Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Riau, Yuyun Hidayat ST MSc menyusuri 36 kilometer jalur interpretasi yang menghubungkan sembilan desa terisolir di Kecamatan Kampar Kiri Hulu.
Perjalanan selama dua hari dengan berjalan kaki ini dimulai pada Selasa-Rabu (5-6/2) dan kembali pada tepat sehari sebelum haru ulang tahun (HUT) ke-70 Kabupaten Kampar.
Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini menjelaskan, jalur interpretasi merupakan mimpi dari masyarakat sembilan desa yang ada di sepanjang Sungai Subayang, Kampar Kiri Hulu.
"Oleh sebab itu, saya memiliki kewajiban untuk memastikan jalur interpretasi ini tetap berjalan. Agar mimpi masyarakat sembilan desa yang ada di Sungai Subayang ini memiliki jalan darat dapat terwujud," ungkapnya.
Ditambahkannya, dengan terbukanya akses infrastruktur jalan darat, maka ke depan juga akan segera menyusul masuknya penerangan listrik PLN dan dibangunnya tower untuk jaringan telekomunikasi.
"Untuk PLN tiang listrik sudah mulai dilangsir ke titik tiang. Sementara terkait jaringan telekomunikasi, saya sudah berbicara langsung dengan GM Telkomsel, Insya Allah begitu PLN masuk, tower juga akan segera dibangun. Karena tower itu butuh daya listrik yang besar," sambungnya.
Dijelaskan dia, jalur interpretasi adalah jalur darat yang menghubungkan Desa Tanjung Belit, Muara Bio, Batu Sanggan, Tanjung Beringin, Gajah Bertalut, Aur Kuning, Terusan, Subayang Jaya dan Desa Pangkalan Serai.
Desa-desa ini merupakan desa terisolir yang selama ini hanya bisa ditempuh menggunakan sampan melalui jalur sungai.
Panjang jalan jalur interpretasi ini sekitar 36 km dan membutuhkan sekitar 72 jembatan. Hingga saat ini, pengerjaan jalur ini terus dilalukan. Untuk semenisasi diperkirakan telah selesai 15 km sementara untuk jembatan diperkirakan baru sekitar 10 persen dari yang ditargetkan.(adv)