PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Irwan, seorang pengendara truk colt diesel, tampak mengusap keringat di keningnya menggunakan kain handuk kecil yang melingkar di lehernya. Sudah hampir 25 menit dirinya terjebak dalam antrean panjang di SPBU Arifin Ahmad, Pekanbaru, untuk membeli bahan bakar minyak (BBM).
Dengan tangan masih menggenggam setir, Irwan mengeluh tentang lamanya proses pembelian Solar. “Sudah hampir 25 menit, tapi saya belum juga dapat giliran mengisi Solar. Lihat saja, antreannya masih panjang. Pembelian Solar memang harus antre seperti ini,” katanya.
Tidak hanya Irwan, belasan pengendara truk engkel lainnya juga terlihat ikut mengantri di jalur yang sama. Situasi serupa juga dirasakan oleh pengendara pikap yang antre di tepian Jalan Arifin Ahmad. Antrean terlihat membentang panjang dari ruas jalan menuju lokasi pengisian BBM.
“Setiap kali mengisi Pertalite, saya harus antre dulu. Kadang bisa lebih dari 15 menit di SPBU Arifin ini karena sistem barcode yang digunakan. Petugas jadi lebih lambat mengisi ke tangki,” ungkap Susno, pengendara pikap.
Antrean panjang juga terjadi di stasiun pengisian sepeda motor di SPBU Arifin Ahmad, meskipun tidak sampai memakan bagian ruas jalan. Pantauan Riau Pos, antrean sepeda motor terlihat hingga dua barisan.
Para pengendara mengungkapkan bahwa sistem barcode menjadi penyebab utama antrean dan lamanya pengisian Pertalite. “Prosesnya lama sekali. Setiap pengisian harus menunggu antrean dulu. Semakin lama karena petugas harus menggunakan sistem barcode, yang memakan waktu hampir satu menit per pengisian. Bayangkan kalau ada puluhan kendaraan yang mengisi, antreannya bisa semakin panjang. Petugas juga kelihatan kelelahan,” jelas Pandi, pengendara sepeda motor yang sedang mengisi Pertalite.
Petugas SPBU Arifin Ahmad yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa penggunaan sistem barcode sudah menjadi ketentuan yang diterapkan oleh pihak Pertamina. Sistem ini, meskipun mempengaruhi kecepatan pelayanan, tetap diwajibkan untuk menjamin ketepatan dan pengawasan pembelian BBM.