Surprise trip usai coffe morning Sabtu (19/12) pagi di Puncak Kompe kawasan Tepian Mahligai, Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar berubah jadi tragedi. Kapal Wisata KM Banawa Nusantara 58 yang ditumpangi terbalik, satu penumpang meninggal. Sorotan akan standar operasional prosedur (SOP) yang diabaikan muncul. Mulai dari dua sekoci yang terikat erat dan tak bisa digunakan hingga tiadanya instruksi keselamatan bagi penumpang yang ikut naik ke kapal.
Laporan: M ALI NURMAN (Pekanbaru)
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Kapal perintis Banawa Nusantara 58 terbalik di Waduk PLTA Koto Panjang, dekat kawasan Tepian Mahligai. Kapal hibah dari Kementerian Perhubungan itu dilaporkan pertama kali terbalik sekitar pukul 16.00 WIB. Usai evakuasi para penumpang yang tercebur ke dalam waduk, ternyata diketahui satu orang dinyatakan hilang dan akhirnya ditemukan tewas tenggelam. Dia adalah, Salman Alfarisi (32) seorang penggiat pariwisata asal Kota Pekanbaru. Jasad Wakil Ketua DPD Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Riau yang beristrikan keponakan mantan Gubernur Riau Wan Thamrin Hasyim ini ditemukan dua jam setelah kejadian.
Di Puncak Kompe Sabtu pagi lalu digelar diskusi oleh Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Kampar. Berbagai stakeholder diundang di antaranya ASPPI Riau. Awal undangan diterima ASPPI Riau, tak tercantum agenda perjalanan menggunakan Banawa Nusantara 58. Belakangan, perjalanan ke kawasan wisata Puti Island yang berjarak sekitar 1 kilometer dari Tepian Mahligai bertolak dari Dermaga Talau disebut sebagai surprise bagi peserta coffe morning. "Kami mendapatkan undangan resmi dari Dispar Kampar untuk coffe morning hari Sabtu. Kami mewakilkan pada Salman Alfarisi dan Rinaldi ke acara tersebut. Kami menyayangkan, menurut kami kegiatan tidak diberi rundown acara bahwa ada trial untuk kapal wisata. Jadi di undangan itu hanya disebut coffee morning," kata Ketua ASPPI Riau Yuli Andriani, Selasa (22/12) sore, di Hotel Pangeran pada konferensi pers Tragedi Banawa Nusantara 58.
Pada konferensi pers ini, hadir penggiat pariwisata Riau, perwakilan Dispar Kampar hingga kerabat dan keluarga almarhum Salman Alfarisi. Salah seorang yang hadir pada konferensi pers ini adalah Osvian Putra, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia. Dia juga ikut dalam rombongan yang menaiki Banawa Nusantara 58 ke Puti Island dan selamat saat kapal terbalik. Dari penuturannya, tergambar diduga kesalahan prosedur dalam pengoperasian kapal tersebut.
Dia menuturkan, usai diskusi di Puncak Kompe sekitar pukul 11.00 WIB peserta sempat istirahat makan siang dan melaksanakan Salat Zuhur. Setelahnya turun ke dermaga untuk naik ke Banawa Nusantara 58.
"Jaraknya sekitar 1 km dari Puncak Kompe. Ini (dermaga, red) baru dibuat karena masih becek," tuturnya.
Saat menaiki kapal, dia merasakan kapal agak sedikit oleng. Di dalam kapal, penumpang langsung mengambil tempat duduk tanpa adanya pengarahan ataupun instruksi keselamatan atau disebut induksi. Induksi adalah instruksi yang jamak ditemukan masyarakat saat menaiki pesawat berisi bagaimana prosedur keselamatan. Meski tamu coffee morning berjumlah sekitar 40 orang, mereka yang naik ke kapal disebut berjumlah 23 orang. Saat berangkat, tamu yang masuk kategori VIP mengambil tempat di bagian atas kapal yang terbuka, termasuk almarhum Salman dan Osvian. Foto Salman yang beredar sedang swafoto mengenakan kemeja biru tua diambil saat keberangkatan menuju Puti Island.
Perjalanan ke Puti Island menghabiskan waktu sekitar 15 menit. Rombongan kemudian dijamu pemilik resor yang ada di sana. Satu jam waktu dihabiskan antara rombongan yang datang dengan pengelola resor beramah tamah, berdiskusi dan bertukar pikiran.
