PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Hari disabilitas internasional jatuh pada 3 Desember. Dalam kesempatan itu, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Riau yang didominasi tuna daksa berharap disabilitas bisa lebih diperhatikan.
Ini diungkapkan oleh Ketua HWDI Riau, Fenty Widya, kepada Riau Pos . "Kami juga manusia yang punya kewajiban sama terhadap negara," jelasnya.
Sebagai Ketua HWDI Riau, dia tak ingin melihat disabilitas itu terpilah-pilah. Dikisahkannya, dominan yang tergabung dalam HWDI tidak mendapat bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah di masa Covid-19. "Teman-teman saya pada cerita tidak mendapat BLT. Padahal, kami ini dominan dari masyarakat tidak mampu," ujarnya.
Bahkan, untuk yang menerima dan menyelesaikan administrasi itu berbeda dengan orang pada umumnya. "Kalau orang-orang selesai sehari, teman-teman bisa selesai dua hari. Karena itu tadi, antrean sama dan hal teknis lainnya," ujarnya.
Terlepas dari menyuarakan, ia melihat disabilitas hanya dipandang saat ada hal besar. Di situlah disabilitas didekati. "Selama ini masi seperti angin lalu, kepedulian itu masih sangat sedikit sekali. Kami hanya dibutuhkan saja," tutupnya.
"Dari beberapa akses di luarpun, untuk penyandang disabilitas masih sedikit. Seperti penggunaan jalan, tempat-tempat khusus disabilitas. Kekurangan akses tersebut menyebabkan banyak disabilitas masih banyak di rumah," pintanya. (sof/*)
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Hari disabilitas internasional jatuh pada 3 Desember. Dalam kesempatan itu, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Riau yang didominasi tuna daksa berharap disabilitas bisa lebih diperhatikan.
Ini diungkapkan oleh Ketua HWDI Riau, Fenty Widya, kepada Riau Pos . "Kami juga manusia yang punya kewajiban sama terhadap negara," jelasnya.
- Advertisement -
Sebagai Ketua HWDI Riau, dia tak ingin melihat disabilitas itu terpilah-pilah. Dikisahkannya, dominan yang tergabung dalam HWDI tidak mendapat bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah di masa Covid-19. "Teman-teman saya pada cerita tidak mendapat BLT. Padahal, kami ini dominan dari masyarakat tidak mampu," ujarnya.
Bahkan, untuk yang menerima dan menyelesaikan administrasi itu berbeda dengan orang pada umumnya. "Kalau orang-orang selesai sehari, teman-teman bisa selesai dua hari. Karena itu tadi, antrean sama dan hal teknis lainnya," ujarnya.
- Advertisement -
Terlepas dari menyuarakan, ia melihat disabilitas hanya dipandang saat ada hal besar. Di situlah disabilitas didekati. "Selama ini masi seperti angin lalu, kepedulian itu masih sangat sedikit sekali. Kami hanya dibutuhkan saja," tutupnya.
"Dari beberapa akses di luarpun, untuk penyandang disabilitas masih sedikit. Seperti penggunaan jalan, tempat-tempat khusus disabilitas. Kekurangan akses tersebut menyebabkan banyak disabilitas masih banyak di rumah," pintanya. (sof/*)