PANGKALAN KERINCI (RIAUPOS.CO) – Banjir yang menggenangi Jalan Lintas Timur (Jalintim) Sumatera Km 83 Desa Kemang, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan surut drastis, Senin (12/2). Tinggi air tersisa 20 sentimeter (cm). Jalur dua arah pun dibuka dan arus lalu lintas berangsur normal.
“Dua jalur arus kendaraan ini telah dimulai sejak Ahad (11/2) lalu setelah debit air menyusut secara signifikan. Saat ini tinggi air hanya 20 sentimeter. Alhamdulillah, arus lalu lintas semua jenis kendaraan, baik roda empat dan juga roda dua bergerak lancar,” ujar Kapolres Pelalawan, AKBP Suwinto SH SIK melalui Kasatlantas AKP Akira Ceria SIK MM, Senin (12/2).
Namun, mantan Kasatlantas Polres Dumai ini memaparkan, arus lalu lintas tetap berjalan melambat karena banyak lubang akibat kontur jalan yang tak mampu menahan tonase kendaraan saat banjir menggenangi jalan ini sekitar dua bulan lebih.
Tim dari Balai Jalan Kementerian PUPR, Pemkab Pelalawan, dan personel gabungan saat ini tengah melakukan upaya menutup lubang di jalan ini. “Dan jika air semakin surut, maka seluruh lubang di jalan bisa diperbaiki secara maksimal sehingga arus lalu lintas akan kembali normal,” tuturnya.
Akira pun terus mengimbau para pengendara untuk meningkatkan kewaspadaan saat melintasi Jalintim Km 83 ini. “Kami bersama petugas gabungan masih tetap berjaga sepanjang lokasi banjir untuk memberikan arah dan petunjuk kepada pengendara kendaraan serta untuk membantu mengevakuasi kendaraan yang terperosok di tengah genangan air,” tuturnya.
Pantauan Riau Pos di lapangan kemarin, Jalintim Km 83 Desa Kemang ini telah mulai ramai dilintasi para pengemudi kendaraan bermotor. Senyum sumringah pun tampak terlihat dari raut wajah para pengguna jalan yang mayoritas berasal dari luar Negeri Seiya Sekata ini.
Seorang pengendara roda empat asal Kabupaten Klaten, Jawa Tengah bernama Supriadi mengaku sangat gembira bisa melintasi Jalintim Km 83 ini.
“Alhamdulillah, banjir di Jalintim Km 83 telah surut sehingga banyak kendaraan baik roda empat maupun roda dua yang melintas. Arus lalu lintas saat ini juga telah mulai lancar karena petugas gabungan telah membuka jalur dua arah atau tidak lagi buka tutup jalan,” tuturnya.
“Sebelumnya, saya lihat info dari sejumlah media, banyak warga baik dari Pelalawan maupun luar daerah ini yang mengeluhkan kondisi banjir. Seperti antrean panjang hingga berjam-jam karena penerapan buka tutup jalan, harga makan dan minuman serta tarif sewa mobil towing yang sangat mencekik para pengguna jalan,” tambahnya.
Diungkapkan pria yang akrab disapa Adi ini, akibat banjir di Jalintim tersebut beberapa waktu lalu, dirinya terpaksa menunda keberangkatan untuk menjenguk keluarga di Kabupaten Siak. “Maklumlah, tarif mobil towing sebesar Rp1,5 juta,’’ ujarnya.
‘’Bagi saya yang berprofesi sebagai petani sawah padi, ini (Rp1,5 juta, red) sangat memberatkan. Makanya saya bersama anak dan istri harus sabar menunggu banjir Jalintim surut dan bisa dilintasi kendraan roda empat pribadi,” sebutnya.
Adi pun berharap agar banjir di Jalintim Km 83 Desa Kemang ini dapat segera surut total sehingga aktivitas arus lalu lintas dapat bergerak lancar dan normal. Tentunya hal ini akan kembali memulihkan kondisi perekonomian para pengguna jalan.
Jika di Jalintim di Km 83 arus lalu lintas kendaraan mulai normal, situasi berbeda jalur penyeberangan di Dusun Pulau Payung, Kelurahan Pangkalankerinci Kota, Kecamatan Pangkalankerinci. Aktivitas para penyedia jasa penyeberangan terlihat sangat sepi.
Biasanya di jalan tersebut sangat padat keramaian para pengguna jalan, khususnya pengendara kendaraan roda dua maupun warga. Kemarin, di lokasi ini hanya terlihat belasan kapal pompong tanpa awak yang berjejer di hamparan semak belukar.
“Ya, sejak Ahad (11/2) lalu tidak ada lagi warga yang menggunakan jasa kami. Ini karena banjir di Jalintim Km 83 telah surut dan dapat dilintasi seluruh jenis kendaraan, khususnya kendaraan roda dua,” ujar Amir, salah seorang pemilik sampan pompong kepada Riau Pos di lokasi penyeberangan, kemarin.
Dengan kondisi ini, maka Amir pun terpaksa harus melakoni profesi asalnya yakni sebagai nelayan. Di lokasi itu, Amir telah membawa peralatan berupa jaring untuk mendapat ikan.
Meski hasilnya jauh dari pendapatan sebelumnya sebagai penyedia jasa penyeberangan menggunakan kapal pompong, tapi dirinya tetap bersyukur masih bisa menafkahi keluarga dari hasil penjualan ikan sungai tersebut.
“Alhamdulillah, masih bisa makan dari hasil menjaring atau merawai ikan ini, meski jauh dibanding hasil sewa penyeberangan kapal pompong saat banjir masih tinggi. Dengan mulai surutnya banjir berarti rezeki kami dari jasa penyeberangan telah mulai hilang. Namun demikian, saya yakin Sang Pencipta akan memberikan jalan rezeki lain kepada kami. Salah satunya kembali menangkap ikan,” ungkapnya.(das)
Laporan MUHAMMAD AMIN AMRAN, Pangkalankerinci