YEREVAN (RIAUPOS.CO) – Militer Armenia memperingatkan Turki agar tidak ikut campur dalam peperangan dengan Azerbaijian di wilayah Nagorno-Karabakh. Armenia tak segan meluncurkan rudal balistik buatan Rusia jika Turki mengerahkan jet tempur F-16 membantu Azerbaijan.
kembali meletus sejak Minggu (27/9/2020) kemarin. Laporan terakhir menyebut jumlah korban jiwa dari kedua belah pihak mencapai 39 orang, ditambah korban jiwa dari warga sipil serta kerusakan infrastruktur.
Duta Besar Armenia untuk Rusia, Vardan Tongayan, menuding militer Azerbaijan mendapat bantuan 4.000 pejuang dari Turki yang masuk melalui Suriah Utara.
Laporan media Armenia menyebut militer Azerbaijan telah menyiapkan sejumlah jet tempur F-16s buatan Amerika Serikat di pangkalan militer sejak sebulan sebelum perang pecah.
Merespons ancaman tersebut, militer Armenia mulai menyiapkan sistem pertahanan udara yang diklaim mampu mengatasi setiap serangan dari pesawat tempur maupun drone Azerbaijan dan Turki yang selama ini digunakan mengintai di wilayah Nagorno-Karabakh.
Selain itu, dikutip dari Russia Today, Yerevan juga telah menyiapkan persenjataan lain yakni rudal balistik 9K720 Iskander buatan Rusia. Rudal tersebut memiliki daya jangkau pendek, serta memiliki fleksibilitas penggunaan di segala medan pertempuran darat.
Jika ekskalasi perang semakin meningkat serta terbukti Azerbaijan mendapat sokongan dari Turki, maka Angkatan Udara Armenia akan mengerahkan jet tempur Su-25 yang diklaim mampu mengatasi pertempuran udara.
Pada Senin (28/9/2020) kemarin, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pernyataan resminya mendukung serangan terbaru yang dilancarkan tentara Azerbaijan ke Armenia. Nampaknya, pernyataan Erdogan inilah yang memicu spekulasi campur tangan Ankara dalam perebutan Nagorno-Karabakh.
Pemerintah Azerbaijan sudah membantah klaim tersebut. Mereka menegaskan bahwa Turki tidak ambil bagian dalam pertempuran. Dijelaskannya bahwa Ankara mengikuti imbauan NATO agar para anggotanya menahan diri.
Sumber: Russia Today/AFP/Arab News/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun