2025, Targetkan Kasus Tengkes Turun 0,5 Persen

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru terus melakukan berbagai langkah guna menekan angka stunting atau tengkes di Kota Pekanbaru. Targetnya tahun depan, pemko bisa menurunkan angka prevalensi stunting sekitar 0,5 persen.

Menurut Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Disdalduk) KB Pekanbaru Muhammad Amin, stunting merupakan kondisi ketika tinggi badan anak lebih pendek dari rata-rata anak seusianya akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan prevalensi stunting sendiri kerap digunakan untuk menggambarkan jumlah kasus stunting yang ada di suatu daerah berdasarkan data yang telah dihimpun.

- Advertisement -

”Pada tahun depan (2025, red) diprediksi angka prevalensi stunting bisa turun sekitar 0,5 persen. Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Kota Pekanbaru menargetkan angka prevalensi stunting bisa turun menjadi 8,2 persen. Di mana target nasional target nasional adalah 14 persen. Kita upayakan angka prevalensi stunting bisa turun lagi,” kata Amin, Selasa (1/10).

Lanjut Amin, dalam waktu dekat bakal berlangsung Studi Status Gizi Indonesia (SSGI). Dimana Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) ini dilaksanakan untuk mengetahui status gizi balita (stunting, wasting, underweight, overweight), dan mengukur indikator sasaran intervensi spesifik dan sensitif sesuai Perpres No. 72 tahun 2021.

- Advertisement -

Bahkan, TPPS Kota Pekanbaru pun berupaya untuk menurunkan tingkat prevalensi stunting tahun depan. Ia menyebut bahwa tim berupaya agar kondisi bulan per bulan bisa menurun.

Mereka mengoptimalkan pendampingan sejak dari calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas serta bayi dua tahun. Ia menyebut bahwa tim TPPS dari Disdalduk KB Pekanbaru kebanyakan dalam upaya perubahan prilaku.

”Kami juga coba lakukan terobosan bersama TPPS dalam upaya penanganan stunting, ada juga program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS),” jelasnya.

Tak hanya itu, pemerintah kota juga melakukan berbagai upaya penanganan stunting dengan menjalankan program pendampingan dari para kader posyandu.

Yang mana, pelayanan posyandu sudah menjadi layanan primer yang tidak cuma memberikan pelayanan kesehatan kepada bayi yang berada di posyandu namun juga ibu hamil.

”Tingkat kehadiran ibu hamil maupun ibu yang membawa bayinya dalam memeriksakan kesehatan di posyandu sudah cukup tinggi. Langkah ini dapat dimaksimalkan dalam penanganan stunting di Kota Pekanbaru,”ujarnya.(yls)

Laporan PRAPTI DWI LESTARI, Kota

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru terus melakukan berbagai langkah guna menekan angka stunting atau tengkes di Kota Pekanbaru. Targetnya tahun depan, pemko bisa menurunkan angka prevalensi stunting sekitar 0,5 persen.

Menurut Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Disdalduk) KB Pekanbaru Muhammad Amin, stunting merupakan kondisi ketika tinggi badan anak lebih pendek dari rata-rata anak seusianya akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan prevalensi stunting sendiri kerap digunakan untuk menggambarkan jumlah kasus stunting yang ada di suatu daerah berdasarkan data yang telah dihimpun.

”Pada tahun depan (2025, red) diprediksi angka prevalensi stunting bisa turun sekitar 0,5 persen. Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Kota Pekanbaru menargetkan angka prevalensi stunting bisa turun menjadi 8,2 persen. Di mana target nasional target nasional adalah 14 persen. Kita upayakan angka prevalensi stunting bisa turun lagi,” kata Amin, Selasa (1/10).

Lanjut Amin, dalam waktu dekat bakal berlangsung Studi Status Gizi Indonesia (SSGI). Dimana Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) ini dilaksanakan untuk mengetahui status gizi balita (stunting, wasting, underweight, overweight), dan mengukur indikator sasaran intervensi spesifik dan sensitif sesuai Perpres No. 72 tahun 2021.

Bahkan, TPPS Kota Pekanbaru pun berupaya untuk menurunkan tingkat prevalensi stunting tahun depan. Ia menyebut bahwa tim berupaya agar kondisi bulan per bulan bisa menurun.

Mereka mengoptimalkan pendampingan sejak dari calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas serta bayi dua tahun. Ia menyebut bahwa tim TPPS dari Disdalduk KB Pekanbaru kebanyakan dalam upaya perubahan prilaku.

”Kami juga coba lakukan terobosan bersama TPPS dalam upaya penanganan stunting, ada juga program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS),” jelasnya.

Tak hanya itu, pemerintah kota juga melakukan berbagai upaya penanganan stunting dengan menjalankan program pendampingan dari para kader posyandu.

Yang mana, pelayanan posyandu sudah menjadi layanan primer yang tidak cuma memberikan pelayanan kesehatan kepada bayi yang berada di posyandu namun juga ibu hamil.

”Tingkat kehadiran ibu hamil maupun ibu yang membawa bayinya dalam memeriksakan kesehatan di posyandu sudah cukup tinggi. Langkah ini dapat dimaksimalkan dalam penanganan stunting di Kota Pekanbaru,”ujarnya.(yls)

Laporan PRAPTI DWI LESTARI, Kota

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya