PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Kabar duka mengawali Maret ini datang dari dunia seni Bumi Lancang Kuning. Seniman Riau, Taufik Effendi Aria tutup usia, Senin (2/3/2020), di Pekanbaru pada usia 78 tahun.
Almarhum merupakan seorang teaterawan dan penyair yang lahir 2 Juni 1942. Ia wafat setelah sempat dirawat di rumah sakit PMC sejak dua minggu sebelumnya.
“Riau kehilangan seniman besar, kami amat sangat berduka,” kata budayawan Riau Kazzaini Ks.
Sejak muda, TEA (sapaan akrab Taufik Effendi Aria, red) aktif berkesenian. Main teater, menyutradarai dan membaca puisi di mana-mana. Karya puisi tunggalnya yang terkenal berjudul Menuju Ruang Kosong Menjemput Firman (UIR Press, 2008).
Buku ini berisi 51 puisi yang ditulis tahun 1960-an, 1970-an, 1990-an sampai 2000-an. Sebelum tahun 2008 tersebut, tahun 1975 TEA pernah menerbitkan buku puisi bersama Wunulde Syaffinal, seniman semasa dengannya. Tidak hanya Wunulde, ada lima nama besar seniman yang semasa dengan TEA waktu itu, yakni Ibrahim Sattah, Idrus Tintin dan Ediruslan Pe Amanriza. Mereka semua sudah tiada dan TEA yang wafat hari ini adalah satu-satunya yang tersisa dari mereka.
Laporan: Kunni Masrohanti
Editor: Eko Faizin
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Kabar duka mengawali Maret ini datang dari dunia seni Bumi Lancang Kuning. Seniman Riau, Taufik Effendi Aria tutup usia, Senin (2/3/2020), di Pekanbaru pada usia 78 tahun.
Almarhum merupakan seorang teaterawan dan penyair yang lahir 2 Juni 1942. Ia wafat setelah sempat dirawat di rumah sakit PMC sejak dua minggu sebelumnya.
- Advertisement -
“Riau kehilangan seniman besar, kami amat sangat berduka,” kata budayawan Riau Kazzaini Ks.
Sejak muda, TEA (sapaan akrab Taufik Effendi Aria, red) aktif berkesenian. Main teater, menyutradarai dan membaca puisi di mana-mana. Karya puisi tunggalnya yang terkenal berjudul Menuju Ruang Kosong Menjemput Firman (UIR Press, 2008).
- Advertisement -
Buku ini berisi 51 puisi yang ditulis tahun 1960-an, 1970-an, 1990-an sampai 2000-an. Sebelum tahun 2008 tersebut, tahun 1975 TEA pernah menerbitkan buku puisi bersama Wunulde Syaffinal, seniman semasa dengannya. Tidak hanya Wunulde, ada lima nama besar seniman yang semasa dengan TEA waktu itu, yakni Ibrahim Sattah, Idrus Tintin dan Ediruslan Pe Amanriza. Mereka semua sudah tiada dan TEA yang wafat hari ini adalah satu-satunya yang tersisa dari mereka.
Laporan: Kunni Masrohanti
Editor: Eko Faizin