JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masih nihil kasus penyebaran virus corona. Anggota Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, Hermawan Saputra menyebut bahwa para ahli sempat menduga faktor perbedaan ras menjadi alasan mengapa Indonesia masih belum terjangkit virus corona.
Hermawan menjelaskan, terdapat tiga dugaan mengapa hingga saat ini belum ada temuan kasus corona di Indonesia. Yang pertama mungkin karena kasus tersebut belum terlaporkan.
"Kita menyebutnya under reporting atau sesuatu yang tidak terlaporkan," ungkapnya.
Kedua adalah kemungkinan terjadi kegagalan deteksi. Ketiga adalah kemungkinan tidak matching-nya standar WHO dengan program yang dikembangkan di Indonesia.
Namun, jika dari standar internasional, kata Hermawan, Indonesia sudah cukup baik dan sesuai standar WHO. Kemudian untuk kegagalan mendeteksi juga cukup kecil sehingga yang paling mungkin adalah adanya data atau kasus yang tidak terlaporkan.
“Dari tiga Teori tadi, memang ada kemungkinan under reporting. Misalnya orang yang sudah terinfeksi atau meninggal dunia, tapi tidak pernah diperiksa atau keluarganya tidak merelakan untuk diotopsi sehingga terkubur bersama jasad. Ini bisa jadi," tuturnya.
Hermawan juga menambahkan, bisa saja ada orang yang memang sudah terinfeksi virus corona, namun virus itu tidak bisa berkembang karena pengidapnya memiliki daya tahan tubuh yang kuat. "Atau bisa jadi ada orang yang terinfeksi tapi tidak terdampak,” tutupnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masih nihil kasus penyebaran virus corona. Anggota Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, Hermawan Saputra menyebut bahwa para ahli sempat menduga faktor perbedaan ras menjadi alasan mengapa Indonesia masih belum terjangkit virus corona.
Hermawan menjelaskan, terdapat tiga dugaan mengapa hingga saat ini belum ada temuan kasus corona di Indonesia. Yang pertama mungkin karena kasus tersebut belum terlaporkan.
- Advertisement -
"Kita menyebutnya under reporting atau sesuatu yang tidak terlaporkan," ungkapnya.
Kedua adalah kemungkinan terjadi kegagalan deteksi. Ketiga adalah kemungkinan tidak matching-nya standar WHO dengan program yang dikembangkan di Indonesia.
- Advertisement -
Namun, jika dari standar internasional, kata Hermawan, Indonesia sudah cukup baik dan sesuai standar WHO. Kemudian untuk kegagalan mendeteksi juga cukup kecil sehingga yang paling mungkin adalah adanya data atau kasus yang tidak terlaporkan.
“Dari tiga Teori tadi, memang ada kemungkinan under reporting. Misalnya orang yang sudah terinfeksi atau meninggal dunia, tapi tidak pernah diperiksa atau keluarganya tidak merelakan untuk diotopsi sehingga terkubur bersama jasad. Ini bisa jadi," tuturnya.
Hermawan juga menambahkan, bisa saja ada orang yang memang sudah terinfeksi virus corona, namun virus itu tidak bisa berkembang karena pengidapnya memiliki daya tahan tubuh yang kuat. "Atau bisa jadi ada orang yang terinfeksi tapi tidak terdampak,” tutupnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi