultan dan Soleha. Sedang di bagian atasnya ada ruag kosong atau loteng untuk penyimpanan barang-barang. Ruang ketiga baru dapur yang dilengkapi dengan tungku di bagian kanan dan pintu keluar dengan tangga di sebelah kiri.

- Advertisement -
Baca Juga:  Wali Kota Dumai Hadiri Rakor Kepala Sekolah

Di luar rumah bagian belakang, Sungai Rokan Kiri terlihat jelas. Airnya kekuningan. Ada jenjang batu menurun di tepian sungai yang sudah diturap. Lumayan panjang. Di sinilah dulu Sultan turun naik perahu saat hendak pergi meninggalkan kampung atau naik setelah kembali dari daerah lain. Sungai ini adalah satu-satunya jalur transportasi ketika itu.  


PINGGAN: Cawan dan pinggan di istana Raja Rokan, Cipang Kanan.   

Sultan Ibrhaim melihat kecantikan Soleha secara langsung dalam perjalanannya saat melintas di kawasan Kersik Putih, Cipang Kanan. Karena rasa penasaran yang menimbulkan rasa rindu berkepanjangan, Sultan mengutus pengawalnya untuk mencari tahu siapa sebenarnya Soleha dan bagaimana keidupannya. Tidak lama kemudian, Sultan melamar Soleha dan meminta agar bersedia menjadi istrinya. Soleha tidak menolak, lalu keduanya menikah.

Di rumah besar ini Sultan Ibrahim dan Soleha tinggal berdua. Soleha yang masih belia dan berusia belasan tahun, menjalani kehidupan layaknya seorang istri bersama Sultan. Tahun demi tahun berlalu, Soleha belum juga dikarunia keturunan. Kemudian Sultan berniat menikah lagi. Saat itulah Soleha menolak untuk dimadu. Ia memilih bercerai daripada dimadu.

Baca Juga:  Prabowo Minta Tes Massal

Mendengar pernyataan Soleha yang tidak setuju kalau dirinya menikah lagi, Sultan marah. Sedangkan sultan sudah tidak bisa menahan keinginannya untuk menikah lagi. Perceraian pun benar-benar terjadi. Tapi sebelum bercerai, karena amarahnya, Sultan mengeluarkan kata-kata serupa sumpah yang ditujukan kepada Soleha. Pertama, Soleha tidak dibenarkan, tidak boleh menikah dengan lelaki manapun selagi lelaki itu berada di kawasan Rokan yang merupakan kekuasaan Sultan. Kedua, jika menikah lagi, Soleha akan mati.

Perceraian terjadi. Waktu terus berlalu. Soleha kemudian bertemu jodoh di saat usianya dewasa dan lebih mapan dalam menjalin kehidupan rumah tangga. Lelaki itu memang bukan orang Rokan. Ia orang Pasaman, Sumatera Barat. Seorang saudagar besar bernama H Harun. Manikahlah Soleha dengan Harun dan tinggal di Pasaman. Tidak lama menikah Soleha hamil dan melahirkan. Tapi seperti terkena sumpah Sultan, Soleha meninggal saat melahirkan anaknya dan dikubur di kampung halaman suaminya, Rao, Pasaman. Di atas makam Soleha ada makam kecil yang menumpang di atasnya. Itulah makam anaknya yang disatukan dengan makam Soleha.

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari