Minggu, 29 Juni 2025
spot_img

Pameran 40 Karya Seni Rupa “Alih Generasi” Galeri Hang Nadim

Membaca Ulang Imajinasi dari Zaman ke Zaman

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Galeri Hang Nadim (GHN) kembali menghadirkan pameran seni rupa yang tak hanya menyuguhkan karya-karya visual, tetapi juga menyatukan lintas generasi dalam satu ruang imajinasi. Bertajuk “Alih Imajinasi”, pameran ini menyuguhkan 40 karya dari seniman beragam usia—mulai dari profesional hingga siswa sekolah dasar—yang menggambarkan pergeseran cara berimajinasi seiring perkembangan zaman.

Dibuka sejak 15 Juni 2025 lalu, pameran ini menjadi ruang inklusif bagi pelajar, mahasiswa, hingga seniman umum dan profesional. Semua diberi kesempatan mengekspresikan pandangan mereka terhadap realitas zaman, baik secara reflektif maupun eksperimental.

Koordinator Widyaswara Disdik Riau, M Yuzar MPd, yang membuka pameran, menyampaikan apresiasi atas konsistensi GHN dalam memajukan seni rupa. Ia menyambut baik keterlibatan siswa dalam pameran kali ini, karena menurutnya, ini bisa menjadi bagian dari pembelajaran luar kelas yang mampu memicu kreativitas anak-anak.

“Ini bukan hanya soal memajang karya, tapi juga membuka ruang bagi siswa untuk menuangkan ide dan merasakan langsung dunia seni,” kata Yuzar.

Melihat Ulang Imajinasi di Era Digital

Ketua GHN Furqon LW menjelaskan bahwa tema “Alih Imajinasi” ingin mengajak masyarakat meninjau kembali cara kita berimajinasi dari waktu ke waktu. Dulu, lukisan anak-anak identik dengan dua gunung, matahari di tengah, dan sawah. Kini, hal itu nyaris tak ditemui. Sebaliknya, anak-anak menggambar karakter anime, robot, hingga kota futuristik.

Baca Juga:  Pameran Seni Rupa "Kembali ke Pangkal", Membangun Kolaborasi Seniman Sumatra

Furqon juga menyinggung tantangan yang dihadapi dunia seni saat ini. Kebijakan efisiensi anggaran dan kondisi ekonomi yang belum stabil berpengaruh langsung terhadap akses masyarakat terhadap karya seni. Namun, GHN tetap berkomitmen menghadirkan pameran sebagai bentuk tanggung jawab budaya dan ruang apresiasi seni.

Imajinasi yang Bergerak

Kurator pameran, Cak Winda, menjelaskan bahwa imajinasi bukan sesuatu yang tetap, melainkan terus berubah mengikuti arus zaman. Jika dulu sumber inspirasi bersifat lokal dan sederhana, kini anak-anak lebih terhubung dengan dunia digital. Ia menekankan bahwa perubahan ini layak dibaca ulang—bukan sekadar nostalgia, tapi sebagai refleksi arah budaya visual kita.

Menurutnya, karya seni dari generasi muda tak kalah menarik dibanding seniman profesional. Namun seniman senior umumnya memiliki kedalaman gagasan dan kepekaan terhadap fenomena sosial yang menjadikan karya mereka kaya makna.

Baca Juga:  Sekolah Budaya Exhibition 2024 Melihat Buah dari Kerja Keras

“Pameran ini mencoba mempertemukan itu semua dalam satu ruang,” ujarnya.

Peserta Lintas Daerah dan Generasi

Sebanyak 40 karya ditampilkan dalam pameran ini. Peserta berasal dari berbagai kalangan dan daerah. Dari Pekanbaru, tampil nama-nama seperti Dewi Purwanti, Alza Adrizon, Parlindungan R, dan lainnya. Dari luar Riau hadir seniman dari Yogyakarta, Sumbar, Jatim, hingga Banten dan Sumsel.

Kalangan mahasiswa juga berkontribusi besar, termasuk dari ISI Padangpanjang, Universitas Riau, Unilak, UIR, dan Telkom University Bandung. Dari kalangan siswa SMA, ada peserta dari SMAN 4, SMA Santa Maria, dan SMA Darma Yudha Pekanbaru. Peserta termuda datang dari SD Muhammadiyah 6 Palembang.

Ada pula karya kolektif dan peserta dari komunitas khusus seperti Artrungu dan siswa homeschooling.

Furqon dan Cak Winda berharap, pameran ini menjadi ruang terbuka bagi semua generasi untuk terus berkarya, berekspresi, dan terhubung secara kreatif.

“GHN akan terus menjadi rumah bagi mereka yang ingin tumbuh dan belajar lewat seni,” tutup Furqon.***

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Galeri Hang Nadim (GHN) kembali menghadirkan pameran seni rupa yang tak hanya menyuguhkan karya-karya visual, tetapi juga menyatukan lintas generasi dalam satu ruang imajinasi. Bertajuk “Alih Imajinasi”, pameran ini menyuguhkan 40 karya dari seniman beragam usia—mulai dari profesional hingga siswa sekolah dasar—yang menggambarkan pergeseran cara berimajinasi seiring perkembangan zaman.

Dibuka sejak 15 Juni 2025 lalu, pameran ini menjadi ruang inklusif bagi pelajar, mahasiswa, hingga seniman umum dan profesional. Semua diberi kesempatan mengekspresikan pandangan mereka terhadap realitas zaman, baik secara reflektif maupun eksperimental.

Koordinator Widyaswara Disdik Riau, M Yuzar MPd, yang membuka pameran, menyampaikan apresiasi atas konsistensi GHN dalam memajukan seni rupa. Ia menyambut baik keterlibatan siswa dalam pameran kali ini, karena menurutnya, ini bisa menjadi bagian dari pembelajaran luar kelas yang mampu memicu kreativitas anak-anak.

“Ini bukan hanya soal memajang karya, tapi juga membuka ruang bagi siswa untuk menuangkan ide dan merasakan langsung dunia seni,” kata Yuzar.

Melihat Ulang Imajinasi di Era Digital

Ketua GHN Furqon LW menjelaskan bahwa tema “Alih Imajinasi” ingin mengajak masyarakat meninjau kembali cara kita berimajinasi dari waktu ke waktu. Dulu, lukisan anak-anak identik dengan dua gunung, matahari di tengah, dan sawah. Kini, hal itu nyaris tak ditemui. Sebaliknya, anak-anak menggambar karakter anime, robot, hingga kota futuristik.

- Advertisement -
Baca Juga:  Diskusi Menteri Dikdasmen dengan Pegawai UPT di Riau Menjadikan Bahasa, Sastra, dan Literasi Fondasi Pendidikan

Furqon juga menyinggung tantangan yang dihadapi dunia seni saat ini. Kebijakan efisiensi anggaran dan kondisi ekonomi yang belum stabil berpengaruh langsung terhadap akses masyarakat terhadap karya seni. Namun, GHN tetap berkomitmen menghadirkan pameran sebagai bentuk tanggung jawab budaya dan ruang apresiasi seni.

Imajinasi yang Bergerak

Kurator pameran, Cak Winda, menjelaskan bahwa imajinasi bukan sesuatu yang tetap, melainkan terus berubah mengikuti arus zaman. Jika dulu sumber inspirasi bersifat lokal dan sederhana, kini anak-anak lebih terhubung dengan dunia digital. Ia menekankan bahwa perubahan ini layak dibaca ulang—bukan sekadar nostalgia, tapi sebagai refleksi arah budaya visual kita.

- Advertisement -

Menurutnya, karya seni dari generasi muda tak kalah menarik dibanding seniman profesional. Namun seniman senior umumnya memiliki kedalaman gagasan dan kepekaan terhadap fenomena sosial yang menjadikan karya mereka kaya makna.

Baca Juga:  Membangun Pengaruh Budaya dengan Film

“Pameran ini mencoba mempertemukan itu semua dalam satu ruang,” ujarnya.

Peserta Lintas Daerah dan Generasi

Sebanyak 40 karya ditampilkan dalam pameran ini. Peserta berasal dari berbagai kalangan dan daerah. Dari Pekanbaru, tampil nama-nama seperti Dewi Purwanti, Alza Adrizon, Parlindungan R, dan lainnya. Dari luar Riau hadir seniman dari Yogyakarta, Sumbar, Jatim, hingga Banten dan Sumsel.

Kalangan mahasiswa juga berkontribusi besar, termasuk dari ISI Padangpanjang, Universitas Riau, Unilak, UIR, dan Telkom University Bandung. Dari kalangan siswa SMA, ada peserta dari SMAN 4, SMA Santa Maria, dan SMA Darma Yudha Pekanbaru. Peserta termuda datang dari SD Muhammadiyah 6 Palembang.

Ada pula karya kolektif dan peserta dari komunitas khusus seperti Artrungu dan siswa homeschooling.

Furqon dan Cak Winda berharap, pameran ini menjadi ruang terbuka bagi semua generasi untuk terus berkarya, berekspresi, dan terhubung secara kreatif.

