PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Rini adalah seorang guru mengajar membaca Al-Qur’an atau tahsin. Ia punya kewajiban mengajar di salah satu masjid di Kecamatan Payung Sekaki setiap hari Rabu pagi.
Suatu hari, Rini sudah sampai di masjid tempat ia biasa mengajar. Namun masjid terlihat sepi pagi itu.
Lalu, seorang ibu yang tinggal tidak jauh dari masjid dan putrinya yang mahasiswa adalah murid Rini datang menghampiri.
”Mau mengajar ya, Ustazah?” tanyanya.
”Iya, Bu,” jawab Rini.
”Kok anak saya nggak bilang ada tahsin pagi ini, ya?” kata si ibu lagi.
”Apa ini kelompok baru, Zah?” tanya si ibu lagi penasaran.
”Nggak ibu. Ini kelompok tahsin hari Rabu. Seperti biasa,” jawab Rini dengan tenang.
Lalu si ibu itu pun tersenyum. ”Maaf, Zah. Tapi hari ini kan masih hari Selasa, bukan Rabu,” ujarnya.
Mendengar itu, Rini pun terkejut.
”Astaghfirullah…. Saya yang salah ternyata. Makanya saya heran kok belum ada anak-anak di masjid,” katanya sambil tersenyum malu.(yls)
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Rini adalah seorang guru mengajar membaca Al-Qur’an atau tahsin. Ia punya kewajiban mengajar di salah satu masjid di Kecamatan Payung Sekaki setiap hari Rabu pagi.
Suatu hari, Rini sudah sampai di masjid tempat ia biasa mengajar. Namun masjid terlihat sepi pagi itu.
- Advertisement -
Lalu, seorang ibu yang tinggal tidak jauh dari masjid dan putrinya yang mahasiswa adalah murid Rini datang menghampiri.
”Mau mengajar ya, Ustazah?” tanyanya.
- Advertisement -
”Iya, Bu,” jawab Rini.
”Kok anak saya nggak bilang ada tahsin pagi ini, ya?” kata si ibu lagi.
”Apa ini kelompok baru, Zah?” tanya si ibu lagi penasaran.
”Nggak ibu. Ini kelompok tahsin hari Rabu. Seperti biasa,” jawab Rini dengan tenang.
Lalu si ibu itu pun tersenyum. ”Maaf, Zah. Tapi hari ini kan masih hari Selasa, bukan Rabu,” ujarnya.
Mendengar itu, Rini pun terkejut.
”Astaghfirullah…. Saya yang salah ternyata. Makanya saya heran kok belum ada anak-anak di masjid,” katanya sambil tersenyum malu.(yls)