- Advertisement -
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – SDN 92 Pekanbaru yang beralamat di Jalan Umban Sari atas Kecamatan Rumbai menjadikan ruang perpustakaan sebagai kelas alternatif di bulan Ramadan.
Guru sekaligus Wali Kelas 3A Jasni Yeti SPd saat dijumpai di perpustakaan sekolah, beberapa waktu lalu mengatakan, kegiatan belajar mengajar di perpustakaan lebih bagus agar siswa tidak hanya menjadikan ruang kelas sebagai wadah satu-satunya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
- Advertisement -
Penting juga mengarahkan siswa-siswi untuk belajar bersama di perpustakaan, seperti berlatih membaca puisi dan aktivitas produktif lainnya.
‘’Saya suka mengajar di perpustakaan, kami jadikan kelas alternatif, sehingga siswa bisa membaca berbagai judul buku ketika kita sedang menilai tugas siswa,’’ jelasnya.
Jasni Yeti mengatakan, sejauh ini minat baca siswa dan siswi di sekolah tersebut masih kurang. Dengan dijadikannya perpustakan sebagai ruang kelas alternatif. Dampak positif dari tingginya budaya membaca siswa-siswi dapat dilihat dari aktifnya siswa berdiskusi ataupun berinteraksi saat berada dalam perpustakaan yang tentunya juga turut berpengaruh pada tingginya pengetahuan dan prestasi akademik.
- Advertisement -
‘’Kalau pas waktu membaca ada yang tidak paham mereka saling bertanya atau saat membaca judul buku yang menarik meraka bisa saling cerita dan tukar buku bacaan. Termasuk saat ada perlombaan juga, siswa biasanya cari buku referensi di sini, seperti puisi, pantun, dongeng sehingga mereka ada ketertarikan untuk membaca,” ungkapnya.(*1/rul)
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – SDN 92 Pekanbaru yang beralamat di Jalan Umban Sari atas Kecamatan Rumbai menjadikan ruang perpustakaan sebagai kelas alternatif di bulan Ramadan.
Guru sekaligus Wali Kelas 3A Jasni Yeti SPd saat dijumpai di perpustakaan sekolah, beberapa waktu lalu mengatakan, kegiatan belajar mengajar di perpustakaan lebih bagus agar siswa tidak hanya menjadikan ruang kelas sebagai wadah satu-satunya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
- Advertisement -
Penting juga mengarahkan siswa-siswi untuk belajar bersama di perpustakaan, seperti berlatih membaca puisi dan aktivitas produktif lainnya.
‘’Saya suka mengajar di perpustakaan, kami jadikan kelas alternatif, sehingga siswa bisa membaca berbagai judul buku ketika kita sedang menilai tugas siswa,’’ jelasnya.
- Advertisement -
Jasni Yeti mengatakan, sejauh ini minat baca siswa dan siswi di sekolah tersebut masih kurang. Dengan dijadikannya perpustakan sebagai ruang kelas alternatif. Dampak positif dari tingginya budaya membaca siswa-siswi dapat dilihat dari aktifnya siswa berdiskusi ataupun berinteraksi saat berada dalam perpustakaan yang tentunya juga turut berpengaruh pada tingginya pengetahuan dan prestasi akademik.
‘’Kalau pas waktu membaca ada yang tidak paham mereka saling bertanya atau saat membaca judul buku yang menarik meraka bisa saling cerita dan tukar buku bacaan. Termasuk saat ada perlombaan juga, siswa biasanya cari buku referensi di sini, seperti puisi, pantun, dongeng sehingga mereka ada ketertarikan untuk membaca,” ungkapnya.(*1/rul)