“GHN akan terus menjadi rumah bagi mereka yang ingin tumbuh dan belajar lewat seni,” tutup Furqon.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Galeri Hang Nadim (GHN) kembali menghadirkan pameran seni rupa yang tak hanya menyuguhkan karya-karya visual, tetapi juga menyatukan lintas generasi dalam satu ruang imajinasi. Bertajuk “Alih Imajinasi”, pameran ini menyuguhkan 40 karya dari seniman beragam usia—mulai dari profesional hingga siswa sekolah dasar—yang menggambarkan pergeseran cara berimajinasi seiring perkembangan zaman.

Dibuka sejak 15 Juni 2025 lalu, pameran ini menjadi ruang inklusif bagi pelajar, mahasiswa, hingga seniman umum dan profesional. Semua diberi kesempatan mengekspresikan pandangan mereka terhadap realitas zaman, baik secara reflektif maupun eksperimental.

Koordinator Widyaswara Disdik Riau, M Yuzar MPd, yang membuka pameran, menyampaikan apresiasi atas konsistensi GHN dalam memajukan seni rupa. Ia menyambut baik keterlibatan siswa dalam pameran kali ini, karena menurutnya, ini bisa menjadi bagian dari pembelajaran luar kelas yang mampu memicu kreativitas anak-anak.

“Ini bukan hanya soal memajang karya, tapi juga membuka ruang bagi siswa untuk menuangkan ide dan merasakan langsung dunia seni,” kata Yuzar.

Melihat Ulang Imajinasi di Era Digital

Ketua GHN Furqon LW menjelaskan bahwa tema “Alih Imajinasi” ingin mengajak masyarakat meninjau kembali cara kita berimajinasi dari waktu ke waktu. Dulu, lukisan anak-anak identik dengan dua gunung, matahari di tengah, dan sawah. Kini, hal itu nyaris tak ditemui. Sebaliknya, anak-anak menggambar karakter anime, robot, hingga kota futuristik.

Baca Juga:  Tunak, 23 Tahun Menjaga Kegelisahan di Jalan Sunyi

Furqon juga menyinggung tantangan yang dihadapi dunia seni saat ini. Kebijakan efisiensi anggaran dan kondisi ekonomi yang belum stabil berpengaruh langsung terhadap akses masyarakat terhadap karya seni. Namun, GHN tetap berkomitmen menghadirkan pameran sebagai bentuk tanggung jawab budaya dan ruang apresiasi seni.

Imajinasi yang Bergerak

Kurator pameran, Cak Winda, menjelaskan bahwa imajinasi bukan sesuatu yang tetap, melainkan terus berubah mengikuti arus zaman. Jika dulu sumber inspirasi bersifat lokal dan sederhana, kini anak-anak lebih terhubung dengan dunia digital. Ia menekankan bahwa perubahan ini layak dibaca ulang—bukan sekadar nostalgia, tapi sebagai refleksi arah budaya visual kita.

Menurutnya, karya seni dari generasi muda tak kalah menarik dibanding seniman profesional. Namun seniman senior umumnya memiliki kedalaman gagasan dan kepekaan terhadap fenomena sosial yang menjadikan karya mereka kaya makna.

Baca Juga:  Mengekspresikan Epos dalam Karya Rupa

“Pameran ini mencoba mempertemukan itu semua dalam satu ruang,” ujarnya.

Peserta Lintas Daerah dan Generasi

Sebanyak 40 karya ditampilkan dalam pameran ini. Peserta berasal dari berbagai kalangan dan daerah. Dari Pekanbaru, tampil nama-nama seperti Dewi Purwanti, Alza Adrizon, Parlindungan R, dan lainnya. Dari luar Riau hadir seniman dari Yogyakarta, Sumbar, Jatim, hingga Banten dan Sumsel.

Kalangan mahasiswa juga berkontribusi besar, termasuk dari ISI Padangpanjang, Universitas Riau, Unilak, UIR, dan Telkom University Bandung. Dari kalangan siswa SMA, ada peserta dari SMAN 4, SMA Santa Maria, dan SMA Darma Yudha Pekanbaru. Peserta termuda datang dari SD Muhammadiyah 6 Palembang.

Ada pula karya kolektif dan peserta dari komunitas khusus seperti Artrungu dan siswa homeschooling.

Furqon dan Cak Winda berharap, pameran ini menjadi ruang terbuka bagi semua generasi untuk terus berkarya, berekspresi, dan terhubung secara kreatif.

“GHN akan terus menjadi rumah bagi mereka yang ingin tumbuh dan belajar lewat seni,” tutup Furqon.***

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari