ISTANBUL (RIAUPOS.CO) – Ketegangan antara Iran dan Israel masih belum mereda. Terutama usai adanya serangan yang disebut dilakukan Israel ke Kota Isfahan, Iran.
Dilansir dari Al Jazeera, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mencemooh drone Israel tersebut bagai mainan anak-anak.
’’Itu lebih seperti mainan yang dimainkan oleh anak-anak kita, bukan drone,’’ ujarnya dengan nada mencemooh.
’’Belum terbukti bagi kami bahwa ada hubungan antara hal ini dan Israel,’’ ucapnya, sembari menyatakan bahwa Teheran sedang menyelidiki insiden tersebut dan menyebut laporan-laporan media asing tidak akurat.
Juru bicara Pusat Siber Nasional Iran, Hossein Dalirian menyebut tiga drone berhasil dilumpuhkan. ’’Berhasil ditembak jatuh oleh pertahanan udara negara ini, tidak ada laporan mengenai serangan rudal untuk saat ini,’’ ujarnya melalui X. Tidak disebutkan lebih lanjut soal siapa yang meluncurkan drone-drone itu.
Dalam pada itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu dengan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Istanbul, Sabtu (20/4) waktu setempat. Usai lebih dari 2,5 jam melakukan pertemuan dengan Haniyeh, Erdogan menyerukan agar seluruh warga Palestina bersatu.
Dilansir dari Agence France-Presse (AFP), Erdogan menyebut, persatuan Palestina sangat penting. ’’Respons terkuat terhadap Israel dan jalan menuju kemenangan terletak pada persatuan dan integritas,’’ kata Erdogan, menurut pernyataan Kepresidenan Turki.
Hamas yang notabene ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS, Uni Eropa, dan Israel, merupakan saingan faksi Fatah yang memerintah Otoritas Palestina di Tepi Barat yang dijajah Israel.
Erdogan menuturkan, ketika kekhawatiran terhadap perang regional meluas, seluruh pihak tidak boleh melupakan dan membiarkan kekejaman Israel semakin membabi buta di Gaza. ’’Penting untuk mendapatkan kekuatan untuk bertindak dengan cara agar tetap menjaga perhatian tertuju pada Gaza,’’ imbuh pria yang menjabat sebagai Presiden Turki sejak 2014 itu.
Pertemuan Erdogan dengan Haniyeh itu dikecam habis-habisan oleh pihak musuh. Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengutuk keduanya. ’’Aliansi Ikhwanul Muslimin: pemerkosaan, pembunuhan, penodaan mayat dan pembakaran bayi. Erdogan, kamu tidak tahu malu!,’’ ujar Katz melalui platform X. Hamas merupakan organisasi yang didirikan oleh anggota Ikhwanul Muslimin pada tahun 1987.
Pemerintah Turki tak tinggal diam pada tudingan itu. ’’Pemerintah Israel lah yang seharusnya malu. Mereka telah membantai hampir 35.000 warga Palestina, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak,’’ tutur Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Turki Oncu Keceli melalui platform yang sama.
Di tengah kebuntuan perundingan gencatan senjata yang terjadi, Erdogan mengirim Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan ke Doha. Hal itu menjadi indikasi peran Turki sebagai mediator antara Hamas dan Israel.
Seperti diketahui, Qatar tengah mengkaji ulang perannya sebagai mediator antara Israel dan Hamas. Hal itu dilakukan usai adanya sejumlah kritik pada peran Qatar. Meski sudah berupaya melakukan berbagai usaha, Doha merasa telah dieksploitasi bahkan disalahkan. Mereka juga kerap diremehkan oleh pihak-pihak yang mencoba membuat keuntungan politik.
’’Saya akan melanjutkannya (peran sebagai mediator) selama Tuhan memberikan hidup saya, untuk membela perjuangan Palestina dan menjadi suara rakyat Palestina yang tertindas,’’ ujar Erdogan pada Rabu, saat mengumumkan kunjungan Haniyeh.
Hamas memiliki kantor di Turki sejak 2011, ketika Turki membantu mengamankan perjanjian bagi kelompok tersebut untuk membebaskan tentara Israel Gilad Shalit. Erdogan pun menjaga relasi baik dengan Haniyeh.
Jika Qatar menarik diri dari upaya mediasi, Turki dapat berupaya meningkatkan perannya didasari dengan kedekatannya dengan Hamas. Menlu Turki Hakan Fidan telah mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry pada Sabtu (20/4).
Keduanya menekankan perlunya memberikan lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Gaza di tengah ancaman kelaparan mengancam. ’’Penting bagi negara-negara Islam untuk bekerja sama untuk mencegah seluruh kawasan jatuh ke dalam spiral konflik,’’ ujar kantor Kepresidenan Turki.
Warga Israel Demo Netanyahu Mundur
Di tengah serangan ke Gaza yang tanpa henti, warga Israel menuntut PM Israel Benjamin Netanyahu untuk mundur. Ribuan warga Israel turun ke jalan dan menyerukan pemilu baru serta mendorong pemerintah untuk segera memulangkan sandera.
Demonstrasi dilakukan di Ibu Kota Israel, Tel Aviv pada Sabtu (20/4) malam waktu Israel. Demonstran menganggap kegagalan Netanyahu dalam mencapai kesepakatan dengan Hamas membawa dampak buruk bagi masyarakat yang sedang tersandera serta tentara yang sedang berada di Jalur Gaza.
Ribuan warga yang sudah muak itu memenuhi jalanan sambil membawa spanduk yang bertuliskan “stop the starvation, the killing, the war, and bring them home now”.
Para pengunjuk rasa yang berkumpul di depan Kementerian Perang Israel juga menuntut diadakannya pemilihan umum cepat untuk melengserkan Netanyahu sebagai Perdana Menteri Israel terlama. Mereka merencanakan demonstrasi ini di 55 lokasi yang tersebar di seluruh wilayah.
Para pendemo itu juga marah karena pemerintah belum mampu mengembalikan 133 sandera ke rumahnya. Survei setempat yang menyatakan masyarakat kecewa atas kinerja Netanyahu yang gagal memberikan perlindungan dan rasa aman terhadap masyarakatnya.
’’Kami di sini untuk memprotes pemerintah yang terus menyeret kami ke bawah, bulan demi bulan, sebelum tanggal 7 Oktober, dan setelah tanggal 7 Oktober. Kami terus melakukan protes secara spiral,’’ kata salah satu demonstran, Yalon Pikman (58) dilansir dari Reuters.(dee/jpg)