Jumat, 18 Juli 2025

Hentikan Pembantaian Muslim Uighur

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Ribuan massa umat Islam menggelar demonstrasi di Kedutaan Besar Cina di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (27/12). Mereka menuntut dan mengecam pemerintah Cina atas tindakan terhadap Muslim Uighur di Xinjiang. Massa mulai memadati jalan utama Mega Kuningan usai Salat Jumat atau tepat pukul 13.15. Massa kompak mengenakan ikat kepala bertulis kalimat syahadat dan mengenakan busana berwarna hitam putih.

Adapula yang mengenakan topeng berwarna biru berlatar bulan sabit dan bintang dengan gambar tangan menutup mulut. Gambar tangan tersebut berwarna merah dengan satu bintang besar dan empat bintang kecil melingkar di sebelah kanan. Topeng tersebut seperti ingin memberi gambaran bahwa masyarakat telah dibungkam untuk menyuarakan dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur di Xinjiang.

Selain mengenakan topeng, masa juga membentangkan panji-panji mereka yang bertulis tuntutan terhadap pemerintah Cina untuk menghentikan pembantaian etnis Muslim Uighur di Xinjiang. Mereka juga membawa sejumlah spanduk yang bertuliskan kecaman terhadap pemerintah Cina terhadap aksi diskriminitatif. "Save Muslim Uighur, Government of China is Zionist," tulis salah satu spanduk dari massa aksi di lokasi.

Baca Juga:  Segini Jumlah Harta Warisan Istri Sule yang Diberikan kepada Putri Delina

Sementara itu Wakil Ketua BKSAP DPR RI Mardani Ali Sera mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan dan Wakil Ma’ruf Amin berperan aktif menjadi penegah konflik pemerintah Cina dengan etnis Uighur di Xinjiang. Sebab, Jokowi pernah berjanji saat kampanye pilpres akan membangun hubungan internasional.

"Kami mendesak pemerintahan Jokowi-Ma’ruf speak up dan menginisiasi perdamaian, menyelesaikan konflik antara pemerintah Beijing dengan etnis Muslim Uighur," ujar Mardani, Jumat (27/12).

Legislator asal Dapil Jakarta Timur itu mengatakan, DPR juga akan melakukan diplomasi antarlembaga kepada Kongres Rakyat Nasional mendorong pemerintah Cina menghentikan cara kekerasan kepada etnis Uighur. Di sisi lain, setidaknya ada empat peran aktif yang harus dilakukan pemerintah Indonesia untuk menjadi penengah konflik Beijing-Uighur.

Baca Juga:  Naik Tipis, Paisal Masih Peringkat Dua

Pertama, merangkul etnis Muslim Hui di Cina yang memiliki hubungan baik dengan Beijing agar menjadi fasilitator konflik, menghentikan kekerasan kepada Muslim Uighur dan mengajak kelompok Uighur agar tidak memberontak memisahkan diri.

Kedua, pemerintah Beijing bisa belajar dari Indonesia bagaimana Islam menjadi representasi agama yang damai sehingga tidak perlu takut karena separatisme bukan bagaian dari ajaran Islam. "Pemerintah Cina bisa diperkenalkan Islam yang damai sehingga tidak perlu takut ancaman etnis Muslim Uighur," jelasnya.(jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Ribuan massa umat Islam menggelar demonstrasi di Kedutaan Besar Cina di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (27/12). Mereka menuntut dan mengecam pemerintah Cina atas tindakan terhadap Muslim Uighur di Xinjiang. Massa mulai memadati jalan utama Mega Kuningan usai Salat Jumat atau tepat pukul 13.15. Massa kompak mengenakan ikat kepala bertulis kalimat syahadat dan mengenakan busana berwarna hitam putih.

Adapula yang mengenakan topeng berwarna biru berlatar bulan sabit dan bintang dengan gambar tangan menutup mulut. Gambar tangan tersebut berwarna merah dengan satu bintang besar dan empat bintang kecil melingkar di sebelah kanan. Topeng tersebut seperti ingin memberi gambaran bahwa masyarakat telah dibungkam untuk menyuarakan dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur di Xinjiang.

Selain mengenakan topeng, masa juga membentangkan panji-panji mereka yang bertulis tuntutan terhadap pemerintah Cina untuk menghentikan pembantaian etnis Muslim Uighur di Xinjiang. Mereka juga membawa sejumlah spanduk yang bertuliskan kecaman terhadap pemerintah Cina terhadap aksi diskriminitatif. "Save Muslim Uighur, Government of China is Zionist," tulis salah satu spanduk dari massa aksi di lokasi.

Baca Juga:  Naik Tipis, Paisal Masih Peringkat Dua

Sementara itu Wakil Ketua BKSAP DPR RI Mardani Ali Sera mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan dan Wakil Ma’ruf Amin berperan aktif menjadi penegah konflik pemerintah Cina dengan etnis Uighur di Xinjiang. Sebab, Jokowi pernah berjanji saat kampanye pilpres akan membangun hubungan internasional.

"Kami mendesak pemerintahan Jokowi-Ma’ruf speak up dan menginisiasi perdamaian, menyelesaikan konflik antara pemerintah Beijing dengan etnis Muslim Uighur," ujar Mardani, Jumat (27/12).

- Advertisement -

Legislator asal Dapil Jakarta Timur itu mengatakan, DPR juga akan melakukan diplomasi antarlembaga kepada Kongres Rakyat Nasional mendorong pemerintah Cina menghentikan cara kekerasan kepada etnis Uighur. Di sisi lain, setidaknya ada empat peran aktif yang harus dilakukan pemerintah Indonesia untuk menjadi penengah konflik Beijing-Uighur.

Baca Juga:  Lesti Pelantun Tembang Kejora Menikah

Pertama, merangkul etnis Muslim Hui di Cina yang memiliki hubungan baik dengan Beijing agar menjadi fasilitator konflik, menghentikan kekerasan kepada Muslim Uighur dan mengajak kelompok Uighur agar tidak memberontak memisahkan diri.

- Advertisement -

Kedua, pemerintah Beijing bisa belajar dari Indonesia bagaimana Islam menjadi representasi agama yang damai sehingga tidak perlu takut karena separatisme bukan bagaian dari ajaran Islam. "Pemerintah Cina bisa diperkenalkan Islam yang damai sehingga tidak perlu takut ancaman etnis Muslim Uighur," jelasnya.(jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Ribuan massa umat Islam menggelar demonstrasi di Kedutaan Besar Cina di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (27/12). Mereka menuntut dan mengecam pemerintah Cina atas tindakan terhadap Muslim Uighur di Xinjiang. Massa mulai memadati jalan utama Mega Kuningan usai Salat Jumat atau tepat pukul 13.15. Massa kompak mengenakan ikat kepala bertulis kalimat syahadat dan mengenakan busana berwarna hitam putih.

Adapula yang mengenakan topeng berwarna biru berlatar bulan sabit dan bintang dengan gambar tangan menutup mulut. Gambar tangan tersebut berwarna merah dengan satu bintang besar dan empat bintang kecil melingkar di sebelah kanan. Topeng tersebut seperti ingin memberi gambaran bahwa masyarakat telah dibungkam untuk menyuarakan dugaan pelanggaran HAM terhadap etnis Uighur di Xinjiang.

Selain mengenakan topeng, masa juga membentangkan panji-panji mereka yang bertulis tuntutan terhadap pemerintah Cina untuk menghentikan pembantaian etnis Muslim Uighur di Xinjiang. Mereka juga membawa sejumlah spanduk yang bertuliskan kecaman terhadap pemerintah Cina terhadap aksi diskriminitatif. "Save Muslim Uighur, Government of China is Zionist," tulis salah satu spanduk dari massa aksi di lokasi.

Baca Juga:  Pintu Kaca

Sementara itu Wakil Ketua BKSAP DPR RI Mardani Ali Sera mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan dan Wakil Ma’ruf Amin berperan aktif menjadi penegah konflik pemerintah Cina dengan etnis Uighur di Xinjiang. Sebab, Jokowi pernah berjanji saat kampanye pilpres akan membangun hubungan internasional.

"Kami mendesak pemerintahan Jokowi-Ma’ruf speak up dan menginisiasi perdamaian, menyelesaikan konflik antara pemerintah Beijing dengan etnis Muslim Uighur," ujar Mardani, Jumat (27/12).

Legislator asal Dapil Jakarta Timur itu mengatakan, DPR juga akan melakukan diplomasi antarlembaga kepada Kongres Rakyat Nasional mendorong pemerintah Cina menghentikan cara kekerasan kepada etnis Uighur. Di sisi lain, setidaknya ada empat peran aktif yang harus dilakukan pemerintah Indonesia untuk menjadi penengah konflik Beijing-Uighur.

Baca Juga:  Ini Alasan Firli Bahuri yang Belum Merespon Perintah Presiden

Pertama, merangkul etnis Muslim Hui di Cina yang memiliki hubungan baik dengan Beijing agar menjadi fasilitator konflik, menghentikan kekerasan kepada Muslim Uighur dan mengajak kelompok Uighur agar tidak memberontak memisahkan diri.

Kedua, pemerintah Beijing bisa belajar dari Indonesia bagaimana Islam menjadi representasi agama yang damai sehingga tidak perlu takut karena separatisme bukan bagaian dari ajaran Islam. "Pemerintah Cina bisa diperkenalkan Islam yang damai sehingga tidak perlu takut ancaman etnis Muslim Uighur," jelasnya.(jpg)

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari