PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Tingginya angka kasus stunting di Kota Pekanbaru mengharuskan Pemko Pekanbaru menyusun langkah untuk menurunkan angka tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah sweeping balita stunting. Program ini menjadi langkah deteksi dini sekaligus inventarisasi anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang.
Diketahui, hasil pendataan sementara mencatat ada 7.390 balita di Pekanbaru. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.224 balita atau 16,6 persen mengalami stunting. Selain itu, 5.562 balita tercatat dengan gizi baik, 635 anak gizi kurang (8,6 persen), 261 anak gizi buruk (3,5 persen), dan 932 anak justru mengalami gizi lebih maupun obesitas.
Plh Sekretaris Daerah Kota (Sekdako) Pekanbaru, Zulhelmi Arifin menyebutkan, pemko menargetkan prevalensi stunting pada 2025 bisa ditekan lebih rendah dari angka 8,7 persen yang tercatat tahunlalu.
”Upaya yang kami lakukan di antaranya sweeping anak stunting. Cara ini untuk mendeteksi secara dini anak dengan kondisi stunting sekaligus menginventarisasi jumlah mereka. Kita sudah siapkan formatnya untuk memastikan anak-anak yang masuk kategori stunting maupun gizi buruk bisa terdata dengan jelas,” ujar Zulhelmi, Rabu (20/8).
Ia menambahkan, kader posyandu dan kader KB bergerak secara door to door mendatangi rumah anak-anak yang terindikasi stunting maupun gizi buruk untuk kemudian dibawa ke posyandu. Data tersebut selanjutnya dilaporkan ke puskesmas dan dipantau oleh Dinas Kesehatan.(ilo)
Reporter: Joko Susilo
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Tingginya angka kasus stunting di Kota Pekanbaru mengharuskan Pemko Pekanbaru menyusun langkah untuk menurunkan angka tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah sweeping balita stunting. Program ini menjadi langkah deteksi dini sekaligus inventarisasi anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang.
Diketahui, hasil pendataan sementara mencatat ada 7.390 balita di Pekanbaru. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.224 balita atau 16,6 persen mengalami stunting. Selain itu, 5.562 balita tercatat dengan gizi baik, 635 anak gizi kurang (8,6 persen), 261 anak gizi buruk (3,5 persen), dan 932 anak justru mengalami gizi lebih maupun obesitas.
Plh Sekretaris Daerah Kota (Sekdako) Pekanbaru, Zulhelmi Arifin menyebutkan, pemko menargetkan prevalensi stunting pada 2025 bisa ditekan lebih rendah dari angka 8,7 persen yang tercatat tahunlalu.
”Upaya yang kami lakukan di antaranya sweeping anak stunting. Cara ini untuk mendeteksi secara dini anak dengan kondisi stunting sekaligus menginventarisasi jumlah mereka. Kita sudah siapkan formatnya untuk memastikan anak-anak yang masuk kategori stunting maupun gizi buruk bisa terdata dengan jelas,” ujar Zulhelmi, Rabu (20/8).
Ia menambahkan, kader posyandu dan kader KB bergerak secara door to door mendatangi rumah anak-anak yang terindikasi stunting maupun gizi buruk untuk kemudian dibawa ke posyandu. Data tersebut selanjutnya dilaporkan ke puskesmas dan dipantau oleh Dinas Kesehatan.(ilo)
Reporter: Joko Susilo