Selepas beramah tamah, rombongan bertolak kembali ke Tepian Mahligai. Dalam perjalanan pulang, Salman dan Osvian serta penumpang yang berada di bagian atas bertukar posisi dengan pemumpang yang saat berangkat berada di bagian dalam kapal. "Ketika kejadian tersebut kami di bawah. Yang kritis itu sebenarnya kami yang ada di dek," ungkap Osvian.
Kabin kapal ini, berdasarkan penuturan Osvian, memiliki kapasitas 16 bangku. Namun, hanya diisi delapan orang. Pada sebelah kiri belakang kabin terdapat dapur. Seingat dirinya, di bawah bangku penumpang terdapat life jacket, namun tidak dibagikan pada penumpang. Sejak awal juga instruksi tentang keberadaan life jacket itu tidak juga pernah disampaikan.
Kejadian kapal yang miring kemudian terbalik terjadi sekitar 10 menit setelah kapal beranjak dari dermaga di Puti Island. Saat itu, penumpang mulai merasakan kapal mulai miring. Selanjutnya diikuti dengan alat-alat dapur yang berjatuhan dan tak lama setelahnya kapal terbalik. Dalam posisi kapal terbalik, air masuk dari pintu depan kapal dan bagian lain yang terbuka. Penumpang di kabin kapal terpental.
"Yang jelas hanya dalam hitungan detik, saya sempat menarik napas refleks karena mesti berjuang keluar. Masalahnya di situ, kita rentan kehilangan orientasi. Posisi pintu sudah berubah. Juga berebut keluar," ungkapnya.
Penumpang lainnya, Rinaldi juga berada di dalam kabin bersama Osvian dan almarhum Salman. Dia tepat duduk tak jauh dari almarhum. Salman di dalam kabin dari informasi yang beredar saat kapal terbalik membantu mengarahkan penumpang yang ada untuk keluar menyelamatkan diri.
Lain situasi di dalam kabin, lain pula cerita di bagian atas kapal. Ronal salah seorang penumpang yang berada di atas kapal mengungkapkan, awalnya dia tak yakin kapal itu akan terbalik walaupun mulai terasa miring. Dia saat kapal mulai oleng berpegang pada pagar yang ada di sisi atas kapal.
"Saya termasuk yang paling terakhir melompat dari kapal," ucapnya.
Situasi yang dialami penumpang di atas kapal tak kalah mendebarkan. Seorang penumpang, dituturkan Ronal, sempat berenang menyelamatkan diri ke arah yang salah. Beruntung, saat yang terlihat dari penumpang itu hanya tangan yang menggapai-gapai dan kepalanya saja, life jacket berhasil dilemparkan dan sang penumpangpun selamat.
"Kalau dia tak bisa menjangkau life jacket, mungkin sudah dua korbannya," tutur dia.
Dugaan kesalahan prosedur pengoperasian kapal dapat terlihat dari situasi yang dialami penumpang di sini. Di kapal terdapat dua sekoci yang bisa menampung sekitar 30 orang. Namun, sekoci dalam keadaan terikat dan ikatan tak bisa dilepas. Alhasil, penumpang menyelamatkan diri hanya dengan dengan bergantung di tabung sekoci.
Seorang kerabat almarhum Salman, Yuyun Hidayat yang juga merupakan anggota DPRD Provinsi Riau dapil Kampar dan juga putra mantan Bupati Kampar Azis Zainal menyampaikan keprihatinan atas penanganan jenazah almarhum Salman.
"Hari ini (Selasa, red) saya datang sebagai pribadi. Karena saya ingin tahu apa yang terjadi dengan sahabat saya," kata pria yang akrab dipanggil Yuda ini.
Mewakili Dispar Kampar, Kabid Pemasaran Pariwisata David Hendra menyebut pihaknya dalam beberapa hari setelah kejadian belum menggelar konferensi pers untuk menjelaskan kondisi yang terjadi karena sebagian dari pejabat Dispar Kampar juga ada di dalam kapal yang terbalik tersebut.
Disebutnya, saat coffee morning di Sabtu pagi pihaknya memag tidak menyampaikan tentang trip menggunakan kapal ke Puti Island. Ini pada peserta akan dijadikan surprise.
Mewakili Pemkab Kampar dia menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas peristiw yang menyebabkan meninggalnya Salman.
"Ini jadi pembelajaran yang besar. Salman Alfarisi jadi pahlawan bagi kami di Kampar. Agar Kampar lebih maju dan aman," sebutnya.
Diakuinya pula, ada keteledoran hingga peristiwa nahas itu terjadi. Kondisi kapal aman atau tidak sebelum dinaiki sudah ditanyakan pada kapten kapal.***